Kamis, 25 April 24

Setelah Tak Lagi Jadi Presiden, SBY “Incar” Sekjen PBB?

Setelah Tak Lagi Jadi Presiden, SBY “Incar” Sekjen PBB?

Jakarta – Berakhir sudah masa jabatan SBY pada Senin, 20 Oktober 2014. SBY secara resmi menyerahkan kursi kepresidenan kepada Jokowi. Suksesi kepemimpinan nasional berjalan lancar. Kini Indonesia memiliki presiden baru yang merakyat dan diharapkan membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi. Jokowi mendapat kepercayaan memimpin Indonesia periode 2014 – 2019. Di berbagai tempat terpasang spanduk-spanduk berukuran kecil dan besar yang berisi ucapan terima kasih kepada SBY, dan ucapan selamat mengemban tugas baru kepada Jokowi.

Spanduk-spanduk yang berisi ucapan terima kasih kepada SBY itu memang wajar, karena selama sepuluh tahun menjadi presiden dia telah banyak berbuat untuk kemajuan pembangunan Indonesia.

SBY sosok yang fenomenal dan dua periode menjadi presiden, yakni periode 2004-2009 dan periode 2009-2014. Pensiunan jenderal bintang empat ini yang berduet dengan Jusuf Kalla (JK) secara mengejutkan memenangkan Pilpres 2014 yang pertama kali dipilih langsung oleh rakyat. Saat itu SBY-JK didukung Partai Demokrat dan Partai Bulan Bintang (PBB). Duet SBY-JK mengalahkan Megawati Soekarnoputeri-Hasyim Muzadi, Wiranto-Salahuddin Wahid, Amien Rais-Siswono Yudhohusudo, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar. Selanjutnya pada Pilpres 2009 SBY kembali terpilih menjadi presiden untuk periode kedua. Pada Pilpres 2009 SBY yang berpasangan dengan Boediono berhasil menaklukkan Megawati Soekarnoputeri-Prabowo Subianto dan JK-Wiranto.

Dalam sepuluh tahun kepemimpinannya banyak program SBY yang dikenal dengan program pro rakyat yang bermanfaat bagi rakyat. Program pro rakyat bagian dari pembangunan nasional. Program pro rakyat itu berupa beras untuk rakyat miskin (raskin), sekolah gratis untuk SD – SLTA, pengobatan gratis, bantuan untuk penyandang cacat, dan bantuan untuk orang lanjut usia (lansia). Selain itu juga terdapat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang membantu membangun jalan perdesaan, jembatan, irigasi, tembok penahan tanah, sarana air bersih, dan berbagai infrastruktur lainnya. Pemerintahan SBY juga memberikan pinjaman dana untuk tambahan modal kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan besaran Rp 5 juta hingga Rp 500 juta.

SBY berhasil meningkatkan pendapatan per kapita rakyat Indonesia hingga tiga kali lipat. Tahun 2004 pendapatan per kapita rakyat Indonesia tercatat sebesar US$ 1.121, lalu meningkat menjadi US$ 3.475 pada tahun 2013. SBY juga berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari 5,13% tahun 2004 menjadi 5,78% pada tahun 2013. Di sisi lain angka kemiskinan turun dari 16,7% tahun 2004 menjadi 11,47% pada tahun 2013. Angka pengangguran juga mengalami penurunan dari 9,90% tahun 2004 menjadi 6,13% pada tahun 2013.

Di mata dunia internasional SBY dinilai berhasil memajukan perekonomian Indonesia. Dan bahkan Indonesia dewasa ini menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Selain itu SBY juga dinilai sebagai tokoh yang berprestasi dalam memelihara perdamaian bersama dan dorongan untuk mening¬katkan hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan kerja sama antaragama.

