Jumat, 29 Maret 24

Breaking News
  • No items

Rezim Panik

Oleh: Ustadz Felix Siauw, Pengarang dan Pengemban Dakwah

 

Pernah lihat kambing pas lagi disembelih? Meronta tak jelas, menendang tak tentu arah, apapun yang bisa ditendang ya ditendang, tanpa sadar mempercepat kematiannya.

Begitulah namanya panik, dan saya yakin kita semua pernah berada dalam kondisi panik. Kita melakukan yang tak perlu, semakin berbuat semakin salah lagi.

Begitu yang kita bisa lihat di penguasa saat ini. Apapun yang bisa dilakukan untuk memperpanjang kekuasaan, dilakukan. Bahkan dengan cara yang tak masuk akal.

Betul ketika Rasulullah mengatakan,”Bila sudah tidak punya lagi rasa malu, maka berbuatlah sesukamu!”. Apalagi yang tidak ada pada penguasa panik pada saat ini?

Mulai dari mengkriminalisasi ulama, stigmatisasi negatif bagi organisasi Islam bahkan Islam itu sendiri, penerbitan Perppu Ormas, sampai rencana memblokir media sosial (medsos).

Alasannya, karena medsos dijadikan media radikalisme dan terorisme. Dan mereka lupa, bahwa pencitraan di medsos yang justru membawa mereka jadi penguasa.

Betul analogi Ustadz Ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia. “Bagaikan kalah bertanding bola, tak bisa membobol gawang lawan, maka gawangnya diperlebar.”

Apapun caranya untuk bisa berkuasa kembali. Sampai-sampai generasi muda pun dihambat untuk memahami Islam. Rohis diawasi, sementara LGBT harus dihormati

Teringat kisah Firaun yang juga berbuat apapun agar bisa berkuasa kembali. Membunuhi ribuan nyawa anak lelaki, karena takut ada yang menggantikan dirinya.

Panik. Mereka kira memperpanjang kekuasaan, padahal tanpa sadar justru penguasa ini sedang menunjukkan wajah asli pada umat, tentang ketidaksukaannya pada Islam.

Persis hewan kurban yang disembelih, meronta yang bahkan mempercepat kematiannya. Bedanya, hewan kurban itu jadi pahala bagi kita, tapi penguasa sekarang, itu ujian. (*)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.