
Jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam. Lampion-lampion cantik menghiasi tiap sudut kota. Ribuan orang berdatangan larut dalam suasana pesta. Dari kejauhan terdengar riuh rendah suara genderang marching band. Disusul barisan cantik dan menawan pasukan berkostum warna-warni. Walau hujan rintik menyelimuti, namun warga seakan bergeming dan tetap menyaksikan parade akbar ini.
Semarang, Obsessionnews – Inilah festival andalan kota atlas yakni “Semarang Night Carnival” (SNC). Pagelaran ke lima kali itu berhasil menyedot animo masyarakat untuk menyemarakkan hari jadi kota Semarang ke-468. Acara dibuka langsung oleh Walikota Semarang, Hendrar Prihadi dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Titik Nol Kilometer depan Kantor Pos, Kota Semarang, Minggu (3/5) malam.

Dalam sambutannya, Hendy – panggilan akrab Hendrar Prihadi – menjelaskan SNC kali ini mengusung tema Semarang Semarak bermakna lima etnis besar yang mendiami kota Semarang. “Kali ini dengan tema Semarak Semarang dengan mengusung lima etnis yang tentunya semua berbeda namun tetap satu kata untuk Semarang lebih baik diumurnya yang semakin tua,” ujar Hendi berbaju merah menyala.

Begitu juga Ganjar Pranowo ketika memberikan sambutan. Ia mengandaikan Semarang layaknya buah kelapa. Semakin tua, semakin banyak santan, dan semakin membawa kesejahhteraan bagi rakyat. Ganjar menilai kota Semarang sudah saatnya untuk memasuki era baru. “Semarang itu tidak tua, tapi tua banget. Maka harus sudah beralih ke era baru, renaissance,” katanya.

Pembukaan ditandai melalui penggebukan drum oleh Ganjar dan Hendi. Sebelumnya, Walikota Semarang sempat membawakan lagu “Rumah Kita” sebagai pembakar semangat bagi masyarakat serta pemerintah kota agar bisa lebih memiliki Kota Lumpia itu sendiri.

Rangkaian acara baru dimulai pukul 19:30 WIB, molor dari jadwal awal. Rombongan pertama tampil ialah marching band dari Akademi Kepolisian dengan mengusung dua buah lagu. Berikutnya kelompok mewakili suku Jawa berbusana unik serta menarik. Tak kalah enerjik, regu selanjutnya yakni menyimbolkan suku Arab diiringi musik padang pasir.

Diikuti berturut-turut regu dari suku Melayu, China dan Belanda. Tidak ketinggalan atraksi menarik dari Kodam Yonarhanudse menampilkan Barongsai bersahut-sahutan dengan teriakan semangat. Gubernur Jateng bahkan sempat memberikan angpao kepada Barongsai sebagai simbol kemakmuran. Para peserta rata-rata merupakan pelajar SMA dan SMP Kota Semarang.

Jika biasanya gelaran SNC mengambil rute Balaikota Pemuda – Tugu Muda – Pandanaran dan berakhir di Lapangan Simpang Lima. Rute berbeda diambil SNC saat ini, dengan start mulai Gereja Blenduk Kawasan Kota Lama, kemudian melalui jalur Jembatan Berok – Jalan Pemuda dan berakhir di Balaikota.

Ribuan warga baik dalam kota maupun luar kota tumpah ruah disepanjang rute karnaval. Seringkali petugas keamanan harus mendorong pengunjung yang berdiri terlalu ketengah jalan. Sekitar pukul 21:00 peserta SNC tiba di Balaikota. Kedatangan peserta berkostum unik langsung diserbu para pengunjung.

Risti, warga Kabupaten Demak rela datang jauh-jauh hanya untuk meilhat keunikan kostum festival yang berlangsung dua jam ini. “Menarik mas, tahun kemarin ga sempet dateng. Nah sekarang baru bisa lihat ternyata bagus banget. Kostumnya keren-keren,” tutur wanita berkerudung itu sambil asyik berselfie-ria.

Begitu pula Sekti, pengunjung asal Kedungmundu, Kota Semarang sudah sedari sore berada dilokasi untuk berburu foto peserta karnaval. Ia mengaku merasa bangga karena kota Semarang mampu mengadakan gelaran sekelas nasional. “Ga kalah mas sama yang di Brazil. Jelas banggalah, semoga nanti bisa bersaing dengan kota besar lain kaya Bandung atau Surabaya. Syukur-syukur bisa ngalahin Rio de Jenario,” paparnya sembari ketawa terkekeh. (Yusuf IH)