Jumat, 19 April 24

Rizal Ramli, Sosok Petarung yang Tidak Gila Jabatan

Rizal Ramli, Sosok Petarung yang Tidak Gila Jabatan
* Rizal Ramli.

Baru kali ini, ada seorang Menteri berani mengeritik dan menentang kebijakan Wakil Presiden (Wapres). Akibatnya, polemik ‘panas’ ini memicu kegaduhan nasional di pemerintahan dan masyarakat luas. Dialah Dr Rizal Ramli yang saat menjadi Menko Kemaritiman dan Sumber Daya secara terbuka menantang Wapres Jusuf Kalla (JK) untuk berdebat di depan umum terkait proyek pembangkit listrik 35.000 MW.

Sosok yang satu ini nampaknya memiliki karakter ‘khusus’. Sejak menjadi aktivis ITB hingga menjabat menteri, Dr Rizal Ramli (RR) tidak berubah karakternya. Dia petarung, lantang berbicara tanpa tedeng aling-aling, berani mengeritik kebijakan pejabat yang dinilai merugikan negara, serta tetap konsisten membela nasib wong cilik. Mungkin sikap egaliter inilah yang membuat RR klop dengan mendiang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sehingga menyatu di kubu ‘sang demokrat’ tersebut. Saat menjadi aktivis ITB dulu, tokoh kelahiran Padang 10 Desember 1954 ini pernah ditangkap dan dipenjarakan oleh rezim orde baru.

Sikap petarung RR bisa dilihat saat menyemprot kebijakan Menteri ESDM Sudirman Said soal Blok Masela, melawan reklamasi Teluk Jakarta ala Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). RR marah besar dan gebrak meja saat sidak bareng Ahok dalam inspeksi reklamasi Teluk Jakarta, dan mengancam pengembang reklamasi yang dinilai tidak sesuai aturan. Bahkan, tanpa risih RR yang saat masih menjabat Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya (2015–2016) melakukan ‘perang’ melawan kebijakan Wapres JK.

RR juga pernah marah dan membongkar beton penghadang jalur rel kereta di lapangan penumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok karena dinilai tidak efisien dalam biaya trasportasi. Menurutnya, ini kepentingan sempit PT Pelindo dengan Dirutnya RJ Lino, jalur kereta tersebut ditutup, padahal jalan kereta itu ada sejak zaman Belanda. RR saat itu menyatakan pejabat Pelindo II perlu direvolusi mentalnya.

RR juga pernah digugat alias disomasi secara hukum oleh Presiden SBY pada Januari 2014 lalu, gara-gara tokoh vokal itu menuding SBY bahwa ada gratifikasi kepada Wakil Presiden Boediono atas dana talangan Bank Century. Padahal, RR sebelumnya yang menolong SBY bisa menjadi Presiden. Kisahnya, SBY pernah meminta bantuannya saat akan dilantik menjadi presiden pada 2004. “Dia ngemis minta tolong saya,” kisah RR, Senin (27/1/2014).

RR berkisah, pada saat itu SBY khawatir perihal persediaan bahan bakar minyak (BBM) yang minim di DKI Jakarta. Hal tersebut terjadi dua hari sebelum SBY dilantik sebagai presiden. SBY meminta RR mencari jalan keluar masalah itu. “Dia bilang, ‘bisa-bisa batal dilantik kalau BBM habis’,” cerita RR. Menurut RR, atas permintaan SBY itu maka ia memanggil direksi PT Pertamina untuk mencari cara mengamankan pasokan BBM di Jakarta. “Alhasil pelantikan SBY berjalan lancar karena permasalahan BBM dapat diselesaikan.” Rizal juga mengklaim dirinya pernah menjadi tim sukses kemenangan SBY pada Pemilu 2004. Sejumlah kampanye kebijakan diklaim merupakan hasil buah pikiran RR dan timnya.

