Kemenko PMK Rumuskan Arah Baru Kebijakan Pembangunan Manusia di Era Disrupsi AI

Kemenko PMK Rumuskan Arah Baru Kebijakan Pembangunan Manusia di Era Disrupsi AI

Obsessionnews.com — Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menggelar Multistakeholder Dialogue: Towards A Smart Governance dengan tema “Transformasi Kebijakan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Tengah Disrupsi Kecerdasan Artifisial”. Acara yang berlangsung di Aula Heritage Kemenko PMK pada Rabu (26/11/2025) ini menjadi forum strategis untuk merespons perubahan teknologi yang bergerak cepat dan menuntut adaptasi kebijakan yang lebih visioner.

Dialog ini merupakan tindak lanjut atas arahan Presiden RI Prabowo Subianto dalam Program Asta Cita, khususnya agenda yang menekankan penguatan SDM, sains dan teknologi, pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender, pemuda, serta peran kelompok rentan termasuk penyandang disabilitas. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Prabowo selalu menegaskan bahwa tidak ada bangsa yang maju tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semangat inilah yang menjadi dasar penyelenggaraan dialog multi sektor ini.

Sesmenko PMK Imam Machdi, yang membuka kegiatan mewakili Menko PMK, menekankan bahwa forum ini diselenggarakan untuk memperkuat arah kebijakan yang adaptif terhadap disrupsi kecerdasan artifisial. Menurutnya, transformasi dalam bidang pembangunan manusia dan kebudayaan harus mampu bergerak sejalan dengan perubahan teknologi, tanpa melepaskan nilai-nilai kemanusiaan, inklusivitas, dan kepentingan publik. Ia juga mengapresiasi keterlibatan sekitar 150 peserta yang hadir dari unsur pemerintah, akademisi, industri, masyarakat sipil, serta media, yang seluruhnya terlibat dalam diskusi yang disiarkan secara langsung melalui kanal resmi Kemenko PMK.

Diskusi dalam forum ini mengalir dalam tiga rumpun utama yang mewakili tantangan pembangunan manusia era digital. Pada klaster pertama, para pembicara dari sektor kesehatan menyoroti bagaimana teknologi AI dapat memperkuat ketahanan keluarga dan sistem kesehatan masyarakat. Wamenkes Dante Saksono menjelaskan bahwa teknologi kecerdasan artifisial kini menjadi alat bantu penting dalam meningkatkan kapasitas layanan, termasuk dalam skrining penyakit seperti TBC melalui analisis radiologi. Ia menekankan bahwa Kemenkes telah membentuk Komite AI Kesehatan sebagai langkah penting untuk mengatur pemanfaatan data dan teknologi secara aman dan bertanggung jawab. Di sisi lain, para pembicara mengingatkan bahaya self-diagnosis dan pentingnya meningkatkan literasi digital masyarakat agar teknologi benar-benar menjadi alat bantu yang aman.

Klaster berikutnya menyoroti peran AI dalam memperkuat ketangguhan bangsa menghadapi bencana serta potensi konflik sosial. Kepala BMKG Teuku Faishal Fathani menjelaskan bahwa kebutuhan data meteorologi dan geofisika kini semakin krusial di era digital, di mana informasi harus bergerak cepat dan presisi. Pemanfaatan AI, termasuk machine learning, dinilai mampu memproses data satelit dan radar dengan lebih akurat untuk meningkatkan sistem peringatan dini. Para ahli kebencanaan yang hadir dalam diskusi ini menekankan bahwa teknologi harus menjadi alat untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor, bukan menggantikannya, agar pengambilan keputusan tetap berpijak pada prinsip kehati-hatian dan inklusivitas.

Pembahasan pada klaster pendidikan dan kebudayaan membuka perspektif yang lebih luas mengenai masa depan manusia di tengah disrupsi digital. Wamendiktisaintek Stella Christie menekankan bahwa manusia tidak akan mampu mengalahkan AI pada kemampuan komputasi, tetapi dapat selalu unggul dalam hal empati, intuisi, kreativitas, dan kemampuan bertanya secara kritis. Ia menegaskan bahwa pendidikan di era kecerdasan artifisial harus kembali menempatkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai inti pembelajaran. Para pembicara lainnya menyoroti pentingnya kesiapan mental untuk beradaptasi dan memastikan bahwa transformasi digital diterjemahkan ke dalam praktik pembelajaran yang tetap humanis. Teknologi tidak boleh menggantikan sentuhan manusia—hi-tech harus selalu berjalan bersama hi-touch.

Menariknya, setiap sesi dialog dibuka dengan monolog singkat dari pelajar-pelajar berprestasi yang memberikan pandangan generasi muda tentang kehidupan di era AI. Kehadiran mereka menghadirkan perspektif segar mengenai harapan, kecemasan, sekaligus optimisme generasi masa depan dalam menyambut perubahan teknologi.

Melalui penyelenggaraan dialog ini, Kemenko PMK menegaskan komitmennya dalam merumuskan arah baru kebijakan pembangunan manusia dan kebudayaan yang lebih adaptif, inklusif, dan selaras dengan tantangan zaman. Kemenko PMK berharap forum ini menjadi fondasi penting untuk memperkuat ketahanan sosial, mempercepat transformasi digital nasional, serta mewujudkan tata kelola pemerintahan yang semakin cerdas, lincah, dan berpihak pada manusia sebagai pusat kemajuan.  (Ali)