Selasa, 26 September 23

Selamat Jalan, Kang Tatang “Snipper” Koswara!

Selamat Jalan, Kang Tatang “Snipper” Koswara!

Jakarta, Obsessionnews – Indonesia kembali berduka, lantaran Pembantu Lentan Satu (Purn) Tatang “Snipper” Koswara meninggal dunia. Selasa (3/2). Reputasi Kang Tatang, biasa ia disapa, diakui kalngan militer dunia, ia masuk dalam daftar penembak jitu atau sniper terbaik di dunia, seperti tercantum dalam buku “Sniper Training, Techniques and Weapons” karya Peter Brookesmith, namanya bertengger di urutan ke-14 sniper hebat dunia.

Menjadi tentara bukanlah cita-cita Tatang, tapi tuhan punya rencana lain ketika tahun 1966, ia disuruh sang ibu untuk mengantar adiknya menjadi Anggota TNI melalui jalur tamtama di Banten. Disana, ia bertemu dengan sejumlah perwira Dandim yang kemudian menyarankannya untuk ikut, akhirnya ia pun mendaftar. Saat tes, ternyata Tatang adalah satu-satunya yang lulus.

Tatang melamar sebagai prajurit tamtama menggunakan ijazah Sekolah Rakyat atau setara dengan SD. Selang beberapa tahun, ia mengikuti penyesuaian pangkat sesuai dengan ijazah yang dimilikinya. Sebagai bintara, ia ditempatkan di Pusat Kesenjataan Infanteri. Di sana ia juga mendapatkan berbagai pelatihan, mulai dari kualifikasi raider hingga sniper.

Selama di dunia militer, Tatang mendapat sorotan dari atasannya. Pengalamannya hidup di kampung membuat pelajaran militer menjadi hal yang tak sulit baginya, baik dalam hal fisik, berenang, maupun menembak.
Hingga tahun 1974-1975, Tatang bersama tujuh rekannya terpilih masuk program mobile training teams (MTT) yang dipimpin pelatih dari Green Berets Amerika Serikat, Kapten Conway.

Kala itu, Indonesia belum memiliki antiteror dan sniper. Muncullah ide dari perwira TNI untuk melatih jagoan tembak dari empat kesatuan, yakni Kopassus (AD), Marinir (AL), Paskhas (AU), dan Brimob (Polri). Namun, sebagai langkah awal, akhirnya hanya diikuti TNI AD.

Tatang dan 59 anggota TNI AD dilatih menembak jitu pada jarak 300, 600, dan 900 meter oleh Kapten Conway. Tak hanya itu, mereka juga dilatih bertempur melawan penyusup, sniper, kamuflase, melacak jejak, dan menghilangkannya.

Dari dua tahun masa pelatihan, hanya 17 dari 60 orang, yang lulus dan mendapat senjata Winchester model 70, salah satunya Tatang. Senjata itu mampu membidik sasaran hingga jarak 900-1.000 meter.

Rupanya senjata dan ilmu yang diperoleh dari pasukan elite Amerika Serikat itu membantu Tatang dalam pertempuran. Sebab, setelah itu, Tatang ditarik Kolonel Edi Sudrajat, Komandan Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdiktif) Cimahi, menjadi pengawal pribadi sekaligus sniper saat terjun ke medan perang di Timor Timur (1977-1978). Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro adalah daerah operasinya.

Ada dua tugas rahasia yang disematkan pada dua sniper saat itu (Tatang dan Ginting). Pertama, melumpuhkan empat kekuatan musuh, yaitu sniper, komandan, pemegang radio, dan anggota pembawa senjata otomatis. Kedua, menjadi intelijen. Intinya masuk ke jantung pertahanan, melihat kondisi medan, dan melaporkannya ke atasan yang menyusun strategi perang. Bahkan, ada kalanya sniper ditugaskan untuk mengacaukan pertahanan lawan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jatuhnya korban.

Lawannya kala itu adalah Pasukan Fretilin yang tahu persis medan di Timtim. Mereka pun punya kemampuan gerilya yang hebat, makanya Indonesia menurunkan sniper untuk mengurangi jumlah korban.

Ada satu trik unik yang dilakukan Tatang untuk mengelabui pasukan patroli musuh. Ia membuat sepatu khusus dengan alas dalam posisi terbalik sehingga jejak yang ditinggalkan menjadi berbalik arah.

Tentu misi yang diembannya tak selalu berjalan mulus. Suatu kali ia pernah terjebak dan terkepung banyak personel Fretilin. Tatang terperangkap dan tak bisa bergerak sama sekali. Dalam pikirannya hanya ada satu bayangan, kematian. Namun, sebelum mati, ia bertekad membunuh komandannya terlebih dahulu.

Pelurunya pun berhasil menembus kepala komandan itu, Namun, naasnya, di bawah jumlah pasukan tak kalah banyak. Tatang dihujani peluru dan terkena dua pantulan peluru yang sebelumnya mengenai pohon. Sambil bersembunyi di kegelapan, ia congkel sendiri kedua peluru yang bersarang di betis kanannya dengan gunting kuku.

Selama empat kali masuk ke medan perang, pelurunya telah membunuh 80 orang. Bahkan, dalam aksi pertamanya, dari 50 peluru, 49 peluru berhasil menghujam musuh. Setiap kali menjalankan misi, ia biasanya dibekali 50 butir peluru. Dari jumlah itu, cuma satu yang boleh tersisa untuk digunakan pada dirinya sendiri bila dalam kondisi terjepit.

Lewat kepiawainnya itulah, Tatang didaulat menjadi salah satu sniper terbaik dunia, seperti dituliskan dalam buku yang ditulis Brookesmith itu. Ia mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53 dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41.Tatang memperoleh rekor tersebut dalam perang di Timor Timur pada 1977-1978.

Selepas pensiun dari ketentaraan pada 1994 dengan pangkat terakhir pembantu letnan satu, Tatang dan Tati Hayati, yang dinikahi pada 1968, tinggal di sebuah rumah sederhana di Cibaduyut. Untuk menyambung hidup, selain mengandalkan pensiunan yang tak seberapa, ia membuka warung makan di lingkungan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI AD. Juga sesekali memberi latihan tembak kepada para prajurit di kesatuan-kesatuan elite Angkatan Darat maupun Angkatan Udara.

Tatang Koswara, “Sang Penembak Jitu Terbaik” yang pernah dimiliki Indonesia, menutup usia pada 3 Maret 2015 pukul 19.30. Ia meninggal setelah menjadi bintang tamu progam Hitam Putih Trans7. Presenter Hitam Putih, Deddy Corbuzier dalam cuitan di akun Twitternya @corbuzier menuliskan, Tatang meninggal setelah menceritakan perjuangannya sebagai sniper terbaik dunia.

“Sebelum meninggal beliau berkata pada saya: ”darahku di merah putih’ sejenak setelah itu beliau terkena serangan jantung. #hitamputihberduka.

Di laman Detikcom yang juga mewawancarainya sebelum jatuh pingsan menuliskan, Tatang sempat berujar, “sepertinya saya jantungnya terganggu nih Pak.” Sekitar 30 menit berselang ia pingsan dan dilarikan ke RS Medistra, tak jauh dari kantor Transcorps. Ia kritis dan kemudian meninggal. Rabu (3/4/2), Kang Tatang akan dilepas secara militer dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra, Bandung, Jawa Barat. Selamat Jalan, Kang Tatang. Semoga kecintaanmu pada Merah Putih menginspirasi kita semua. (Gia ) dari berbagai sumber)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.