Sabtu, 20 April 24

Sepak Bola Inggris Boikot Medsos

Sepak Bola Inggris Boikot Medsos
* Foto ilustrasi. (Getty)

Demi menghapus kebencian online, sepak bola Inggris umumkan lakukan boikot terhadap media sosial (medsos).

Boikot medsos telah diumumkan untuk seluruh kalangan sepak bola Inggris, dengan FA, Liga Primer, EFL, Liga Super Wanita FA, Kejuaraan Wanita FA, PFA, LMA, PGMOL, Kick It Out, dan FSA bersatu untuk memberlakukan ‘aksi bisu’ antara 30 April dan 3 Mei.

Pihak berwenang yang menaungi sepak bola pria dan wanita di Inggris bersatu untuk mengambil sikap guna memerang mereka yang terus menodai permainan.

Tindakan nyata tengah diambil dalam upaya untuk “memberantas kebencian online sembari menyoroti pentingnya mendidik orang-orang dalam perjuangan melawan diskriminasi yang sedang berlangsung”, dengan pemerintah Inggris juga didesak untuk memuluskan “undang-undang yang kuat” dalam RUU Keamanan Online-nya.

Musim 2020/21 ini ada banyak contoh olahragawan yang menjadi sasaran kebencian secara online, dengan pandangan umum dari mereka adalah bahwa perusahaan media sosial tidak melakukan cukup banyak hal untuk membuat “efek jera di kehidupan nyata” kepada “pemasok pelecehan di semua platform”.

Edleen John, Direktur Hubungan Internasional, Urusan Korporat dan Mitra-Mitra untuk Kesetaraan, Keragaman, dan Inklusi FA, mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi: “Sangat tidak dapat diterima bahwa orang-orang di seluruh sepak bola Inggris dan masyarakat secara luas terus menjadi sasaran pelecehan diskriminatif online setiap hari, tanpa konsekuensi dunia nyata bagi pelakunya.

“Ini perlu diubah dengan segera, dan kami terus mendesak perusahaan media sosial untuk bertindak sekarang demi mengatasi hal ini. Kami tidak akan berhenti membicarakan masalah ini dan akan terus bekerja sama dengan pemerintah dalam memastikan bahwa RUU Keamanan Online memberikan kewenangan pengaturan dan pengawasan yang memadai kepada Ofcom. Perusahaan media sosial perlu dimintai pertanggungjawaban jika mereka terus gagal memenuhi tanggung jawab moral dan sosial untuk mengatasi masalah endemik ini.

“Kami akhir-akhir ini melihat betapa kuatnya hal itu ketika semua orang bersatu demi kebaikan sepak bola Inggris. Kami menyerukan kepada organisasi dan individu di seluruh sepakbola untuk bergabung dengan kami dalam boikot sementara platform media sosial ini, guna menunjukkan solidaritas dan kekompakan dalam pesan bahwa sepak bola Inggris tidak akan menolerir diskriminasi dalam bentuk apa pun.”

Sementara itu, Kepala Eksekutif Liga Primer Richard Masters menambahkan: “Perilaku rasis dalam bentuk apa pun tidak dapat diterima dan pelecehan mengerikan yang kami lihat yang diterima pemain di platform media sosial tidak dapat dibiarkan berlanjut.

“Liga Primer dan klub kami berdiri berdampingan dengan sepakbola dalam melakukan boikot ini untuk menyoroti kebutuhan mendesak bagi perusahaan media sosial untuk berbuat lebih banyak dalam menghilangkan kebencian rasial. Kami tidak akan berhenti menentang perusahaan media sosial dan ingin melihat peningkatan signifikan dalam kebijakan dan proses mereka guna mengatasi pelecehan diskriminatif online di platform mereka.

“Sepak bola adalah olahraga yang beragam, yang menyatukan komunitas dan budaya dari semua latar belakang dan keragaman inilah yang membuat persaingannya menjadi lebih kuat. [Slogan] ‘No Room For Racism’ mewakili semua upaya yang kami lakukan untuk mempromosikan kesetaraan, keragaman, dan inklusi, serta mengatasi diskriminasi.”

Trevor Birch, kepala eksekutif EFL, mengatakan: “Klub EFL telah menyatakan keinginan yang jelas untuk mengambil sikap bersatu melawan pelecehan rasis yang menjijikkan, diskriminatif, dan mengancam di platform media sosial yang kami dukung sepenuhnya bersama seluruh keluarga sepak bola.

