Paus Fransiskus Pergi Tinggalkan Keteladanan untuk Indonesia

Paus Fransiskus Pergi Tinggalkan Keteladanan untuk Indonesia
Paus Fransiskus menyapa warga Jakarta dalam kunjungannya ke Indonesia pada September 2024. (X)

 

Obsessionnews.com - Berpulangnya Paus Fransiskus pada Senin (21/4) mewarnai dinamika dunia memasuki pertengahan 2025 ini. Sederet tokoh yang terdiri atas pesohor, pemimpin politik, kepala negara/pemerintahan hingga rakyat terkecil sekalipun menyampaikan rasa duka atas kepulangan sosok rendah hati dan progresif itu.

 

Kerendahan hati pemimpin Gereja Katolik ditunjukkan Bapa suci ketika menyambangi Indonesia pada medio September 2024 yang lalu. Dia menolak iring-iringan, duduk di kursi depan sebelah supir, dan kerap meminta kendaraan berhenti untuk menyapa umat yang menyambut di tepi jalan.

 

Baca Juga:
Sehari Setelah Paskah, Paus Fransiskus Meninggal Dunia

Presiden Prabowo Subianto ikut menyampaikan bela sungkawa. “Kunjungan Sri Paus Fransiskus ke Jakarta tahun lalu telah memberikan kesan yang mendalam, tidak hanya di kalangan umat Katolik namun di hati seluruh rakyat Indonesia,” tulis Prabowo melalui akun Instagram pribadi @prabowo dikutip dari Jakarta, Selasa (22/4) pagi.

 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Prabowo Subianto (@prabowo)

 

Prabowo membagikan dua foto ketika ikut menyambut Paus Fransiskus di Istana Merdeka. Ketika itu, Prabowo masih menjabat Menhan RI dan berstatus presiden terpilih hasil Pemilu 2024.

Baca Juga:
Misa Akbar Paus Fransiskus di GBK Berlangsung Hikmat

“Pesan kesederhanaan, pluralisme, keberpihakan kepada orang miskin dan kepedulian Sri Paus terhadap sesama akan selalu menjadi teladan bagi kita semua,” lanjut Prabowo yang turut menyinggung pesan Fransiskus untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika.

 

Dalam kunjungannya ke Indonesia, Paus Fransiskus juga menyampaikan pidato di hadapan Presiden Jokowi dan jajaran. Dia membeberkan penyebab kekacauan dunia.

 

“Ketegangan-ketegangan dengan unsur kekerasan timbul di dalam negara-negara karena mereka yang berkuasa ingin menyeragamkan segala sesuatu dengan memaksakan visi mereka,” ungkapnya.

 

“Terdapat juga kurangnya komitmen sejati yang berorientasi ke depan untuk menerapkan prinsip-prinsip keadilan sosial. Akibatnya, sebagian besar umat manusia terpinggirkan, tanpa sarana untuk menjalani hidup yang bermartabat dan tanpa perlindungan dari ketimpangan sosial yang serius dan bertumbuh, yang memicu konflik-konflik yang parah,” tuturnya. (Erwin)