Kamis, 23 Maret 23

Sensasi Surfing Gaya Baru di Surga Tersembunyi Banten

Sensasi Surfing Gaya Baru di Surga Tersembunyi Banten
* Direktur Utama BPJS Ketanakerjaan Agus Susanto di acara Banten Historical Paddling Karangantu, Serang. (Foto: Edwin Budiarso/OMG)

Serang, Obsessionnews.com – Banten menjadi salah satu provinsi yang jarang dilirik sebagai tujuan wisata. Provinsi di tatar Sunda ini jelas belum setenar dengan pulau-pulau wisata, seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, atau Papua yang memiliki Raja Ampat.

Namun, tanpa disadari, daerah yang menjadi tempat tinggal suku Baduy tersebut menyimpan pulau-pulau yang tidak terbantahkan indahnya, seperti Pulau Lima yang menyuguhkan pesona keindahan mirip Karimun Jawa.

Dengan hamparan pasir putih, para wisatawan juga disuguhkan air jernih sehingga pemandangan terumbu karang dan ikan warna-warni yang kadang melintas di bibir pantai terlihat jelas. Selain Pulau Lima, Hidden Paradises yang dimiliki Banten adalah Pulau Kambing dan Pulau Kubur.

 

Beberapa waktu lalu, komunitas Stand Up Paddle Indonesia (SUP ID) dan Sea Kayak Indonesia menggelar Banten Historical Paddling Karangantu, Serang, Banten. Kegiatan ini dalam rangka road to Belitong Geopark International Stand Up Paddle and Kayak Marathon (BGISKM) 2019 yang akan diadakan pada 2 4 Agustus 2019 di Tanjung Kelayang, Belitung.

Salah satu peserta kegiatan Banten Historical Paddling Karangantu adalah Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto. Pria yang telah menggeluti SUP selama dua tahun tersebut menuturkan, “Kami akan menyusuri Pulau Lima, Pulau Kambing, dan Pulau Kubur.”

Kenapa pulau-pulau tersebut dipilih, Agus menguraikan alasannya bahwa mereka ingin membantu Pemerintah Daerah (Pemda) Banten untuk mempromosikan pariwisata di sekitar Banten. “Teman-teman sudah melakukan survei dan pulau-pulau ini potensinya luar biasa untuk bisa diangkat. Oleh karena itu, kami dari SUP ID dan Sea Kayak Indonesia melakukan aktivitas paddling dan kayaking di sini. Di samping, kami juga ingin memperkenalkan olahraga SUP,” imbuhnya.

Heriyanto Bob dari SUP-ID menambahkan, “Kegiatan ini merupakan BGISKM 2019 Happening Act Program. Rangkaian acara ini akan terus-menerus kami lakukan sampai dengan hari H. Sebelumnya, kami adakan di Jawa Barat, lalu hari ini di Banten. Kemudian, dalam waktu dekat akan kami adakan di Pulau Seribu.”

Sementara Ade Satari dari Sea Kayak mengatakan, “Kami dari komunitas Sea Kayak dan SUP ID mengucapkan terima kasih kepada BPJS Ketenagakerjaan yang selalu mendukung kegiatan-kegiatan kami dan akan menjadi pendukung utama dalam kegiatan BGISKM 2019 yang masuk ke dalam calender of event (Coe) international ”

Sekitar pukul 09.00 WIB, sebelum menyeberang menggukan kapal menuju Pulau Lima, mereka memompa beberapa SUP inflate rubber board. Bahkan, Agus juga ikut memompa menggunakan pompa tangan. “Memompa ini seperti olahraga, terasa capeknya,” ungkap Agus seraya tersenyum. Ya, memang ketika salah tim dari Obsession Media Group menjajalnya, memang lumayan mengeluarkan peluh.

 

Agus juga sempat menjelaskan, SUP ini sebenarnya sudah lama, yaitu sejak tahun 1993. Namun, baru terkenal di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. SUP adalah olahraga surfing dengan menggunakan dayung. “Sabtu-Minggu saya main di manapun saya berada, kalau di Jakarta saya main di Ancol. Saya melakoninya bersama teman dan keluarga. Selain menyehatkan, juga akan sangat menyenangkan,” papar Agus.

Olahraga ini kelihatannya simple, sambungnya, tapi energi yang dikeluarkan bisa tiga kali lipat dari bersepeda. “15 menit saja sudah ngos-ngosan. Ada beberapa tingkatan keahlian, pertama untuk air datar atau flat water. Setelah itu, air beriak. Kemudian air berombak, seperti surfing. Adalagi yang ekstrim, yaitu main di sungai arus, kaya arung jeram pakai stand up paddle board,” terangnya bersemangat.

Usai kegiatan memompa dan mengisi perut dengan kudapan, puluhan peserta kegiatan ini menuju Pulau Lima. Agus pun memberikan sedikit arahan. Setelah itu, mereka berswafoto. Baru melakukan paddling dan kayaking. Kurang lebih selama dua setengah jam mereka menunggangi ombak, menelusuri tiga Pulau Lima, Pulau Kambing, Pulau Kubur, dan kembali ke Dermaga.

Meski panas menyengat, tak menyurutkan semangat mereka. Selepas kembali ke Dermaga, mereka membersihkan diri, kayak dan SUP board-nya. Kegiatan ditutup dengan makan siang bersama di Sawah Luhur, yakni melahap pecak bandeng, khas Banten.

“Luar biasa pemandangannya dan kami menutupnya dengan makan siang, nikmat sekali rasanya setelah olahraga. Harapan saya, rekan-rekan tetap mengikuti kegiatan ini. Jangan lupa kita harus terus berolahraga biar sehat. Olahraga SUP dan kayak ini kan menyenangkan, mudah, tetapi juga berisiko. Namun, ingat risiko tidak hanya saat kita berolahraga ekstrim, tetapi risiko itu berada di sekitar kita, melekat kepada kita. Oleh karena itu, pastikan bahwa kita semua memiliki perlindungan atas risiko, yaitu dari BPJS Ketenagakerjaan,” pungkas Agus. (Giattri)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.