“Meski kami menyadari nilai dan peran yang dimainkan media sosial dalam sepak bola, pelecehan online tidak akan ditoleransi dan kami akan terus berupaya keras untuk mengupayakan semua jalan yang terbuka bagi kami untuk membuat perubahan.

“Boikot hanya sebagian dari langkah yang diambil di bidang ini, tetapi lebih jauh menyoroti kebutuhan perusahaan media sosial untuk mengambil tanggung jawab tambahan atas perilaku yang tidak pantas dan tidak diinginkan yang muncul di platform mereka.”

Sanjay Bhandari, Ketua Kick It Out, mengatakan: “Sayangnya, media sosial sekarang menjadi wadah reguler untuk penyalahgunaan yang beracun. Boikot ini menandakan kemarahan kolektif kami atas kerusakan yang ditimbulkan kepada orang-orang di sepak bola, yang menonton, dan bekerja di permainan ini. Dengan kami menyingkir dari platform [media sosial], kami membuat isyarat simbolis kepada mereka yang berkuasa. Kami membutuhkan Anda untuk bertindak. Kami membutuhkan Anda untuk menciptakan perubahan.

“Kami membutuhkan perusahaan media sosial untuk membuat platform mereka menjadi lingkungan yang tidak bersahabat bagi para pembenci daripada untuk keluarga sepakbola. Kami membutuhkan pemerintah untuk berani dan menepati janjinya untuk mengatur RUU Keamanan Online, yang dapat menjadi pengubah permainan dan kami bertekad untuk membantu mewujudkannya. Seharusnya tidak ada ruang untuk kebencian dan semua orang dapat memainkan peran mereka. Jika Anda menonton, bekerja, atau menyukai sepakbola, bergabunglah.”

Richard Bevan, kepala eksekutif di LMA, mengatakan: “LMA sepenuhnya mendukung boikot media sosial di seluruh sepak bola profesional. Keheningan terpadu akan mengirimkan pesan yang keras dan kuat kepada mereka yang melakukan pelecehan online bahwa tindakan mereka tidak akan lagi ditoleransi, dan kepada perusahaan media sosial bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk melakukan segala daya mereka untuk memberantas itu.

“Kami juga mendesak pemerintah untuk memahami pentingnya tindakan kolektif ini dan untuk memastikan bahwa RUU Keamanan Online-nya memberikan undang-undang yang kuat dan sesuai.”

Kevin Miles, kepala eksekutif dari Asosiasi Suporter Sepak Bola, mengatakan: “Asosiasi Suporter Sepak bola sepenuhnya berada di belakang upaya untuk membasmi kebencian dan diskriminasi online dan akan bergabung dengan boikot media sosial akhir pekan depan. Banyak perhatian media telah terfokus pada hal tersebut, pelecehan keji yang ditujukan pada pemain, manajer dan jurnalis dalam sepak bola pria dan wanita dan kami juga melihat itu ditujukan pada kelompok suporter. Itu harus dihentikan.

“Banyak dari grup suporter kami yang paling aktif memberi tahu kami bahwa mereka telah menerima pelecehan yang menjijikkan ketika mereka tidak melakukan apa-apa selain mencoba mewakili basis pendukung mereka. Ini adalah ancaman bagi keberadaan organisasi suporter yang dijalankan oleh sukarelawan di waktu senggang mereka. Sebagai suporter, kami mendukung para pemain, manajer, wasit, dan semua yang terlibat dalam menyerukan perusahaan media sosial untuk bertindak.”

Gambaran Besarnya
Boikot media sosial yang direncanakan akan berlangsung di seluruh sepak bola pria dan wanita, dengan akun Twitter, Facebook dan Instagram ‘dibuat hening’.

Ini akan berlangsung mulai Jumat, 30 April pukul 15:00 GMT hingga Senin, 3 Mei pukul 23.59 waktu setempat.

Sebelumnya mantan striker Arsenal dan Barcelona Thierry Henry telah mengumumkan bahwa dia tidak akan menggunakan media sosial lagi sampai perusahaan terkait menghapus unggahan diskriminatif.

Pemain depan Tottenham Gareth Bale mengatakan bahwa dia akan senang untuk melakukan hal serupa, dengan protesnya cukup menarik dukungan sehingga aksi yang sama sekarang sedang dilakukan di seluruh jajaran di sepak bola Inggris. (Goal.com/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.