Jumat, 29 Maret 24

Breaking News
  • No items

Siapa ‘Hantu’ yang Sudah Bergentayangan di KPK?

Siapa ‘Hantu’ yang Sudah Bergentayangan di KPK?

Jakarta, Obsessionnews – Pada Selasa (3/3/2015), Gedung KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) mendadak ramai dengan aksi demonstrasi oleh ratusan pegawai KPK. ‎Mereka merasa geram karena lembaga yang ‘Superbody’ itu sudah diobrak abrik oleh sosok “Hantu” yang takut dengan “Bareskrim Polri”. Kewibawaan dan jati diri KPK seolah hilang gara-gara sosok hantu tersebut.

Berdasarkan informasi yang tersebar di media, mereka yang tergabung dalam Wadah Pegawai KPK sebenarnya kesal dengan Pelaksana tugas (Plt) KPK yang dipimpin oleh Taufiequrachman Ruki ‎lantaran telah memutuskan untuk melimpahkan berkas perkara kasus Komjen Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung.

Rupanya, keputusan pimpinan KPK itu tidak mendapat dukungan dari anak buahnya. Benar saja mereka mengamuk berorasi secara lantang meneriakan lawan korupsi. “Saya tanya kepada kalian apakah kalian takut keluarganya diancam?” ujar salah seorang orator, kemudian disambut oleh pegawai yang lain secara serentak: “Tidak!!”

Di depan puluhan media, para pegawai KPK itu menjelaskan bahwa dirinya rela mati untuk melawan koruptor. Janji dan pendirian itu sudah tertanam saat mereka pertama kali bekerja sebagai pegawai KPK. Sehingga urat takutnya seolah sudah putus di dalam hati mereka.

Peristiwa ini menjadi pertama kalinya dalam sejarah dimana pegawai KPK turun kejalan melakukan demonstrasi mengkritik pimpinanya sendiri. Apakah ini hanya sekenario belaka? Untuk menarik simpati masyarakat agar terpersepsi oleh publik bahwa benar-benar ada upaya kriminalisasi terhadap KPK yang terjadi secara sistematis, terstruktur dan masif.

Ruki yang ikut hadir dalam barisan pegawai KPK itu pun tidak bisa menjawab apa sebenarnya yang terjadi dalam diri KPK? Mantan pengacara Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri dalam kasus BLBI itu, justru mengaku menyerah dan pasrah atas penanganan kasus Budi Gunawan. Di depan awak media, Ruki dengan lantang mengatakan KPK sudah kalah.

“Kami KPK terima kalah,” ujarnya ketika memberikan keterangan pres usai melakukan demo dengan KPK di kantornya.

Ruki mengingatkan kepada pegawai KPK agar tidak terpaku dengan adanya kasus Budi Gunawan. Meski sudah dilimpahkan ke Kejaksaan Agung bukan berarti KPK akan kiamat. Ia mengatakan, masih ada 36 kasus lain yang menunggu untuk diselesaikan sampai akhir tahun 2015. Karena itu, Ruki meminta kepada para pegawai KPK untuk tetap semangat.

“Tapi tidak berarti harus menyerah. Masih banyak kasus di tangan kami. Masih ada 36 kasus yang harus diselesaikan. Kalau terfokus pada kasus ini, yang lain jadi terbengkalai,” terangnya.

Unjuk rasa yang berlangsung selama 45 menit itu sudah berhasil menyita perhatian publik. Para pegawai KPK itu membuat petisi tidak percaya dengan pimpinan KPK. ‎10 meter kain berwarna putih dibentangkan di pelataran Gedung KPK, satu persatu mereka melakukan tanda tangan tak terkecuali Ruki dan Plt KPK lainnya, Indriyanto Seno Adji yang dicurigai sebagai pihak yang telah melimpahkan kasus Budi ke Kejagung.

Sikap Ruki dan Indriyanto yang ikut-ikut menandatangani petisi tersebut terkesan menjadi aneh. Sebab, dia adalah orang yang sedang dikritik oleh pegawainya karena keputusannya melempar kasus Budi Gunawan. Tapi disisilain, ia mengakui tindakannya salah atau bersebrangan dengan cara pandang anak buahnya.

Ruki sendiri mengatakan, keputusannya untuk melimpahkan kasus Budi lantaran KPK sudah tidak punya kewenangan untuk mengusut kembali dugaan rekening gendut milik mantan ajudan Megawati itu. Pasca majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang diketuai oleh Sarpin Rizaldi telah mengabulkan permohonan gugatan praperadilan Budi Gunawan.

