
Jakarta, Obsessionnews.com – Kenaikan harga rokok hingga dua kali lipat atau menjadi Rp50 ribu per bungkus, terkesan dipandang menimbulkan reaksi panik akan langkah perekonomian Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh pengamat ekonomi kerakyatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Revrisond Baswir. Menurutnya, saat ini Indonesia tengah mengalami kesulitan fiskal yang berawal dari pajak.
“Mestinya sumber fiskal kan dari pajak, apakah dari sumber lain sudah optimal belum? Jadi, jangan terkesan setelah ada tanda-tanda tax amnesty tidak begitu berhasil cari sumber lain. Jangan jadi terkesan panik,” kata Revrisond saat dihubungi Obsessionnews.com, Senin (22/8/2016).
Ia menuturkan hingga Agustus ini nilai dari pengampunan pajak masih kecil, sehingga pemerintah terlihat mencari jalan lain.
“Apa sih yang jadi kendala? Apa yang bisa menggenjot pajak? Jangan terkesan tambal sulam. Saya khawatir karena belum tentu meningkatkan penghasilan pemerintah,” ungkapnya.
Selain itu, adanya wacana kenaikan rokok ini, Revrisond menyarankan untuk mengevaluasi secara keseluruhan.
“Kalau harga rokok naik, yang beli jadi kurang akhirnya cukai juga ikut berkurang. Coba deh baiknya dievaluasi lagi, jangan seperti tax amnesty,” tutup Revrisond. (Aprilia Rahapit)