Jumat, 24 Maret 23

Revolusi Besar Ary Suhandi di Industri Pariwisata

Revolusi  Besar Ary  Suhandi di Industri Pariwisata
* Ary Suhandi, Direktur Eksekutif Indonesia Eco-tourism Network (Indecon). (Foto-foto: Sutanto/obsessionnews.com)

Jakarta, Obsessionnews – Pemerintah gencar menggalakkan industri pariwisata karena merupakan salah satu sumber utama devisa. Selain terus mengembangkan objek-objek wisata yang telah terkenal di mancanegara, seperti Bali, Borobudur, dan Danau Toba, pemerintah juga giat mengembangkan desa-desa wisata.

Salah seorang tokoh penting di dunia pariwisata adalah Ary Sendjaja Suhandi atau yang lebih populer dengan nama Ary Suhandi. Kiprahnya di dunia pariwisata domestik dan mancanegara cukup populer. Ary memang dikenal aktif mempromosikan berbagai objek wisata di Indonesia. Tak hanya mempromosikan, praktisi pariwisata berkelanjutan dan ekowisata ini juga memberdayakan ekonomi masyarakat di lokasi objek wisata. Memang tak dapat dipungkiri, objek wisata berdampak positif terhadap perkembangan ekonomi masyarakat setempat.

Ary Suhandi aktif mempromosikan berbagai objek wisata di Indonesia.
Ary Suhandi aktif mempromosikan berbagai objek wisata di Indonesia.

Sejak 2002 Ary menjadi Direktur Eksekutif Indonesia Eco-tourism Network (Indecon), organisasi nirlaba yang bergerak dalam pengembangan dan promosi ekowisata di Indonesia. Berdiri pada 1995, Indecon banyak membantu dan memfasilitasi masyarakat, swasta, dan pemerintah untuk pengembangan ekowisata. Indecon telah menunjukkan kinerjanya di berbagai daerah di Indonesia dengan membina masyarakat dalam mengelola destinasi hingga mendapatkan penghargaan di tingkat nasional maupun internasional.

Indecon juga aktif mencari inovasi-inovasi baru untuk pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata, serta membantu pemerintah dalam menghasilkan kebijakan yang lebih berdaya guna. Melalui jaringan di tingkat nasional dan internasional, Indecon mampu membantu pemasaran produk ekowisata yang dikembangkan jaringan ekowisata Indonesia di tingkat nasional dan internasional.

Tahun 2013-2015 Ary melakukan revolusi besar dalam pengembangan lima desa wisata di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni Cunca Wulang, Liang Ndara, Tado, Wae Rebo, Jerebu’u. Selain itu juga menggarap dua kota wisata di Flores, yakni Labuan Bajo dan Bajawa. Revolusi akbar yang dilakukannya di Flores itu meliputi peningkatan kapasitas jasa pemanduan ekowisata, pengembangan produk ekowisata berkualitas di desa wisata, pengembangan strategi harga dan pemasaran bersama, pengembangan lembaga pariwisata lokal dan sistem administrasi pendukungnya di desa wisata, serta pengentasan kemiskinan di desa wisata. Gebrakan Ary itu berbuah manis. Lima desa wisata dan dua kota wisata di Flores itu dalam waktu relatif singkat mulai dikenal di luar negeri.

Ia juga terlibat dalam pelestarian alam dan budaya di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dinilai berhasil oleh Conservation Internantional (CI) dan National Geographic Travelers. TNGR terpilih menjadi salah satu pemenang World Legacy Award untuk kategori Destination Stewardship pada 2004. Pada 2005 TNGR mendapat penghargaan Tourism For Tomorrow Award 2005 untuk kategori Destination Award dari World Travel & Tourism Council, dan menjadi finalis Tourism for Tomorrow Award 2007. Sederet upaya untuk menjaga kelestarian itu terkait dengan peran besar dari Gunung Rinjani sebagai penyuplai sumber air utama bagi masyarakat di Pulau Lombok.

Selain itu, Ary juga sukses mengembangkan pariwisata Pantai Pangandaran di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, dan pariwisata Raja Ampat, Papua Barat. Jumlah wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang mengunjungi Pangandaran dan Raja Ampat terus meningkat dari waktu ke waktu. Pariwisata Pangandaran berhasil mendongkrak perekonomian setempat.

Kiprahnya yang lain adalah menjadi anggota tim juri kompetisi daya tarik wisata Cipta Award 2012, yaitu kompetisi tingkat nasional yang diberikan kepada pengelola daya tarik wisata sebagai salah satu wujud apresiasi pemerintah untuk mendukung pengelola pariwisata dalam meningkatkan kualitas daya tarik wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Fokus penilaian diutamakan pada manajemen daya tarik wisata dengan mengacu pada tiga aspek, yaitu aspek lingkungan, aspek sosial budaya, dan aspek ekonomi.

Dipercaya menjadi juri kompetisi desa wisata dalam ajang BeKreatif (Gebyar Seni Kreatif) Indonesia 2015.
Dipercaya menjadi juri kompetisi desa wisata dalam ajang BeKreatif (Gebyar Seni Kreatif) Indonesia 2015.

Jam terbangnya yang cukup tinggi di industri pariwisata membuatnya direkrut menjadi juri kompetisi desa wisata dalam ajang BeKreatif (Gebyar Seni Kreatif) Indonesia 2015.

“Semoga acara ini menjadi ajang bergengsi di Indonesia untuk mencari dan mendorong anak-anak muda yang kreatif di berbagai bidang yang dapat menjadi inspirasi bagi generasi kini dan akan datang. Termasuk kreativitas masyarakat desa dalam membangun perekonomian lokal yang mandiri melalui sektor pariwisata dan sektor lainnya,” kata  alumnus Jurusan Biologi Universitas Nasional (Unas) Jakarta ini kepada obsessionnews.com, Senin (6/4/2015) siang.

Ary mengungkapkan, kriteria lomba desa pariwisata pada intinya bertumpu pada prinsip pariwsata berkelanjutan. Kriterianya meliputi aspek ekonomi, aspek lingkungan dan partisipasi masyarakat, serta aspek pemasaran dan kemitraan.

Dalam aspek ekonomi yang dinilai antara lain adalah usaha pariwisata yang dikelola, distribusi manfaat, ketersediaan peluang kerja, kreativitas pengelola dalam mengembangkan produk dan paket wisata yang inovatf, dan manajemen lembaga.

Sedangkan dalam aspek lingkungan dan partisipasi masyarakat yang dinilai antara lain adalah kreativitas pengelola dalam meminimumkan dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan, kontribusi pada upaya-upaya pelestarian alam dan budaya sebagai aset pariwisata, kreativitas pengelola dalam meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat desa dalam sapta pesona.

Sementara itu dalam aspek pemasaran dan kemitraan yang dinilai antara lain kreativitas dalam pemasaran, pemanfataan teknologi informasi, penilaian terhadap kerja sama dengan berbagai pihak karena pariwisata bersifat multistakeholder. (Arif RH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.