Kemenko PMK Sigap Tangani Kasus Ibu dan Anak di Banjaran Lewat Pendampingan Keluarga

Obsessionnews.com — Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bergerak cepat menyikapi tragedi yang menimpa seorang ibu dan anak di Banjaran, Kabupaten Bandung. Peristiwa yang terjadi pada Jumat (5/9/2025) ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam, tetapi juga menjadi peringatan penting tentang rapuhnya daya tahan sebagian keluarga menghadapi tekanan hidup.
Staf Khusus Menteri Bidang Mobilisasi Sumber Daya Bencana Kemenko PMK, Mayjen TNI (Purn.) Mochammad Luthfie Beta, hadir langsung di rumah keluarga korban pada Minggu (7/9/2025) mewakili Menko PMK Pratikno. Ia menegaskan bahwa negara hadir tidak hanya untuk menyampaikan empati, tetapi juga memastikan adanya layanan pendampingan dan perlindungan berkelanjutan bagi keluarga yang terdampak.
“Mewakili Bapak Menko PMK, kami menyampaikan duka mendalam atas tragedi ini. Kasus ini menjadi pengingat betapa pentingnya memperkuat akses layanan konseling, kesehatan mental, dan perlindungan keluarga,” ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, Luthfie juga melakukan koordinasi dengan aparat desa, tim UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Bandung, serta pihak kepolisian. Ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor agar masyarakat yang menghadapi krisis serupa bisa segera memperoleh bantuan.
Kemenko PMK saat ini tengah memperkuat kolaborasi dengan sejumlah kementerian dan lembaga, seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Kementerian Kesehatan, BKKBN, BPJS, serta pemerintah daerah. Fokusnya tidak hanya pada penanganan pasca-kejadian, tetapi juga pencegahan melalui edukasi, konseling keluarga, pendampingan psikososial, serta intervensi dini terhadap tekanan hidup.
“Kami ingin memastikan tidak ada keluarga yang terabaikan, terutama dalam situasi tekanan hidup yang berat. Negara akan selalu hadir untuk melindungi rakyatnya,” tegas Luthfie.
Ia juga mengapresiasi jajaran pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dan tim pendamping yang telah bergerak cepat sejak awal kasus terungkap. Menurutnya, kecepatan respon menjadi bukti kepedulian bersama sekaligus momentum memperkuat sistem perlindungan sosial di Indonesia.
Berdasarkan informasi di lapangan, tragedi ini diduga dipicu faktor tekanan hidup. Dari olah TKP, kepolisian menemukan catatan pribadi korban, yang kini menjadi bagian dari proses penyelidikan Unit Reskrim Polresta Bandung. Sejak hari kejadian, pemerintah daerah bersama dinas terkait sudah menyalurkan bantuan, mulai dari ambulans, kantong jenazah, hingga pendampingan psikososial bagi keluarga yang ditinggalkan.
Kasus Banjaran ini menjadi refleksi serius bahwa kesehatan mental dan ketahanan keluarga harus menjadi prioritas. Tragedi tersebut tidak boleh berhenti sebagai berita duka, tetapi harus menjadi pemicu penguatan sistem perlindungan sosial agar setiap keluarga memiliki ruang aman untuk mencari bantuan sebelum krisis semakin dalam. (Ali)