Diaspora Jadi Kunci Ekspor: Mendag Busan Galang Kekuatan Global WNI Dongkrak Perekonomian di CID-8

Obsessionnews.com — Pemerintah terus memacu ekspor nasional sebagai mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu pendekatan strategis yang kini semakin ditekankan adalah kolaborasi bersama diaspora Indonesia di luar negeri. Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Budi Santoso, atau yang akrab disapa Mendag Busan, menyerukan peran aktif diaspora sebagai agen perubahan dan promotor produk Indonesia di pasar global.
Ajakan itu disampaikan langsung dalam forum Congress of Indonesian Diaspora ke-8 (CID-8) yang digelar oleh Indonesian Diaspora Network (IDN) Global di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, pada Jumat (1/8). Forum ini dihadiri sekitar 80 peserta diaspora dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Australia, Singapura, Taiwan, Qatar, Prancis, dan Kanada.
Dalam forum tersebut, Mendag Busan tampil sebagai pembicara utama, didampingi oleh Sekretaris Jenderal Kemendag Isy Karim dan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Fajarini Puntodewi. Turut hadir Presiden IDN Global Sulistyawan Wibisono yang membuka diskusi dengan semangat kolaboratif diaspora untuk membangun IKN dan memperkuat peran global Indonesia.
Dalam sambutannya, Mendag Busan menekankan bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia saat ini menunjukkan tren positif. Pada semester pertama 2025, ekspor Indonesia tumbuh 7,7 persen, melampaui target tahunan sebesar 7,1 persen. Capaian ini, menurutnya, tidak lepas dari kontribusi diaspora yang telah berperan menjadi duta informal sekaligus importir strategis produk Indonesia.
“Ekspor kita naik karena banyak dari Bapak dan Ibu diaspora menjadi pelaku usaha di luar negeri. Kami ingin memperkuat sinergi ini. Diaspora punya peran unik dan strategis, karena Anda memahami budaya, selera pasar, dan dinamika bisnis di negara masing-masing,” ujar Mendag Busan.
Busan juga menceritakan kisah sukses ekspansi mi instan Indonesia di India dan Nigeria yang bermula dari konsumsi pribadi Pekerja Migran Indonesia (PMI), lalu diperkenalkan secara organik ke masyarakat lokal. Kini, merek tersebut menjadi salah satu produk ekspor unggulan yang merambah Afrika berkat peran diaspora sebagai promotor tanpa pamrih.
“Kita tidak hanya ingin mengulang kesuksesan itu, tapi memperluasnya. Banyak produk UMKM kita yang potensial, tinggal didorong melalui diaspora sebagai mitra distribusi,” tambahnya.
Untuk mendukung diaspora dalam memperkuat ekspor, Kemendag telah menyiapkan berbagai fasilitas seperti Export Center, business matching, dan jejaring perwakilan perdagangan luar negeri, termasuk Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang tersebar di 33 negara.
“Kalau ada diaspora yang serius menjadi buyer atau mencari buyer, Kemendag siap mencarikan suplai dari UMKM dalam negeri. Silakan datang ke Export Center. Kita bantu langsung dari hulu ke hilir,” tegas Mendag Busan.
Pendekatan ini terbukti efektif. Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama diaspora-UMKM berhasil menciptakan ekosistem bisnis yang tidak hanya menjual produk, tapi juga memperkuat branding Indonesia di mancanegara. Business matching antar diaspora dan pelaku UMKM difasilitasi agar lebih sistematis dan terukur.
Presiden IDN Global, Sulistyawan Wibisono, menyambut positif ajakan dialog dari pemerintah. Ia menilai, forum seperti CID-8 menjadi ruang penting bagi diaspora menyampaikan aspirasi, tantangan, dan peluang yang dihadapi dalam membangun usaha dan memasarkan produk Indonesia.
“Kita punya potensi luar biasa. Tapi diaspora perlu ruang, regulasi yang fleksibel, dan dukungan konkret dari pemerintah. Jangan sampai potensi ini hilang karena kurangnya komunikasi atau kebijakan yang kurang responsif,” ucapnya.
Salah satu diaspora asal Amerika Serikat menyoroti adanya kebijakan tarif bea masuk baru di AS, yang justru membuka peluang lebih besar bagi produk Indonesia terutama dari UMKM untuk masuk pasar Amerika. Namun, ia menegaskan perlunya strategi harga dan efisiensi logistik agar produk tetap kompetitif tanpa menurunkan kualitas.
“Kalau ingin bersaing di AS, kita butuh skema harga yang efisien dari hulu ke hilir. Kemudahan pengiriman dan keterlibatan diaspora dalam pengadaan barang pemerintah juga akan sangat membantu,” ungkapnya.
Ia juga menyarankan agar pemerintah melibatkan diaspora dalam pengadaan barang untuk kantor-kantor perwakilan Indonesia di luar negeri. Dengan begitu, biaya distribusi bisa ditekan dan kualitas produk bisa dijamin karena pelaku diaspora memahami langsung kebutuhan pasar setempat.
Penyelenggaraan CID-8 di Ibu Kota Nusantara menjadi momen simbolik yang kuat. Dengan tema “Bersama Diaspora Mewujudkan IKN Menjadi Kota Dunia untuk Semua,” kongres ini mencerminkan harapan besar agar IKN menjadi pusat kolaborasi global, bukan hanya pusat pemerintahan.
“Kami hadir di IKN untuk menunjukkan bahwa diaspora Indonesia di seluruh dunia siap terlibat dalam pembangunan negeri. Bukan hanya lewat investasi, tapi lewat jejaring, pengalaman global, dan promosi produk nasional,” ujar Sulistyawan.
Sebagai informasi, IDN Global merupakan organisasi nirlaba yang bersifat nonpemerintah, nonpolitik, dan nonpartisan, didirikan pada Kongres Diaspora Indonesia pertama di Los Angeles tahun 2012. Organisasi ini bertujuan memperkuat kontribusi diaspora terhadap pembangunan Indonesia secara nyata dan terukur.
Kongres Diaspora diadakan setiap dua tahun sebagai platform pertukaran ide dan kolaborasi antara diaspora, pemerintah, dan masyarakat. CID-8 merupakan edisi kedelapan dan menjadi tonggak penting karena pertama kali digelar di IKN, kota masa depan Indonesia.
Partisipasi aktif diaspora sebagai mitra UMKM dinilai sebagai strategi jangka panjang dalam membangun ekosistem ekspor yang berkelanjutan. Pemerintah menyadari bahwa daya saing produk Indonesia tidak hanya ditentukan oleh kualitas barang, tapi juga oleh jejaring, narasi, dan kepercayaan di pasar global—semua itu dimiliki oleh diaspora.
“Kalau setiap diaspora menjadi duta produk Indonesia di negara tempat tinggalnya, maka kita tidak hanya memperluas ekspor, tapi juga memperkuat identitas dan kebanggaan nasional,” pungkas Mendag Busan.
Dengan sinergi kuat antara pemerintah, diaspora, dan pelaku UMKM, Indonesia bergerak menuju masa depan ekspor yang inklusif, berdaya saing, dan berakar kuat pada kekayaan lokal. Dan IKN, kota yang dibangun untuk masa depan, menjadi panggung awal dari kolaborasi besar ini. (Ali)





























