Menko PMK Dorong Transformasi Digital dan Inovasi Birokrasi Berbasis Kecerdasan Artifisial

Menko PMK Dorong Transformasi Digital dan Inovasi Birokrasi Berbasis Kecerdasan Artifisial
Menko Pratikno dalam kegiatan Pembelajaran Kepemimpinan Digital Berbasis Kecerdasan Artifisial: Menuju Kemenko PMK sebagai Smart Ministry, di Jakarta, Rabu (15/10/2025) (Foto Dok. Humas Kemenko PMK)

Obsessionnews.com — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menegaskan bahwa transformasi digital dalam birokrasi bukan lagi pilihan, melainkan keniscayaan. Ia menilai, hanya birokrasi yang berani berinovasi dan mengadopsi kecerdasan artifisial (AI) secara bijak yang akan mampu menjawab tantangan zaman dan melayani publik secara presisi.

Hal itu disampaikan Pratikno dalam kegiatan Pembelajaran Kepemimpinan Digital Berbasis Kecerdasan Artifisial: Menuju Kemenko PMK sebagai Smart Ministry, di Jakarta, Rabu (15/10/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Bulan Inovasi Berbasis AI yang digelar Kemenko PMK bekerja sama dengan Binar Academy dan Microsoft Indonesia.

“Kita tidak bisa lagi menunda. Tantangannya bukan pada perlu atau tidaknya mengadopsi teknologi, melainkan bagaimana kita melakukannya dengan cepat, efektif, efisien, dan produktif,” ujar Menko PMK Pratikno.

Ia menggambarkan pemanfaatan AI layaknya pesawat terbang: memiliki risiko, namun memungkinkan perjalanan menuju tujuan yang jauh lebih cepat. “AI itu seperti pesawat. Ada risikonya, tapi terkadang kita tidak punya pilihan lain selain menggunakannya. Kalau mau jalan kaki, belum sampai tujuan sudah pensiun,” selorohnya.

Menurut Pratikno, pemanfaatan AI dalam birokrasi dapat membantu pemerintah menangani isu kompleks seperti stunting dan tuberkulosis (TBC), yang melibatkan lebih dari 20 kementerian dan lembaga. “Kita butuh alat navigasi yang mampu mensinergikan lintas sektor agar kebijakan bisa dijalankan secara presisi dari perencanaan, anggaran, sampai intervensi lapangan,” tegasnya.

Namun, lebih dari sekadar teknologi, transformasi digital harus diawali dengan perubahan pola pikir pimpinan. Pratikno mengingatkan bahwa kepemimpinan digital membutuhkan keberanian untuk “menuangkan gelas lama” yakni melepaskan cara berpikir lama agar tersedia ruang bagi inovasi baru.

“Kalau gelasnya sudah penuh, tidak bisa diisi lagi. Bagian dari digital leadership adalah keberanian membuka diri, memberi ruang bagi hal-hal baru,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas generasi: para pemimpin senior perlu memberi kesempatan bagi generasi muda birokrasi untuk berinovasi, sementara yang muda belajar menghargai pengalaman.

Dalam kesempatan yang sama, Co-Founder Binar Academy, Dita Aisyah, menyoroti pentingnya digital leadership mindset bagi para pimpinan agar mampu menjadikan AI sebagai alat inovasi sektor publik. Sementara Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, mengingatkan bahwa AI bukan ancaman, tetapi peluang untuk memperkuat kualitas manusia dan kebudayaan Indonesia.

Menutup arahannya, Pratikno mengajak seluruh jajaran untuk menjadikan Kemenko PMK sebagai Smart Ministry yang mampu memanfaatkan teknologi secara cerdas dan bertanggung jawab, guna melahirkan kebijakan presisi sekaligus keseimbangan antara kinerja dan kehidupan.  (Ali)