Jumat, 19 April 24

Rupiah Melemah, Harga LPG Bisa Melonjak Lagi!

Rupiah Melemah, Harga LPG Bisa Melonjak Lagi!
* Gas LPG. (99.co)

Nilai tukar rupiah kini terus semakin melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Indeks dolar AS kembali perkasa menekan rupiah dan mayoritas mata uang di Asia.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah pada pembukaan perdagangan stagnan di Rp 15.355 per US$. Sayangnya, rupiah kembali terkoreksi sebanyak 0,16% ke Rp 15.380 per US$ pada pukul 11:00 WIB. Padahal, pada perubahan APBN 2022 ini, berdasarkan Peraturan Presiden No.98 tahun 2022, asumsi kurs dipatok sebesar Rp 14.450 per US$.

Melemahnya rupiah ini bisa berimbas pada harga keekonomian Liquefied Petroleum Gas (LPG) di dalam negeri. Pasalnya, lebih dari 70% pasokan LPG RI berasal dari luar negeri.

Harga LPG di dalam negeri menggunakan patokan Aramco yakni Contract Price Aramco (CPA). Terakhir, harga LPG non subsidi naik pada 10 Juli 2022 lalu. Kenaikan harga LPG saat itu karena CPA masih di level US$ 725 per metrik ton.

Pada Juli 2022 lalu itu harga LPG naik menjadi Rp 58 ribu per tabung untuk LPG 3 kg non subsidi berwarna pink, lalu Rp 100.000-Rp 127.000 per tabung untuk LPG 5,5 kg, dan Rp 213.000-Rp 270.000 per tabung untuk LPG 12 kg non subsidi.

Lantas, dengan melemahnya rupiah saat ini bisa berdampak pada potensi kenaikan harga jual LPG, khususnya LPG non subsidi, dalam waktu dekat ini?

Merespons hal tersebut, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengaku masih memantau pergerakan harga minyak mentah dan kurs dolar AS. Sehingga, perusahaan belum dapat memastikan apakah pada bulan November mendatang bakal melakukan penyesuaian harga LPG non subsidi ini.

Pasalnya, beberapa komponen untuk menghitung biaya produksi BBM dan LPG tersebut masih bergerak fluktuatif.

“Belum bisa kita pastikan, karena harganya minyak mentah, MOPS dan kursnya juga masih fluktuatif,” kata Irto kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/10/2022).

Seperti diketahui, Indonesia merupakan pengimpor LPG. Lebih dari 70% kebutuhan LPG nasional dipasok dari luar negeri.

Impor LPG RI dalam satu dekade telah menunjukkan peningkatan tiga kali lipat hingga mencapai 6,34 juta ton pada 2021. Adapun porsi impor LPG pada 2021 telah mencapai 74% dari total kebutuhan. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan porsi impor LPG pada 2011 yang “hanya” sebesar 46%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai impor LPG RI pada 2021 mencapai US$ 4,09 miliar atau sekitar Rp 58,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$), meroket 58,5% dibandingkan nilai impor pada 2020 lalu yang tercatat US$ 2,58 miliar.

Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa berdampak pada kenaikan harga keekonomian LPG di dalam negeri karena Indonesia mengimpor LPG dan menggunakan dolar AS.

“Jadi, sangat berpengaruh lantaran penetapan harga BBM dan LPG, salah satunya adalah kurs rupiah terhadap dolar AS,” ucapnya. (CNBCIndonesia/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.