Sabtu, 27 Juli 24

Sambut Bonus Demografi 2030, Isu Kesehatan Mental Perlu jadi Perhatian!

Sambut Bonus Demografi 2030, Isu Kesehatan Mental Perlu jadi Perhatian!
* Ilustrasi orang dengan gangguan kesehatan mental. (Foto: Element.Envato.com)

Obsessionnews.com – Indonesia diketahui akan segera menyambut bonus demografi pada tujuh tahun yang akan datang, tepatnya 2030. Agar kondisi tersebut berjalan lancar, terdapat banyak faktor yang perlu diperhatikan, salah satu yang utama adalah mengenai kesehatan mental.

Hal ini disampaikan oleh psikiater sekaligus Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN RSMM) Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ, dalam sebuah kesempatan, Sabtu (25/11/2023).

Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN RSMM) Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ pada podcast ANTARA di Jakarta, Jumat (24/11/2023). (Foto: ANTARA/Subur Atmamihardja)

“Indonesia akan segera mendapat bonus demografi, menyongsong generasi emas, namun, jika kesehatan mental tidak diperhatikan, ini akan membahayakan,” kata Nova.

Untuk diketahui, berdasarkan prediksi dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada kurun 2030-2040. Artinya, pada kurun waktu tersebut kondisi masyarakat Indonesia akan didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun) dibandingkan usia nonproduktif.

BPS memperkirakan ada setidaknya ada sekitar 64 persen usia produktif dari total penduduk yang diproyeksikan, yakni 297 juta jiwa.

Kondisi itu merupakan keuntungan besar bagi Indonesia untuk menjadi negara dengan produktivitas tinggi. Dalam istilah demografi, kondisi dengan populasi itu disebut piramida cembung.

Jika itu terjadi, maka produktivitas Indonesia akan mengalahkan negara Jepang yang pada masa depan penduduknya lebih banyak yang berusia tua.

Bila Indonesia ingin mendapatkan keuntungan demografis, maka tidak ada cara yang paling efektif, kecuali dengan meningkatkan jumlah para wirausahawan usia muda atau produktif tersebut.

Meski menguntungkan, Nova mengatakan Indonesia perlu untuk menjaga sumber daya manusia (SDM) yang didominasi para usia produktif termasuk generasi muda tersebut, salah satunya soal kasus kesehatan mental yang kian hari kian meningkat. Menurutnya, SDM dalam jumlah banyak bisa menjadi kekuatan, namun, juga bisa menjadi ancaman jika tidak teratur dengan baik.

Selain lingkungan sosial, lanjut Nova, hal-hal yang mungkin tidak disadari seperti perubahan iklim, hingga kondisi peperangan yang terjadi di dunia terbukti dapat menyebabkan kecemasan hingga gangguan mental serius pada seseorang, sebagaimana yang juga telah dikatakan organisasi kesehatan dunia WHO.

“Hal ini yang membuat WHO sampai membuat komisi khusus yang ditugaskan meneliti dan mengatasi hal ini tiga tahun ke depan. Sedangkan Jepang sudah lebih dulu dari WHO, di mana mereka membuat Menteri Kesepian saat pandemi kemarin,” Nova menjelaskan. (Antara/Arfi)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.