SBY mendapat sejumlah penghargaan internasional, antara lain 21st Century Economic Achievement Award tahun 2012, World Statesman Award 2013, dan Global Statesman Ward tahun 2014. Penghargaan 21st Century Economic Achievement Award tahun 2012 diberikan oleh komunitas bisnis US-Asean Business Council, serta tiga organisasi lingkungan dan konservasi terkemuka, yaitu The Nature Conservancy (TNC), World Resources Institute (WRI), dan World Wildlife Fund (WWF). Penganugerahan penghargaan digelar di Hotel Mandarin Oriental, New York, Senin (24/9/2012) malam atau Selasa (25/9/2012 ) pagi WIB. President US-Asean Business Council Alex Feldman mengatakan, Presiden SBY adalah adalah pemimpin yang konsisten dan gigih dalam mengubah wajah perekonomian Indonesia. Sejak memimpin Indonesia pada 2004, ekonomi nasional meningkat tajam dan mampu menghadapi gelombang krisis yang terjadi. “Kami sangat mengapresiasi usaha dan kerja keras Presiden SBY di bidang ekonomi. Indonesia saat ini menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara,” katanya.

Sementara itu penghargaan World Statesman Award 2013 diberikan oleh Appeal of Conscience Foun¬dation (ACF). SBY menerima World Statesman Award 2013 di Garden Foyer, Hotel The Pierre, New York, Amerika Serikat, Kamis 30 Mei 2013. Penghargaan itu sebagai wujud bahwa SBY mempunyai prestasi dalam meme¬lihara perdamaian bersama dan dorongan untuk mening¬katkan hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan kerja sama antaragama.

AFC adalah lembaga yang mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, dan dialog antarkepercayaan yang berbasis di New York. Lembaga itu pertama kali memberikan penghargaan World Statesman Award pada tahun 1997. Negarawan dunia yang pernah memperoleh penghargaan itu adalah Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, Pre¬siden Perancis Nicolas Zar¬kozy, dan Perdana Menteri Kanada Stephen Harper. Tahun 2013 World Statesman Award diberikan kepada SBY, karena SBY diakui sebagai tokoh dunia yang berkontribusi dalam memperjuangkan kebebasan dan toleransi beragama.

Sedangkan penghargaan Global Statesman Award diberikan kepada SBY dalam acara World Economic Forum di Manila, Filipina, Jumat, 23 Mei 2014. Penghargaan tersebut diberikan atas peran SBY terhadap kemajuan Indonesia, khususnya di bidang ekonomi dan pembangunan.

“Saya merasa terhormat atas penghargaan Global Statemanship Award, dan saya menerimanya atas nama warga Indonesia, yang terus menginsipirasi dan memberikan energi kepada saya setiap harinya,” kata SBY.

Ke mana SBY setelah pensiun sebagai presiden? September 2014 SBY terpilih memimpin sebuah organisasi internasional. SBY diberi dua jabatan di Global Green Growth Institute (GGGI), yakni sebagai Chair of the Council dan sekaligus President of Assembly. Hal ini merupakan pengakuan kemampuan Presiden Indonesia di mata internasional. GGGI yang berbasis di Korea Selatan semula adalah lembaga swadaya masyarakat yang didirikan tahun 2010, kemudian berkembang menjadi organisasi internasional yang disegani. GGGI juga berhasil menjadi observer baik di United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) maupun Sidang Majelis Umum PBB.

SBY mengatakan, preservasi alam adalah sesuatu yang sangat personal. Terlepas dari kecurigaan yang sering menghantui negara berkembang mengenai green growth, Indonesia telah membuktikan bagaimana preservasi alam, perkembangan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan bisa seiring sejalan.

“Indonesia menerapkan sistem ekonomi yang pro-poor, pro-growth, pro-job dan pro-environment. Jika Indonesia bisa melakukannya, maka negara-negara berkembang yang lain pun bisa,” kata SBY.

SBY akan memulai tugas baru sebagai Presiden GGGI pada November 2014. Selain mengemban tugas memimpin organisasi internasional tersebut, tentu SBY masih terus disibukkan mengurus Partai Demokrat di mana ia menjadi ketua umumnya, dan disibukkan dengan berbagai kegiatan lainnya. Jadi, pasca lengser dari Istana Presiden hari-hari SBY tetap diwarnai berbagai kesibukan. (Arif Rahman Hakim )

Related posts