Selasa, 16 April 24

Sepak Terjang I Gusti Ngurah Putra, Direktur Utama Waskita Karya

Sepak Terjang I Gusti Ngurah Putra, Direktur Utama Waskita Karya
* Direktur Utama Waskita Karya I Gusti Ngurah Putra.

Jakarta, Obsessionnews.com – PT Waskita Karya (Persero) Tbk telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2017 di Gedung Waskita, Jakarta, Jumat (6/4/2018).  Dalam rapat tersebut, para pemegang saham sepakat untuk  melakukan perombakan struktur organisasi. Terutama di jajaran direksi.

Pada struktur organisasi yang baru ini, para pemegang sama merombak enam dari tujuh direksi yang ada. Salah satunya mengangkat I Gusti Ngurah Putra sebagai Direktur Utama PT Waskita Karya yang baru menggantikan M. Choliq yang sudah menjabat direktur sejak 2008.

Lantas siapa I Gusti Ngurah Putra? Bagaimana sepak terjangnya?

Pria berusia 58 tahun pada 30 Juli 1959 ini lahir di Gianyar, Bali, sejak awal dia memang sudah menekuni dunia konstruksi dengan mendapatkan gelar sarjana jurusan teknik sipil di Universitas Brawijaya Malang pada 1984 dan melanjutkan studi Master di Prasetya Mulya Business School dan lulus pada 2004.

Putra bukan orang baru di Waskita. Tak lama setelah lulus S1, beliau langsung bekerja di perusahaan tersebut pada 1984. Saat itu, Putra menjadi staf teknis proyek. Tiga tahun kemudian, dia diangkat menjadi Kepala Proyek Waskita di sekitar Waepare-Larantuka.

Kiprah Putra pun berlanjut dengan menangani banyak proyek di Indonesia bagian Timur selama kurun waktu 1992-1999. Sejak itu, dia dimutasi ke Jakarta. Jabatan tertinggi yang pernah diraih Putra di Waskita adalah direktur operasi yang diperolehnya pada Juni 2008.

Pada 2011, Putra diangkat menjadi Direktur Utama PT Nindya Karya. Tugas Putra di perusahaan ini terbilang berat karena Nindya memiliki setumpuk utang sehingga statusnya diawasi PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

Saat itu, Putra langsung memulai program restrukturisasi di Nindya. Ada tiga sektor yang disasar Putra yaitu keuangan, sistem, dan sumber daya manusia. Berkat tangan dinginnya, Nindya menjadi perusahaan yang sehat dan mendapat berbagai proyek konstruksi yang cukup besar.

Karier Putra di Nindya hanya tiga tahun dan pindah ke kapal yang baru, PT Hutama Karya pada 2014 untuk menjadi direktur utama di perusahaan tersebut. Menteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan menempatkan Putra untuk menggantikan Tri Widjayanto yang masa jabatannya habis karena telah menjabat selama dua periode.

Sejumlah proyek besar dikerjakan oleh Hutama Karya di masa kepemimpinan Putra. Beberapa karya tersebut di antaranya Bandara Kualanamu Medan, Tol Bandara Ngurah Rai-Tanjung Benoa Bali, Jalan Akses Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, dan Jalan Tol Trans Sumatera.

Kini Putra kembali lagi ke Waskita. Kali ini menjadi bos nomor satu di perusahaan itu. Di era kepemimpinan Choliq, Waskita menjelma menjadi perusahaan konstruksi raksasa di Indonesia dengan kontrak proyek dan laba bersih paling besar di antara BUMN karya atau perusahaan swasta lainnya.

Tugas berat menanti Putra. Dengan jumlah proyek yang semakin banyak ditangani Waskita, risiko terjadinya kecelakaan kerja tetap membayangi proyek-proyek Waskita. Dengan demikian, tantangan bagi Putra adalah bagaimana bisa mengelola proyek yang begitu banyak dengan standar pengerjaan yang optimal sambil menjaga keuntungan tetap tinggi di tengah kondisi bisnis konstruksi yang memiliki margin tipis.

Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan (KSPP) Kementerian BUMN Ahmad Bambang mengatakan,  alasan Kementerian BUMN memilih Putra sebagai Direktur Utama Waskita karena pengalamannya. Apalagi, sebelumnya Gusti juga menjabat sebagai Direktur Hutama Karya (Persero)

“Pertimbangannya dia (I Gusti Ngurah Putra) juga kan Dirut di Hutama Karya,” ujarnya saat ditemui di Gedung Waskita, Jakarta, Jumat (6/4).

Menurut pria yang biasa disapa Abe ini, I Gusti Ngurah Putra juga dinilai sukses memimpin Hutama Karya. Hal tersebut terlihat dari kinerja perusahaan pada tahun ini yang terus mengalami peningkatan. “Dia (I Gusti Ngurah Putra) di Hutama Karya juga kan bagus,” ucapnya.

Menurut Abe, dari sisi finansial Hutama Karya mulai mencatatkan peningkatan yang cukup signifikan. Selain itu, di bawah tangan dinginnya Hutama Karya juga menjelma sebagai BUMN Karya yang profesional dalam mengelola proyek.

“Kamu lihat saja kinerjanya Hutama Karya. Hutama liat saja dari sisi finansialnya. Kemudian performanya,” jelasnya.

Belum lagi, lanjut Abe, di bawah tangan dinginnya Hutama Karya juga dinilai sangat tanggap, dan tegas terhadap kecelakaan yang konstruksi pada proyek Double-Double Track (DDT) yang terjadi beberapa waktu lalu. Hak tersebut terbukti dengan langsung mengganti kepala proyek karena keteledoran tersebut.

“Terakhir memang soal kecelakaan cuma satu. Dan itu yang bagusnya dia langsung action. Kepala proyeknya langsung di ganti. Dan yang kedua adalah korbannya langsung diurus. Dia enggak ngurus kerjaan dulu tapi ngurus manusianya dulu. Nah itu yang kita butuh orang-orang gini,” jelasnya. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.