Soto Boyolali Jadi Pengobat Rindu Jemaah Haji Indonesia di Makkah

Soto Boyolali Jadi Pengobat Rindu Jemaah Haji Indonesia di Makkah
Dok Istimewa

Makkah, Obsessionnews.com –Rindu kampung halaman di Tanah Suci tak selalu hadir lewat pesan atau panggilan video. Bagi sebagian jemaah haji Indonesia, rasa itu muncul lewat aroma kuah kaldu dan irisan daging yang mengepul dari semangkuk Soto Boyolali.

Pemandangan ini tampak setiap usai salat Jumat di Hotel Safwat Al Shoroq, Sektor 5 Raudhah, Makkah. Puluhan jemaah berbaris tertib di lantai R hotel, menanti giliran menikmati menu khas Jawa Tengah di warung *Spesial Soto Boyolali* (SSB).

Jemaah datang dari berbagai sektor. Tak sedikit yang menempuh perjalanan cukup jauh, bahkan menggunakan taksi, hanya demi seporsi soto panas yang mengingatkan pada rumah.

Tenant ini dikelola oleh Hj Hesti Noviasari dan suaminya, diaspora Indonesia yang telah membuka usaha kuliner di Makkah sejak dua tahun terakhir. Resep Soto Boyolali yang ia racik diwarisi dari orang tuanya, dan tetap terjaga meski bahan-bahannya harus diimprovisasi dari pasar lokal Arab Saudi.

“Rasanya tetap khas. Alhamdulillah, semua bahan bisa kami dapatkan di sini,”ujar Hesti saat ditemui tim Media Center Haji.

Dalam satu hari, Hesti bisa menjual antara 200 hingga 300 porsi soto. Angka ini tergolong tinggi mengingat kapasitas hotel mencapai 6.000 jemaah. Selain soto, tenan ini juga menawarkan menu lain seperti bakso, nasi pecel, gorengan, dan teh panas. Harga per porsi sekitar 15 riyal Saudi.

Kehadiran Soto Boyolali bukan hanya soal selera, tetapi juga soal rasa keterhubungan. Bagi banyak jemaah, makanan bukan sekadar pengisi energi, melainkan penguat batin. Dalam suasana spiritual yang intens seperti haji, sejumput rasa dari tanah air bisa menjadi pengingat akan keluarga, rumah, dan kenangan.

Fenomena kuliner ini menjadi potret kecil tentang bagaimana kebutuhan emosional dan spiritual bisa bertemu dalam sepiring makanan sederhana. Soto Boyolali bukan sekadar hidangan—ia adalah ruang pulang, meski hanya sejenak, di tengah perjalanan panjang menuju keikhlasan. (IwanLubisON)