Jumat, 19 April 24

Serunya ‘Perang’ di Gebyuran Air Bustaman

Serunya ‘Perang’ di Gebyuran Air Bustaman

Pria itu merunduk di pojokan gang, persis sebelah kanan sambil bersembunyi, menggenggam sebuah plastik. Di depan gang, kerumunan orang berteriak-teriakzbersiap melancarkan ‘serangan’. Pelan namun pasti, ia mengendap-endap ke arah mereka. Dengan satu gerakan mantap, plastik yang sedari ia pegang terbang ke udara dan pyar!

Semarang, Obsessionnews – ‘Gebyur Bustaman’ itulah perang yang sedang terjadi sebuah gang Bustaman, Kota Semarang pada Minggu (29/5/2016) sore tadi. Tradisi tahunan ini kembali digelar, menjelang datangnya bulan Ramadhan.

Acara berlangsung sangat seru dan meriah. Ratusan warga tumpah ruah di sela gang-gang sempit itu. Tua muda terpancar raut muka keceriaan akan terselenggaranya acara tersebut.

Penggagas Gebyur Bustaman, Hari Bustaman menjelaskan, ritual ini diselenggarakan tiap tahun untuk menyambut masuknya bulan puasa. Tradisi ini bermula dari seorang kyai yang jaman dahulu mendirikan kampung Bustaman.

“Nama kampung ini mengikuti pendirinya yakni Kyai Bustam. Kampun Bustaman dibangun pada tahun 1743, peninggalan mbah kyai dulu,” jelasnya kepada obsessionnews.com.

Kala itu, sang Kyai memiliki kebiasaan ketika menjelang puasa, yakni memandikan atau ‘menggebyur’ cucunya di sebuah sumur tua yang saat ini berdiri sebuah masjid berwarna hijau. Warga pun berinisiatif untuk melestarikan kembali tradisi sang kyai.

“Gebyuran sendiri lalu menjadi sebuah acara ritual sebagai isyarat bersih diri menjelang puasa. Ini sudah kelima kalinya kami mengadakan gebyuran,” kata dia.

Yang beda, tahun ini mereka menggunakan pewarna alami dan mencorengkannya ke muka. Hal tersebut diartikan simbol noda dan kesalahan yang selanjutnya dibersihkan bersama gebyuran.

“Jadi ada semacam tabur awu (abu) dan dicorengkan ke wajah. Melalui gebyuran, diharapkan warga bisa menjalani puasa dengan hati yang bersih,” paparnya.

Ternyata, peserta gebyuran tak hanya dari warga saja. Seorang bule juga nampak asyik mengikuti acara. Tanpa ragu, ia larut dalam suasana kebersamaan yang ditunjukkan.

“It’s fun, it was nice. It was really fun,” kata Vicky Gerrard, bule asal negara Inggris ini senang.

Vicky saat ini sedang melakukan workshop di dekat wilayah Bustaman. Tanpa sadar, ia diajak warga untuk mengikuti gebyuran air. Ia pun mengaku gembira bisa ikut berpartisipasi dalam tradisi tahunan ini.

“I didn’t know what it’s all about, wasn’t prepare, but everyone having fun,” tandasnya.

Begitu pula peserta gebyuran asal Jogjakarta, Vensa Christ. Menurutnya, acara ini sangatlah menjunjung tinggi rasa guyub rukun tanpa harus memendam amarah karena dilempar air.

“Ini brutal mas. Tapi saya takjub. Tua muda seperti jadi satu tanpa batas. Ga ada yang marah dilempar-lempar air gitu. Semua senang,” sambungnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama nasi bungkus yang sudah dipersiapkan panitia. Keseruan lagi-lagi terjadi lantaran warga berebut makanan. Tak lupa, mereka juga membersihkan sampah plastik yang dipakai agar tidak menyumbat saluran air. (Yusuf IH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.