Jakarta, Obsessionnews.com – Melihat situasi bangsa yang kerap dilanda perpecahan. Rumah Kreasi Center bersama Pengurus Pusat PMKRI Periode 2016-2018 berinisiatif menggelar diskusi dengan harapan bisa memperkaya wacana Nasionalisme dalam perpektif yang beragam.
Diskusi dengan tema “Satu Indonesia, Nasionalisme Dalam Perspektif Humanisme” ini mampu membangkitkan rasa solidaritas kemanusiaan sebagai landasan dari semangat nasionalisme dan kecintaan terhadap Tanah Air Indonesia. Diskusi yang digelar pada Kamis (15/6/2017), di Aula Margasiswa 1, Sekretariat PMKRI Pusat, Jalan Sam Ratulangi l Menteng, Jakarta Pusat.
Dalam diskusi tersebut, Ketua Bidang Litbang PP GP Ansor Hasanuddin Ali menilai, sosialisasi Pancasila tidak efektif jika dilakukan dengan penataran Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) saja, terlebih untuk generasi millennial.
“Pancasila disosialisasikan dengan memberikan warnana baru, salah satunya dengan membuat video atau lewat gambar,” ujar Hasanuddin saat diskusi.
Karena, lanjut Hasanuddin, banyak generasi millennial yang mengkonsumsi pemberitaan hingga mendapatkan naluri kebangsaan dari gadget atau informasi dari media sosial. Millennial adalah, generasi yang kreatif, mereka sangatlah Confidence atau memiliki keyakinan dan mereka aktif sekali dalam dunia media sosial. “Namun di kehidupan nyatanya mereka memilih warkop untuk diskusi dan lain sebagainya,” katanya.
Menurut dia, ada perbandingan penyebaran isu-isu ideologi kebangsaan, nasionalisme, dan juga Bhineka Tunggal Ika paling gencar terjadi di Media Sosial. “Tapi sekarang isu seperti itu muncul dari group WA, baru menyebar dengan pesan broadcast hingga masuk ke medsos. Prosesnya lebih masive ke masyarakat,” jelasnya.
Selain itu, GP Ansor juga sudah melihat survei di media sosial dan dapat menyimpulkan, masyarakat pengguna jejaring internet memilih ideologi negara berlandaskan Pancasila atau Islam. “Jawabannya mayoritas memilih tetap ideologi negara tetap Pancasila, namun yang memilih islam juga tidak sedikit karena simpatisan tetap bingung memilih ideologi negara, dan kecenderungannya pemilih tersebut condong ke islam,” ungkapnya. (Poy)