Obsessionnews.com — Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan kekayaan laut terbesar di dunia. Namun, kekayaan ini tidak akan berarti banyak jika pemanfaatannya tidak dijalankan dengan cara yang bijak. Menyadari tantangan tersebut, WWF-Indonesia melalui inisiatif Seafood Savers resmi menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PT Bali Sustainable Seafood (BSS) pada (19/9/2025) di Denpasar, Bali. Langkah ini menandai babak baru dalam upaya menghadirkan rantai pasok seafood yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan di tanah air.

Seafood Savers sendiri merupakan platform yang dibentuk WWF-Indonesia sejak 2009 untuk mempertemukan produsen, ritel, hingga restoran dalam satu tujuan: mewujudkan bisnis perikanan yang berkelanjutan. Platform ini mengacu pada standar internasional Marine Stewardship Council (MSC) untuk perikanan tangkap dan Aquaculture Stewardship Council (ASC) untuk perikanan budidaya. Hingga kini, 12 perusahaan dengan 13 rantai pasok sudah bergabung, dan lima di antaranya bahkan berhasil memperoleh sertifikasi ASC untuk komoditas udang. Sayangnya, produk bersertifikat tersebut mayoritas masih ditujukan untuk pasar ekspor.

Melihat kondisi ini, WWF meluncurkan Responsible Seafood Sourcing Improvement Program (RSSIP), sebuah program yang bukan hanya menjadi mekanisme perbaikan rantai pasok, tetapi juga sarana kolaborasi antar pelaku usaha. Melalui RSSIP, produk seafood berkelanjutan kini diharapkan bisa hadir di pasar domestik. WWF mempromosikan produk tersebut dengan label “Smart Seafood Choice”—pilihan cerdas yang tidak hanya enak dan sehat, tetapi juga ramah lingkungan.

Direktur Kelautan dan Perikanan WWF-Indonesia, Imam Musthofa Zainudin, menegaskan bahwa kerja sama dengan PT Bali Sustainable Seafood bukan hanya formalitas di atas kertas. “Ini adalah wujud nyata komitmen untuk membangun pasar seafood yang berkelanjutan. WWF akan mendampingi BSS dalam setiap tahap perbaikan rantai pasok, dari hulu hingga hilir, sehingga konsumen Indonesia pun bisa menikmati manfaat langsung dari praktik perikanan yang bertanggung jawab,” jelasnya.

Sementara itu, Hema Malvina Firma Sitorus, Direktur PT Bali Sustainable Seafood, menyatakan kesiapan perusahaannya untuk terlibat penuh dalam program ini. “Semoga kolaborasi ini bisa membangun perikanan Indonesia yang lebih baik lagi. Dari asal yang baik dan proyek yang baik hingga benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Prinsip keberlanjutan harus menjadi kenyataan, bukan sekadar slogan,” ujarnya.

Kerja sama ini hadir di tengah meningkatnya konsumsi ikan di Indonesia. Berdasarkan data 2024, konsumsi ikan nasional sudah mencapai 25,31 kg per kapita, naik dari tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan potensi besar untuk mendorong perubahan pola konsumsi masyarakat menuju arah yang lebih berkelanjutan. Dengan menjaga keseimbangan pemanfaatan sumber daya laut, stok ikan akan tetap lestari, sehingga generasi mendatang pun dapat menikmati kekayaan laut Nusantara.

Bergabungnya PT Bali Sustainable Seafood dalam RSSIP juga memperkuat langkah Indonesia dalam menciptakan pasar domestik seafood berkelanjutan. Lebih dari sekadar menambah jumlah perusahaan yang terlibat, kemitraan ini diharapkan menjadi contoh nyata bagi pelaku usaha lain. Bahwa praktik perikanan yang bertanggung jawab bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga dapat memberi nilai tambah—baik bagi konsumen, bisnis, maupun kelestarian lingkungan.

Dengan kerja sama ini, WWF dan BSS mengirimkan pesan yang kuat: masa depan laut Indonesia ada di tangan kita semua. Pilihan yang kita buat hari ini, termasuk ketika memilih makanan laut yang kita konsumsi, akan menentukan apakah generasi mendatang masih bisa merasakan nikmatnya hasil laut yang melimpah. Melalui Smart Seafood Choice, masyarakat diajak menjadi bagian dari solusi menjaga laut tetap kaya, sehat, dan berkelanjutan.  (Ali)