Jumat, 26 April 24

Sawahlunto Menuju Kota Wisata Berbasis Kerakyatan

Sawahlunto Menuju Kota Wisata Berbasis Kerakyatan
* Menkop dan Pj Gubernur Sumbar

Sawahlunto, Obsessionnews- Membangun pariwisata berbasis kerakyatan sekaligus menjadi tujuan wisata bukan pekerjaan mudah dan sesuatu yang sulit untuk diwujudkan. Disamping masyarakatnya ramah dan infrastruktur yang memadai, modal lain untuk membangun daerah pariwisata memiliki kerajinan dan keunikan daerah karena hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Anak Agung Gede Nugraha Puspayoga mengaku setelah mendengar penjelasan dari Walikota Sawahlunto Ali Yusuf, pemerintah setempat mampu mewujudkan Kota Sawahlunto sebagai kota wisata karena memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Sawahlunto sebagai kota sejarah, memiliki bangunan-bangunan tua peninggalan zaman belanda dan kerajinan tangan seperti songket, akan lebih mudah membangun pariwisata.

Sawahlunto0

Heritage nya ada seperti songket dan bangunan-bangunan tua sebagai daya tarik pariwisata. Daerah pariwisata, tanpa ada handycraft dan pengrajin, tidak akan mungkin menjadi daerah pariwisata, apalagi masyarakatnya sangat ramah.

“Itu adalah potensi yang luar biasa, kalau inging daerahnya ingin daerah pariwisata. Kunci pertama kali masyarakatnya harus ramah, harus bisa menerima daerahnya menjadi daerah tujuan pariwisata. Ini yang saya katakan tidak mudah,” kata Puspayoga saat membuka Sawahlunto International Songket Carnival (SISCA) 2015, Jum’at (28/8).

Wisatawan mancanegara juga tidak selalu mencari penginapan sekelas hotel berbintang, asal tempatnya bersih berikut toilet yang tersedia.

Sawalunto4

Puspayoga menyarankan kepada pemerintah Kota Sawahlunto untuk membenahi 90 homestay yang ada di daerah itu, sehingga setiap wisatawan yang berkunjung merasa senang dan nyaman.

Disamping sarana dan prasarana pendukung seperti homestay, akses sangat penting. Ketersediaan infrastruktur jalan sangat menunjang daerah pariwisata.

Ia mengingatkan agar pemerintah setempat tidak membawa pemodal besar untuk menggarap pariwisata daerah setempat, karena secara berangsur masyarakatnya akan menjadi penonton di daerahnya, apabila pariwisata berkembang dan tumbuh secara baik. (Musthafa Ritonga)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.