Jakarta, Obsessionnews.com – Indonesia berasa di peringkat ke-7 dari 10 negara dengan penderita diabetes (diabetisi) terbesar di dunia. Diperkirakan sekitar 10 juta jiwa terserang penyakit ini.
Jika tidak ingin terserang penyakit ini, mulailah mengecek kesehatan Anda dengan alat Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM). Alat ini dapat dipelajari dan di praktekkan cara penggunaan untuk keluarga.
“Untuk mendukung PGDM demi tercapainya gula darah yang terkendali, hasil monitor kadar gula darah yang akurat merupakan komponen penting,” ucap dr. Benny Kurniawan, Marketing Manager PT Roche Indonesia dalam acara workshop Peran PGDM dalam Pengelolaan Diabetes di hotel JW Marriott, Jakarta, Selasa (30/8/2016).
Pengecekan tersebut agar para diabetesi memperoleh data yang benar untuk mengevaluasi terapi yang tengah dijalani. “PGDM kini dapat dilakukan dengan mudah dan murah namun harus menggunakan alat glukometer yang terbukti dan teruji keakuratannya,” kata Benny.
Penelitian DiabCare Indonesia tahun 2008 dan 2012 menunjukkan adanya peningkatan penggunaan PGDM dari 22,1% menjadi 38,9%, tetapi tidak disertai dengan peningkatan pencapaian target HbA1c. Hal tersebut dapat disebabkan oleh PGDM yang belum dilakukan secara baik dan benar.
Akibatnya, hasilnya tidak dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang variabilitas glukosa darah diabetisi pada kondisi sehari-hari di rumah.
Secara umum manfaatnya PGDM adalah memberikan informasi tentang variabilitas glukosa darah harian terkait beberapa aktivitas. Contohnya glukosa darah sebelum makan, satu atau dua jam setelah makan dan sewaktu-waktu pada kondisi khusus seperti setelah berolahraga, pada saat sakit atau penggunaan obat-obat yang dapat memicu kenaikan glukosa darah.
Roche Indonesia merupakan pemegang merek Accu-Chek, kembali menyelenggarakan kegiatan edukasi media terkait diabetes. Mengingat pengidap diabetes terus meningkat baik di tingkat nasional maupun dunia.
Data International Diabetes Federation (IDF) 2015, diabetisi berjumlah 415 juta, dan diperkirakan akan terus meningkat di tahun 2040 sekitar 642 juta (55%). (Popi Rahim)
