
Jakarta, Obsessionnews – Jabatan yang masih “lowong” di era Pemerintahan Jokowi-JK tinggal Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Kepala BIN yang sekarang, Letjen (Pur) Marciano Norman (61) adalah era “warisan” Presiden SBY.
The Indonesia Intelligence Institute (I3) telah melakukan pemantauan kandidat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ideal. Mulai dari Kepala BIN sekarang, Marciano, mantan Gubernur DKI Jakarta, Letjen (pur) Sutiyoso (70), mantan Wakil Menhan, Letjen Pur Sjafrie Sjamsoedin.
Juga ada Marsadya (pur) Ian Santoso P (67), yakni putra pahlawan nasional Halim Perdanakusuma, Kemudian, Dr (HC) As’ad Said Ali (66) dan Mayjen (pur) Tubagus Hasanuddin.
“Sebelum dilaporkan kepada pengguna BIN yakni Presiden, semua laporan harus melewati Kepala BIN,” ujar Analis Intelijen The Indonesia Intelligence Institute Ridlwan Habib, dalam diskusi bertema mencari sosok Kepala BIN Ideal di Ladang Kopi, Jakarta Selatan, (28/4/2015). Baca Juga : Calon Kepala BIN Diduga Terlibat Pelanggaran HAM
Kandidat calon Kepala BIN, menurut pemantauan I3 adalah: Baca Juga : Inilah Nama Calon Kepala BIN
Pertama, Letjen (Pur) Marciano Norman (61) pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan 28 Oktober 1954. Marciano pernah menjadi Direktur Analisa Lingkungan Strategis Kementerian Pertahanan, Pangdam Jaya, Komandan Paspampres, Dankodiklat dan saat ini masi menjabat sebahai Kepala BIN sejak 19 Oktober 2011.
Marciano dianggap mempunyai kelebihan yakni teruji dalam Pemilu 2014. Kondisi NKRI relatif kondusif dan gejolak dan tidak ada kejadian luar biasa terkait pemilu.
Menurutnya, BIN di era Marciano juga lebih terbuka terhadap media massa di antaranya dengan jumpa pers dan kunjungan media. Juga perbaikan di website www.bin,go.id yang mudah diaskes.
Kemudian, Dr (HC) As’ad Said Ali (66) lahir di Kudus, 19 Desember 1949. Pernah menjabat sebagai Wakabin, saat ini As’ad menjabat sebagai Wakil Ketua PB Nahdatul Ulama.
Kelebihan As’ad dinilai sangat ahli tentang BIN karena berkarir di lembaga tersebut sejak 1974 atau 40 tahun pengabdian. Dirinya dianggap mengetahui karakter dan seluk beluk BIN secara mendalam.
As’ad juga lama menjalani penugasan di Timur tengah dan paham tentang gerakan Islam yang bermacam-macam mazhan dan aliran.
Selanjutnya, Mayjen (pur) Tubagus Hasanuddin lahir di Majalengka 8 September 1952. Almuni Akabri 1974. Pernah menjadi ajudan Wapres Try Sutrisno, ajudan BJ Habibie, dan Sekretaris Militer Presiden (Sekmilpres) Megawati Soekarno Putri. Sekarang anggota Komisi 1 DPR dari Fraksi PDI Perjuangan.
Ia menilai, TB Hasanuddin memahami intelijen terutama intelijen militer. Kiprahnya sebagai anggota DPR di Komisis I sejak tahun 2009 dianggap memungkinkan TB memahami celah-celah kekurangan BIN sebagai lembaga.
Selanjutnya, Marsadya (pur) Ian Santoso P (67), yakni putra pahlawan nasional Halim Perdanakusuma. Lahir di Madiun 17 Juli 1948. Alumni Akabri 1970. Dirinya pernah menjadi Atase Pertahanan KBRI Singapura, Pangkosekhanudnas, Pangkoops AU dan ka BAIS.
Selain itu, Ian Santoso pernah menjadi ka BAIS sehingga dinilai sangat memahami dunia intelijen. Ian juga tercatat sebagai salah satu purnawirawan jenderal yang mendukung Jokowi-JK dalam Pilpres 2014. Ian adalah sahabat baik Menhan Ryamizard Ryacudu.
Letjen (pur) Sutiyoso (70) alumni Akabri 1968. Kelahiran Semarang 6 Desember 1944. Pernah menjabat sebagai Wadanjen Kopassus, Kasdam, Pangdam Jaya, dan Gubernur DKI. Baca Juga : Sutiyoso Masuk Calon Kepala BIN
Sutiyoso lama di baret merah dan memahami baik tentang intelijen, terutama intelijen militer. Sutiyoso juga politisi yang mendukung Jokowi-JK pada Pilpres 2014.
Terakhir, Letjen Pur Sjafrie Sjamsoedin lahir di Makassar 30 oktober 1952. Lama berkarir di Kopassus, pernah menjabat Kapuspen tNI dan Wakil Menhan.
Sjafrie dinilainya memahami Intelijen terutama intelijen militer. Ia dikenal ramah dan mudah diakses oleh media massa.