Gaya pimpinan KPK yang baru itu, membuat para pegawai KPK teriak ada hantu yang takut dengan koruptor. Jelas, keputusan Sarpin menerima gugatan Budi sudah menjadi pukulan telak bagi KPK yang selama ini dianggap punya reportasi  bagus di depan masyarakat. Apalagi ditambah dengan pelimpahan kasus Budi Gunawan. Mereka mengibaratkan sudah jatuh ketiban tangga.

Kasus Budi seolah membuat petaka besar bagi KPK. Dampaknya begitu luas, liat saja mantan Menteri Agama Suryadharma Ali yang menjadi tersangka dalam kasus korupsi dana haji ikut-ikutan mengajukan praperadilan. Demikian juga mantan Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Demokrat Sutan Bhatoegana yang menjadi tersangka kasus suap penetapan APBN-P di Kementerian ESDM juga ikut melakukan hal yang sama.

Kembali kepada aksi demo pegawai KPK. Selain menolak pimpinan KPK, para karyawan itu juga tidak tangung-tangung menyasar ke Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Yuddy Chrisnandi. Mereka mereka menentang Yuddy karena telah menuding pegawai KPK telah membangkang dengan pimpinanya.

“Dia (Yuddy) siapa? Apa urusan dia dengan KPK?” ujar Penasihat Wadah Pekerja KPK Nanang Farid Syah dengan lantang di depan kantornya Selasa (3/3/2015).

Nanang mempertanyakan, apa maksud Yudy melarang pegawai KPK melakukan demonstrasi, sampai-sampai mengatakan akan memberi sanksi bagi pegawai KPK yang dianggap tidak tertib aturan. ‎”Loh, apa kapasitas dia berani memberikan sanksi pada pegawai KPK? Dia paham KPK itu undang-undangnya apa?” kata Nanang pake nada peringatan!!

Menurut Nanang, omongan Yudy tidak ada artinya, karena pegawai KPK tidak ada yang mau menggubris‎. Ia mengatakan, pegawai KPK hanya akan mau membangkang dengan manusia, tetapi tidak dengan kebenaran.  “Kami membangkang pada manusia iya, tapi tidak pada kebenaran.” cetusnya.

Sambil santai melihat para teman-temanya berorasi, ‎aksi demonstrasi itu juga diramaikan dengan penempelan gambar pistol yang sedang ditodongkan di dada mereka. Di bawah gambar itu tertulis kata-kata ‎”Kalau teman-temanmu bertanya, kenapa bapakmu dicari polisi, jawab saja karena bapakmu pemberani.”

Inilah awal dari kekalahan KPK, demi membangkitkan lagi kejayaannya, mereka bahkan sudah tidak peduli lagi berteriak dan pengepalkan tangan ‎meski di depanya ada Ruki yang tengah mengawasi gerak gerik mereka. Bagi mereka, ini adalah puncak kemarahan dan kemuakan atas sikap Hantu koruptor yang sudah berhasil merobohkan benteng moral bangsa ini.

Nanang mengatakan, ada tiga permintaan pegawai KPK yang harus dipenuhi oleh pimpinan.
Pertama, menolak putusan Pimpinan KPK yang melimpahkan kasus Budi Gunawan ke Kejaksaan. Kedua, meminta pimpinan KPK mengajukan upaya hukum peninjauan kembali (PK) atas putusan praperadilan kasus Budi Gunawan. Dan ketiga, meminta pimpinan menjelaskan secara terbuka strategi pemberantasan korupsi KPK kepada pegawai KPK.

Menit demi menit aksi ujuk rasa pegawai KPK akhirnya berhenti pada pukul 09.45 WIB. Satu persatu mereka masuk ke Gedung KPK dan kembali bekerja seperti biasanya. Ada perasaan yang cukup lega yang terlihat di wajah mereka usai meluapkan amarahnya di depan para pimpinan. Publik pun sempat ada yang tidak percaya apakah benar ini tidak direkayasa.

Namun yang pasti, tindakan mereka pada Selasa pagi tadi itu sudah memecah ‎tradisi baru di KPK. Tentu mereka punya alasan yang fundamental mengapa berani melawan atasnya. Barang kali ini adalah akumulasi dari kemarahan mereka ketika melihat dua pimpinan KPK yang dihormati Abraham Samad dan Bambang Widjojanto harus tersungkur dengan ditetapkan sebagai tersangka oleh Polisi.

Istilah ada ‘Hantu’ di KPK juga masih menjadi tanda tanya, apakah Hantu yang dimaksud adalah mereka yang bergentayangan di dalam KPK, atau mereka yang ada di luar. Bisa jadi hantu itu adalah para koruptor yang masih berada di luar. Mereka tertawa, melihat KPK lemah dan kalah setelah kasus Budi Gunawan itu bergulir. ‎(Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.