
Yogyakarta – Sejalan dengan berkembangnya zaman, sirup lokal tak ketinggalan ide untuk tetap bertahan. Di tengah persaingan industri sirup yang semakin kompetitif, produsen T.B.H. Syrup tetap mempertahankan rasa dan resep dari leluhurnya. Syrup T.B.H. syrupnya piyantun Jogja, demikian bunyi slogan perusahaan sirup yang memproduksi merek T.B.H. itu. Artinya, sirup T.B.H adalah sirup orang Jojga.
T.B.H. Syrup didirikan Thomas Budi Hartana tahun 1949, dan saat itu satu-satunya sirup lokal yang diproduksi di Yogyakarta. Sirup ini berhasil merebut hati konsumen karena rasanya enak, dan cukup laris di pasaran. Setelah Thomas meninggal dunia, usahanya dilanjutkan anaknya, R. Hartana Hendrata Oscar. Di tangan Hendrata usaha keluarga ini mengalami kemajuan yang cukup pesat. Selanjutnya Hendrata menyerahkan pengelolaan Syrup T.B.H. kepada kelima anaknya sejak delapan tahun lalu.
Sebagai penerus usaha keluarga, Ronald dan keempat saudaranya mempertahankan bahan olahan sirup yang menggunakan gula dari tebu. Keluarga ini mempunyai rekanan yang memasok tebu 5 ton yang dikirimkan dua kali dalam seminggu.
“Semuanya berbahan alami dan gula yang digunakan dari tebu,” tutur Ronald kepada obsessionnews.com di tempat produksinya, Ledok Gondomanan Nomor 2, Yogyakarta, pekan lalu. “Dulunya eyang kami juga menggunakan gula tebu asli. Hingga sekarang kami tetap mempertahankan apa yang dipakai oleh eyang. Tak lupa juga dengan takaran yang pas untuk gulanya untuk membuat sirup dan tidak meninggalkan resep keluarga,” ucapnya.
Ronald menambahkan, orang-orang Yogyakarta dulu lebih banyak mengenal T.B.H. dengan kemasan yang sudah ada sejak awal berdirinya. “Kemasannya memang sengaja tidak diganti karena mempertahankan zaman eyang dan menjadi ciri khas dari T.B.H. agar orang mudah mencarinya,” kata Ronald yang memiliki 30 karyawan.
Berbagai rasa terdapat di sirup T.B.H. ini, yakni frambozen, leci, rose, anggur, jeruk, cocopandan, blewah, strawberry, coffe mocca, vanily, nanas, fruit frunch, fruit frunch blue, blue berry, melon, dan rose blue.
“Pada zaman eyang kami hanya ada tiga hingga lima rasa. Kemudian kami mengembangkan menjadi 16 varian rasa dalam sirup ini. Frambozen dan grape yang lebih banyak peminatnya. Kalau di toko mungkin hanya ada empat atau lima rasa,” katanya.
Jika ingin memesan, lanjut dia, bisa langsung ke tempat produksi jika rasa yang dicari tidak ada di tempat pemasarannya. “T.B.H . syrup aman dikonsumsi anak-anak dan dewasa. Bisa ditambahkan es untuk meminumnya. Bahkan T.B.H juga digunakan untuk salah satu bahan obat sirup anak-anak,” lanjutnya.
Untuk pemasarannya, T.B.H. syrup tetap berada di Jogja dan sekitarnya. Bahkan kadang juga ada konsumen yang menjadikan T.B.H. sebagai buah tangan untuk dibawa ke luar negeri. Ini berarti T.B.H. adalah sirup produksi lokal yang berkualitas internasional. (Anissa Nurul Kurniasari)