Menko PMK Pratikno: Era AI Butuh Etika, Kesadaran, dan Critical Thinking

Obsessionnews.com - Di tengah derasnya arus disrupsi teknologi dan pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, mengingatkan kembali bahwa kemajuan digital bukan hanya soal inovasi, tapi juga kesadaran etis dan kecerdasan berpikir kritis.
Hal ini disampaikan dalam Kuliah Umum untuk peserta P4N Angkatan 68 dan P3N Angkatan 25 Tahun 2025 di Lemhannas RI, Kamis (26/6), Jakarta.
“Digitalisasi sangat memengaruhi kesehatan fisik, mental, dan moral. Bisa positif, bisa juga negatif. Maka yang paling penting adalah kesadaran,” tegas Pratikno di hadapan peserta dan pejabat Lemhannas.
Menko PMK menyoroti bahwa teknologi seperti AI bekerja berdasarkan data dan algoritma, bukan intuisi atau nilai. Karena itu, jika bangsa Indonesia hanya menjadi konsumen, tanpa berkontribusi pada penyediaan data lokal yang kaya nilai dan konteks, maka AI tidak akan merefleksikan kepentingan dan karakter bangsa.
“Kalau kita tidak memberi makan AI dengan data kita, maka kita tidak akan pernah menjadi referensi,” tegasnya.
Ia mengajak Lemhannas untuk menjadi bagian strategis dalam membentuk ekosistem AI yang berdaulat, etis, dan kontekstual, yang bisa memperkuat narasi kebangsaan dan keindonesiaan di dunia digital global.
Statistik penggunaan internet di Indonesia, yang mencapai lebih dari tujuh jam per hari, menjadi perhatian tersendiri. Pratikno menyebut bahwa terlalu banyak screen time tanpa literasi digital justru bisa menyebabkan erosi terhadap pemikiran kritis, pembelajaran bermakna, dan interaksi sosial sehat.
“Kalau screen time dilakukan secara mindless—tanpa berpikir—maka akan berdampak pada kualitas berpikir manusia,” ujarnya.
Sebagai bagian dari strategi nasional, Kemenko PMK telah menyiapkan pendekatan tiga lapis yaitu AI for All: Edukasi dasar bagi masyarakat umum tentang etika dan penggunaan cerdas AI , AI for Many: Penguatan SDM untuk produktivitas di sektor-sektor kunci dan AI for Few: Investasi dalam riset, pengembangan algoritma, dan sovereign data
Ketiganya dirancang untuk menciptakan ekosistem AI yang inklusif, progresif, dan berdaulat.
“Teknologi harus digunakan dengan tanggung jawab dan etika. Kunci utama kesemua ini adalah kesadaran dan kemampuan berpikir kritis. Di era AI, kekuatan bukan hanya soal siapa paling canggih, tapi siapa paling sadar dan paling siap menjaga nilai-nilai manusianya,” tutup Pratikno. (Ali)