Kamis, 25 April 24

Singapura Dominasi Bisnis Penerbangan di Indonesia?

Singapura Dominasi Bisnis Penerbangan di Indonesia?
* Salamuddin Daeng.

Jakarta, Obsessionnews – Benarkah Singapura diam-diam ingin menguasai bisnis penerbangan di Indonesia? “Bisa jadi,” kata Pengamat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng yang juga Peneliti The Indonesia for Global Justice (IGJ) dalam pesan BBM-nya kepada Obsessionnews, Jumat (4/3/2016).

Salamuddin mempertanyakan peran Presiden Direktur  Lion Air, Rudi Kirana, adalah Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Joko Widodo. “Rusdi Kirana telah berhasil menyingkirkan TNI Angkatan Udara dan BUMN Angkasa Pura IIi, mengambilalih Bandar
Menurut Salamuddin, kalau dilihat dari tahun berdirinya Lion Air lahir di tengah situasi perekonomian Indonesia sedang kacau balau sebagai dampak dari krisis moneter dan tumbangnya Presiden Soeharto. Namun dalam waktu sekejap, Lion Air dan Rusdi Kirana menjadi sangat besar. Rusdi menjadi Presiden Direktur dan CEO PT Lion Mentari Airlines.

“Kecurigaan tentang siapa pemilik Lion sebenarnya terlihat pada penggunaan nama ‘Lion’. Lion dalam bahasa Inggris artinya ‘Singa’. Dalam pendirian banyak perusahaan nasional, nama ‘singa’ tidak pernah ditemui. Kata ‘Singa’ malah menjadi identitas Singapura,” dega Salamuddin.

“Dari sinilah kecurigaan semakin kuat bahwa pemilik Lion sebenarnya adalah perusahaan dari Singapura. Benarkah Singapura diam-diam ingin mendominasi bisnis penerbangan di Indonesia? Bisa jadi,” tambahnya.

Asal tahu saja, lanjut dia, saat ini lalu lintas udara Indonesia bagian barat dikendalikan oleh Singapura melalui perjanjian Flight Information Region (FIR). Perjanjian FIR meliputi penerbangan sipil, komersial, dan lainnya. Indonesia sendiri meratifikasi perjanjian tersebut dengan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1996 tentang Ratifikasi Perjanjian FIR dengan Singapura.

“Kita bukan hanya sekedar dijajah, bahkan harga diri kita juga telah diinjak-injak, tetap saja kita tak mampu bertindak. TNI AU bahkan dua kali dihina dalam kasus Bandara Halim, selain pangkalan udaranya diambilalih, Halim juga dijadikan terminal kereta cepat Jakarta-Bandung. dan kita ternyata hanya bisa menonton,” kesal Salamuddin. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.