Kamis, 25 April 24

Sistem Imun dan Deteksi Virus Penyebab Covid-19

Sistem Imun dan Deteksi Virus Penyebab Covid-19
* Heny Ekowati MSc PhD Apt. (ist)

Tubuh manusia memiliki sistem imun untuk mengeliminasi virus. Sistem imun yang terlibat pada eliminasi virus adalah sistem imun bawaan (innate immunity) dan adaptif (adaptive immunity).

“Sistem imun bawaan yaitu sistem imun yang ada sejak lahir. Bekerja seketika sesaat adanya infeksi,” jelas ahli virus dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Heny Ekowati MSc PhD Apt didampingi Tim Promosi Unsoed Ir Alief Einstein MHum, Jumat (24/4/2020).

Sistem imun bawaan yang berperan dalam eliminasi virus adalah sel epitelia sebagai barier fisik; Interferon (IFN) terdiri dari: (1) Interferon tipe I yaitu IFN-α dan IFN-β, (2) Interferon tipe II yaitu IFN-γ; serta sel Natural killer.

Sedangkan sistem imun adaptif yaitu sistem imun yang muncul ketika ada antigen spesifik yang berasal dari virus yang menginduksinya. “Muncul 7-8 hari setelah infeksi,” papar Heny Ekowati yang juga ahli Imunologi (ilmu tentang kekebalan tubuh).
.
Sistem imun yang terlibat dalam mengeliminasi virus adalah sel B yang menghasilkan Immunoglobulin (Ig) atau antibodi dan sel T yaitu sel T sitotoksik dan sel T helper.

“Imunoglubulin yang dihasilkan oleh sel B yaitu IgM dan IgG digunakan sebagai deteksi cepat (rapid test antibody) COVID-19,” tandas dosen Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan (FIKES) Unsoed ini.

Heny Ekowati yang juga collaborative professor untuk Kanazawa University Jepang memaparkan, deteksi untuk virus SARS-2 (virus penyebab COVID-19) dapat dilakukan dengan 2 metode yakni Uji RT-PCR dan Pemeriksaan Antibodi.

1. Uji RT-PCR
Metode pertama adalah uji RT-PCR (Reverse Transcription-Polimerase Chain Reaction). Merupakan metode untuk mendeteksi adanya virus penyebab COVID-19. Spesimen diperoleh dari usap nasofaring atau dahak pasien. Pada Metode RT-PCR dilakukan dengan amplifikasi bagian spesifik dari RNA virus menggunakan PCR. Metode ini sangat spesifik untuk mendeteksi virus. Dengan demikian, hasil ujinya merupakan standar emas (gold standard) dalam penegakan diagnosis COVID-19.

Nmaun, kelemahan dari metode ini adalah hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan tingkat keamanan tertentu (Bio Safety Level 3) dan oleh petugas dengan skill yang memadai. Terkait dengan keterbatasan alat dan petugas di Indonesia, uji menggunakan metode ini hanya bisa dilakukan pada pasien yang sudah menunjukkan gejala positif infeksi virus. Biaya untuk melakukan tes ini tergolong mahal, yaitu lebih dari 1 juta rupiah

2. Pemeriksaan Antibodi
Metode yang kedua adalah pemeriksaan antibodi dari sampel serum darah pada pasien yang diduga mengalami infeksi virus SARS-2. Pada metode kedua yang dilakukan adalah didasarkan pembentukan antibodi di dalam tubuh (antibody testing). Pada tahap awal infeksi, virus akan masuk ke dalam sel. Dan pada sel yang terinfeksi akan ada protein spesifik dari virus yang disebut protein S (Spike protein). Oleh makrofag (bagian dari sistem imun bawaan), sel yang terinfeksi ini akan dimakan (engulf).

Setelah itu, makrofag akan memproses bagian dari virus yang disebut sebagai antigen untuk ditampilkan di permukaan makrofag. Antigen akan dikenali oleh sel T (bagian dari sistem imun adaptif). Sel T akan berkembang menjadi sel T sitotoksik dan sel T memori. Di samping itu, sel T akan menginduksi aktivasi dari sel B (penghasil antibodi). Antibodi yang dihasilkan oleh sel B akan mengeliminasi virus didasarkan pada ikatannya dengan antigen.

Antibodi yang terbentuk pertama adalah IgM kemudian selanjutnya akan terbentuk IgG.
IgM adalah antibodi yang pertama kali dibentuk oleh tubuh, Sehingga jika positif berarti infeksi terjadi sekitar 7-14 hari yang lalu.

IgG adalah antibodi yang dibentuk setelah nya. Oleh karena itu jika positif berarti infeksi telah terjadi sekitar sebulan yang lalu.

Pengujian menggunakan antibodi, pada saat ini dilakukan melalui tes cepat (Rapid Test Antibody). Pengujian menggunakan metode antibodi akan memberikan gambaran, besarnya populasi yang positif terinfeksi virus, baik yang menampakkan gejala (simptomatik) dan sampai dirawat di rumah sakit maupun yang tidak menunjukkan gejala (asimptomatik); harga strip tes nya relatif murah (berkisar antara Rp 250 – 350 ribu).

“Kelemahan dari metode ini adalah antibodi baru akan terbentuk pada 7-8 hari setelah infeksi. Oleh karena itu jika pada awal infeksi, dilakukan tes antibodi, maka hasilnya akan negatif (False Negative) karena antibodi belum terbentuk. Dengan demikian akurasi dari pengujian berbasis antibodi ini relatif rendah,” tuturnya.

Menurutnya, rapid tes menggunakan antibodi testing memerlukan konfirmasi dengan tes PCR. Jika PCR positif, IgM negatif dan IgG positif, dua kemungkinan yang terjadi adalah:

1. Kemungkinan pertama false negative dari tes PCR. Mengapa? karena sensitivitas tes PCR adalah sekitar 70-80%, ini artinya ada kemungkinan tes PCR salah adalah sekitar 20-30%.

2. Kemungkinan kedua, terjadi reinfeksi pada pasien. Fenomena ini diduga saat ini terjadi di China, Korsel, dan Jepang yaitu adanya gelombang kedua infeksi virus (second wave infection).

Heny Ekowati menerangkan, virus Corona diidentifikasi pada tahun 1960, merupakan jenis virus Enveloped-RNA positif. Mempunyai bagian seperti mahkota (Crown, Corona) yaitu bentuk seperti paku/duri di bagian permukaannya.

Novel Corona virus (nCoV) termasuk dalam keluarga Beta Corona Virus bersama virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), MERS (Middle East Respiratory Syndrome), virus OC43 dan virus HKU1.

“Kesamaan genetiknya adalah sekitar 75-80% dengan virus SARS dan 96% dengan virus Corona pada kelelawar,” kata Doktoral dari Kanazawa University ini.

Penyakit oleh virus Corona yang muncul pertama pada Desember 2019 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru yang disebut sebagai virus SARS-2. WHO pada 10 Februari 2020 memberikan nama resmi untuk penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang baru dengan nama COVID-19. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.