Farida Ratna Djuita, Berjuang Wujudkan Anak Disabilitas Unggul dan Mandiri

Obsessionnews.com - Selama lebih dari 70 tahun, visi utama dari YPAC adalah mewujudkan anak-anak disabilitas menjadi manusia unggul dan mandiri sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Demi mencapai tujuan tersebut, Farida Ratna Djuita, SH, M.Hum, selaku ketua yayasan pun membeberkan berbagai upaya dan program yang dilakukan YPAC. Mulai dari menggali dan meningkatkan kemampuan anak disabilitas, agar lebih percaya diri, unggul, dan mandiri;mengedukasi masyarakat melalui berbagai program sosial hingga lebih sadar akan hak hak anak disabilitas, dan memperjuangkan kebijakan inklusif yang ramah bagi anak disabilitas di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Farida menyampaikan, program-program pembinaan di YPAC Nasional berangkat dari konsep pendiri awal yayasan ini, Prof. Soeharso, yang meliputi pendidikan, medis, sosial maupun profesional. “Rehabilitasi pendidikan, anak dididik dalam institusi Sekolah Luar Biasa (SLB), dan adanya kelas karya maupun rumah kreatif. Rehabilitasi medis, anak dinilai oleh dokter dan kebutuhan anak diberikan terapi. Sementara, dalam rehabilitasi sosial, terdapat dua skema utama, yaitu rehabilitasi sosial panti dan non panti. Rehabilitasi sosial panti, anak ditempatkan di panti dan mendapatkan pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan. Rehabilitasi non-panti, anak tetap tinggal bersama orang tua, namun tetap diajak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar melalui kegiatan pramuka, gathering dan aktivitas sosial lainnya,” jelasnya.
Selain pendidikan dan rehabilitasi, YPAC juga menyiapkan anak-anak disabilitas, agar memiliki keterampilan profesional. Menurut Farida, dengan keterampilan ini mereka diharapkan mampu mendidik diri sendiri dan menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan penghasilan bagi mereka di masa depan. Di balik program dan upaya yang dilakukan YPAC, dia tidak memungkiri masih banyak tantangan terhadap pembinaan anak disabilitas, salah satunya mengenai stigma negatif dari masyarakat sekitar.
“Di masyarakat, masih banyak tantangan yang kerap dialami dalam edukasi mengenai anak disabilitas. Tak sedikit masyarakat yang tidak peduli terhadap keberadaan anak berkebutuhan khusus (ABK), sehingga menghambat upaya inklusivitas dan penerimaan mereka di lingkungan sosial. Di beberapa kalangan masyarakat, bahkan masih ada pandangan bahwa disabilitas adalah kutukan, sehingga banyak keluarga yang memilih untuk menyembunyikan anak mereka dan tidak memberikan akses pendidikan yang layak. Padahal, hak-hak mereka sudah dijamin dalam Undang Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas,” ungkap Farida.
Dalam proses rehabilitasi, keluarga memiliki peran penting sebagai dukungan utama bagi anak-anak. Khususnya ibu, dirinya harus menjadi sosok yang tangguh dan berdaya, agar bisa mengelola keluarga maupun dalam mengambil peran di lingkungan sosial. Meskipun, kerap diasosiasikan sebagai makhluk yang mengandalkan perasaan saja, bagi Farida, hal tersebut justru menjadi kelebihan. Pasalnya, kemampuan dalam menghadapi tantangan dengan kekuatan hati dan keikhlasan justru menjadi kelebihan tersendiri bagi perempuan yang tidak ditemukan pada laki-laki.
Salah satu sosok yang menginspirasi bagi Farida, tidak lain dan tidak bukan adalah ibundanya sendiri. “Sumber inspirasi terbesar bagi saya adalah ibu saya, seorang perempuan hebat yang membesarkan delapan anak seorang diri tanpa bantuan asisten rumah tangga. Dia tetap mampu mengurus keluarga, menanam sendiri kebutuhan pangan di sekitar rumah, serta aktif dalam berbagai kegiatan sosial, seperti di organisasi Aisyiyah dan mengajar mengaji bagi anak-anak,” tambahnya, dengan nada bersemangat.
Menurutnya, jadilah perempuan yang berdaya, percaya diri, dan tidak ragu dalam mengambil keputusan, agar dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi keluarga dan masyarakat luas. Dengan tekad, kerja keras, serta dukungan yang tepat dari berbagai pihak, perempuan Indonesia dapat menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan bagi bangsa dan negara, sekaligus menginspirasi generasi berikutnya. (Arfi/WO)