Sebagai ekonom alumni Universitas Boston AS, RR memiliki jaringan pergaulan internasional. Ia adalah salah satu ahli ekonomi Indonesia yang dipercaya menjadi penasihat ekonomi PBB. Meski tergolong orang pintar yang kapabel, RR tidak gila jabatan. Dia akan menolak jabatan yang ditawarkan kepada dirinya jika tidak sesuai nuraninya. Buktinya, dia pernah menolak jabatan Menteri Perindustrian yang ditawarkan Presiden SBY. Pasalnya, RR hanya mau menjadi Menteri Keuangan saat itu untuk mencegah kapitalisme dan neolib.

Sewaktu menjabat Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur di tahun 2000, RR sebagai ketua tim negosiasi kontrak PT Freeport Indonesia, juga pernah sambil gebrak meja menolak suap US$ 3 miliar dari Freeport di hadapan Chief Executive Officer PT Freeport, McMoran James Moffett. Saat menjadi Komisaris Utama PT Semen Gresik (SG), RR berhasil menempatkan SG sebagai salah satu BUMN terbaik, dengan menempati peringkat ke-7. Padahal, sebelumnya PT SG selalu terdampar di luar 20 besar. Dipegang RR, kinerja keuangan SG cemerlang. Laba sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBTDA) naik dari Rp2,3 triliun menjadi Rp2,8 triliun. Laba bersih tahun 2007 pun melonjak 37% dari Rp1,3 triliun (pada tahun 2006 ) menjadi Rp1,8 triliun.

Namun, melalui Menteri BUMN Sofyan Djalil saat itu, ternyata Presiden SBY justru memecat RR lantaran tokoh yang dikenal sebagai ikon perubahan itu ikut turun ke jalan bersama sekitar 20.000 mahasiswa dan pemuda untuk menentang dinaikkannya harga BBM pada 2008. Nampaknya, SBY geram dengan RR yang masih tetap kritis meski sudah diberi jabatan sebagai jalan untuk membungkam kekritisannya.

Sikap kritis dan berani RR juga terjadi saat menjadi Menko Kemaritiman dan Sumber Daya kabinet Jokowi-JK. RR pernah menantang Wapres JK untuk berdebat di depan umum terkait proyek pembangkit listrik 35.000 Megawatt. RR menuding program itu tidak realistis dan rencana itu hanya meneruskan proyek ambisius JK yang tertunda. Kritikan tersebut segera mengundang reaksi keras dari JK dan beberapa pejabat negara lainnya. Kontroversi ini sempat membuat kegaduhan dalam kabinet pemerintahan Jokowi-JK.

Baru sehari dilantik sebagai menteri saja, RR sudah bersuara keras tentang rencana pembelian pesawat Airbus oleh Garuda Indonesia hingga menimbulkan perdebatan RR dengan Menteri BUMN Rini Soemarno. Menurut RR, pembelian pesawat baru tersebut adalah kebijakan yang tidak tepat dan memboroskan uang negara. Isu ini mereda setelah Jokowi menegur RR lewat telepon. Gebrakan RR mengkritik dua kebijakan pemerintah yakni proyek energi dan kereta cepat Jakarta-Bandung juga membuat publik kaget.

Terakhir, RR memutuskan untuk membatalkan reklamasi Blok G berdasarkan laporan berbagai komite. Menurut RR, reklamasi Blok G termasuk pelanggaran berat sehingga harus dibatalkan. Keputusan RR inilah yang membuat Gubernur DKI Ahok berang. Kini, sang Menko dicopot dalam reshuffle kabinet jilid II.

Ketika Presiden Jokowi mencopot RR dari kursi Menteri pada 27 Juli 2016, ekonom senior itu terlihat biasa saja dan tanpa beban. Dalam pesan singkatnya kepada wartawan, RR mengatakan tidak masalah dirinya dicopot, meski ia merasa selama ini sudah bekerja dengan maksimal untuk kepentingan bangsa dan negara. RR lantas menulis di twitter-nya: “Saya telah mencoba berbuat yang terbaik untuk bangsa dan rakyat Indonesia. Terima kasih rakyat Indonesia.” (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.