
Jakarta, Obsessionnews – Artis senior Indonesia, Erna Santoso mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional lewat penobatannya sebagai “Best Supporting Actress” atau Artis Peran Pendukung Wanita Terbaik di ajang festival film St. Tropez International Film Festival yang acara puncaknya berlangsung tanggal 16 Mei lalu di Perancis.
Ternyata, sang pemenang Erna Santoso seolah tak percaya jika dirinya meraih kemenangan ini dan merasa seperti bermimpi.
“Ini beneren kan? Bukan mimpi?” ujar Erna Santoso ketika kabar gembira kemenangannya ini diberitahukan oleh sutradara Damien Dematra, seperti rilis resmi yang diterima oleh Obsessionnews, Kamis (21/5/2015).
Sayangnya, Erna tidak dapat menghadiri acara puncak malam penghargaan dan diwakili oleh Jeonghee Jeon, salah satu tim produser From Seoul To Jakarta dari Korea Selatan. Film hasil kolaborasi Indonesia, Korea Selatan dan Amerika Serikat ini sendiri sudah meraih berbagai penghargaan dan nominasi dari berbagai negara walaupun belum pasti kapan akan ditayangkan di Indonesia.
Penghargaan ini terasa sangat spesial bagi Erna karena ini adalah penghargaan kedua baginya, setelah sebelumnya pada tahun 1977 meraih penghargaan Artis Terbaik di ajang Festival Film Asia Pasifik di Hongkong lewat film Cinta Abadi bersama Deddy Mizwar, Ade Irawan, dkk.
Pencapaian ini didapat Erna dari perannya sebagai Ho-Sook, wanita asli Korea Selatan dalam film “From Seoul To Jakarta (FSTJ)” karya sutradara Damien Dematra. Film ini sebelumnya memperoleh 6 nominasi: sebagai peran pembantu wanita terbaik (Erna Santoso), peran utama wanita terbaik (Natasha Dematra), peran utama pria terbaik (Roman D Man), penulis skenario terbaik (Damien Dematra dan Ilchi Lee), sutradara terbaik (Damien Dematra), film terbaik (Damien Dematra, Ilchi Lee dan Irene Christina).
Erna yang juga adalah Penasihat Dewan Kreatif Rakyat (DKR) mengatakan semua penghargaan yang diraihnya adalah penghargaan dari luar negeri. Festival film di Indonesia itu terlalu banyak sengkuninya, jadi dalam memilih pemenang lebih banyak karena faktor KKN dibanding faktor kemampuan yang sebenarnya. Hal ini salah satu penyebab mengapa film Indonesia tidak bisa maju.
Impian Erna, film Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dan berharap program DKR mengadakan 1000 Bioskop Rakyat dapat segera terwujud, hingga masa kejayaan film Indonesia dapat segera terjadi. (Popi Rahim)