Rabu, 22 Maret 23

Setan! Militer Myanmar Perkosa Muslimah Rohingya

Setan! Militer Myanmar Perkosa Muslimah Rohingya
* Jamalida Begum menjadi janda setelah suaminya ditembak mati. Ibu dua anak itu mengaku diperkosa tentara Myanmar. (BBC)

Myanmar – Tatkala para serdadu mencari para milisi di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, akhir Oktober lalu, kaum minoritas Rohingya justru mengalami musibah.

Desa-desa mereka dibakar, sejumlah pria dibunuh, dan para perempuan dilecehkan secara seksual. Bahkan, ketika seorang perempuan mengaku diperkosa, dia dituduh berbohong oleh kantor pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, serta dicari oleh para serdadu yang mendendam.

Jamalida Begum, nama perempuan itu. Sembari duduk bersila di lantai, perempuan berusia 25 tahun itu menceritakan kejadian setelah suaminya ditembak mati di Desa Pyaung Pyaik, bagian barat laut Myanmar.

Jamalida kabur bersama dua anaknya dan menyaksikan dari kejauhan selagi tentara membakar rumah-rumah di desanya. Citra satelit mengonfirmasi bahwa sedikitnya 85 bangunan telah dirusak.

Lima hari kemudian dia kembali ke rumah bersama beberapa tetangganya. Namun, rumah dan segala isinya telah musnah. Mereka pun berlindung bersama di salah satu rumah yang utuh. Tak disangka, keesokan harinya serdadu-serdadu itu muncul lagi.

“Mereka memilih 30 perempuan. Setengahnya berusia antara 12 tahun dan 15 tahun,” kata Jamalida seperti dilansir bbc.com, Sabtu (11/3/2017).

Oleh para serdadu, puluhan perempuan itu dibawa ke sekolah di desa tersebut.

“Lalu mereka memilih empat orang dari 30. Keempat orang itu adalah saya dan tiga remaja. Lalu kami dipisah. Tentara membawa saya ke bagian timur sekolah, dekat kolam. Tujuh serdadu lainnya membawa tiga perempuan ke bukit di sebelah selatan sekolah,” tutur Jamalida.

“Dengan berteriak, mereka menyuruh saya membuka baju dan thami (kain lilit). Saat saya menolak, mereka mulai memukuli saya, menarik pakaian saya, dan mendorong saya ke tanah. Tiga serdadu memperkosa dan menyiksa saya selama satu jam. Darah keluar dari bagian bawah tubuh dan kaki saya terasa kram. Mereka menonjok mata saya dan menuduh saya memelototi mereka. Mata saya terasa merah seperti batu bara. Mereka meninggalkan saya dalam keadaan berdarah dan pergi dengan jip mereka.”

Para serdadu itu dikirim ke bagian utara Negara Bagian Rakhine untuk melakoni “operasi pembersihan” setelah milisi dari kaum Rohingya melancarkan serangan ke pos polisi Myanmar pada 9 Oktober 2016.

Serangan itu menewaskan sembilan polisi serta melucuti persediaan senjata dan amunisi.

Usai operasi itu berlangsung, gelombang laporan pelanggaran hak asasi manusia muncul, termasuk serangkaian tuduhan pemerkosaan.

Peta Desa Pyaung Pyaik, Myanmar. (BBC)

Namun anehnya, Aung San Suu Kyi yang katanya sosok pembela HAM Myanmar yang kini berubah menjadi penguasa, malah membantah tudingan-tudingan itu. Bahkan, Suu Kyi berkeras bahwa para serdadu mematuhi hukum. Namun ketika jurnalis independen hendak pergi ke Rakhine guna memverifikasi, dia tidak mengijinkan. Parah!

Alih-alih, Suu Kyi membentuk tim investigasi yang tiba di Pyaung Pyaik pada 11 Desember 2016. Nampaknya Suu Kyi malah menutup-nutupi kejahatan milter Myanmar terhadap muslim Rohingya.

Meski awalnya ragu, Jamalida dibujuk untuk berbicara dengan satu-satunya perempuan dalam tim investigasi itu, Dr Thet Thet Zin, ketua Federasi Urusan Perempuan Myanmar.

“Dia berkata, kami tidak akan mencelakai Anda, bawa ke mari para perempuan yang diperkosa dan disiksa. Jadi saya pergi ke sana dan menceritakan segalanya dan mereka merekamnya.”

Interaksi Jamalida dengan tim investigasi direkam dan beberapa menit rekaman videonya ditayangkan oleh stasiun televisi pemerintah Myanmar. Tayangan itu luar biasa dalam artian tidak hanya Jamalida diintimidasi oleh para penerjemah, tapi juga stasiun televisi pemerintah tidak menerjemahkan perkataan Jamalida dalam bahasa Rohingya kepada tim investigasi.

Dalam terjemahan yang benar, jelas bahwa Jamalida merinci bukti-bukti tentang insiden pemerkosaan. Dia mengatakan telah melihat tiga perempuan Rohingya dibawa ke semak-semak oleh sejumlah serdadu.

“Apakah Anda melihat para perempuan itu diperkosa atau tidak?” tanya penerjemah.

“Saya tidak melihat,” jawab Jamalida.

“Jadi tidak benar mereka diperkosa,” balas penerjemah.

“Ya dan tidak. Darah mereka mengalir dari sini,” tunjuk Jamalida ke arah paha.

“Jangan katakan itu, jangan katakan itu, jangan katakan mereka berdarah, katakan saja apakah kamu melihat mereka diperkosa atau tidak,” sergah penerjemah.

Kemudian, penerjemah mengatakan kepada para penyelidik bahwa Jamalida tidak melihat ketiga perempuan itu diperkosa. (*/BBC/Red)

Baca Juga:

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.