
Pada akhir Maret 2020, kota-kota di India menjadi sepi seiring diberlakukannya karantina wilayah atau lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona.
Kantor-kantor tutup, transportasi publik berhenti beroperasi dan orang-orang tinggal di rumah. Namun fotografer perempuan Parul Sharma memberanikan diri untuk mendokumentasikan ibukota Delhi yang sepi.
“Lockdown terasa amat berat bagi orang yang tak bisa diam seperti saya,” ujar Sharma kepada BBC melalui sambungan telpon.
“Saya biasanya tidak suka berada dalam kurungan di rumah. Jadi saya memutuskan untuk keluar.”
Dia kemudian meyakinkan keluarganya, dan akhirnya dia diberi izin.
Jadi pada 3 April, sekitar seminggu setelah Perdana Menteri (PM) Narendra Modi mengumumkan lockdown di TV, Sharma keluar pada sore hari untuk mengejar cahaya terbaik.
Selama beberapa bulan berikutnya, dia berkeliling kota, dipersenjatai dengan kamera dan surat izin yang diperlukan, yang memungkinkan jurnalis, pejabat, dan pekerja penting seperti dokter dan perawat untuk bergerak.
“Saya bisa melihat awan dan burung, tapi tidak ada jejak manusia,” katanya.
“Sungguh ajaib, seperti memasuki dunia antah berantah. Diam dan tak bergerak tapi juga indah.”
Hasilnya: sekitar 10.000 foto yang menakjubkan dari momen yang tidak biasa dalam sejarah Delhi.
Koleksi foto-foto mencolok ini sekarang menjadi bagian dari buku barunya Dialects Of Silence, yang diterbitkan oleh Roli Books.
Perhentian pertamanya, kenangnya, adalah salah satu tempat favoritnya di Delhi, dan tidak terlalu jauh dari rumah.
Connaught place, bangunan dengan barisan tiang melingkar bergaya Georgia, terletak di jantung kota Delhi.
Konstruksi era kolonial ini adalah kawasan bisnis selama beberapa dekade sebelum menjadi pusat toko, restoran, dan bar yang populer.
Namun, beberapa bisnis tetap bertahan, seperti bioskop Regal yang ikonik, salah satu gedung bioskop tertua dan paling terkenal di Delhi.
“Saya tidak pergi ke tempat terkenal, saya pergi ke tempat-tempat yang membawa kembali kenangan masa kecil saya,” kata Sharma.
Connaught Place biasanya dipadati oleh orang-orang – pedagang kaki lima, pembeli, pekerja kantoran yang menikmati makan siang atau minuman kilat setelah jam kerja. Tetapi pada hari itu, kata Sharma, yang dia temui hanyalah “kehampaan dan kesunyian”.
“Itu memiliki keindahan tersendiri. Dan itu berbicara banyak, seperti halnya aura ketidakhadiran yang lazim di mana-mana,” katanya.
Tempat-tempat yang dicari Sharma melalui memorinya termasuk Pasar Khan, kompleks bisnis yang sekarang menjadi pusat belanja barang mewah yang ramai di pusat Delhi.
Fasadnya ditempati oleh toko buku Bahrisons yang terkenal, yang menutup pintunya untuk pertama kalinya tanpa batas waktu. (Red)
Sumber: BBC Magazine