Kendaran dari Tiongkok Perketat Persaingan Otomotif Nasional

Kendaran dari Tiongkok Perketat Persaingan Otomotif Nasional
Kendaraan dari Tiongkok membanjiri Indonesia memperketat persaingan usaha sektor otomotif nasional. (Ilustrasi/ML Truck)



Oleh: Bambang Widjanarko,Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (APTRINDO) Jateng &DIY

Banyaknya kendaraan asal Tiongkok jenis kendaraan penumpang (passenger car) dan kendaraan niaga jenis truk semakin memperketat persaingan usaha di sektor otomotif nasional, sekaligus semakin memperkaya alternatif pilihan produk bagi konsumen

Kendaraan Tiongkok baik jenis passenger car maupun niaga jenis truk menyajikan berbagai macam fitur teknologi unggulan mereka demi memanjakan konsumennya.

Kehadiran berbagai merek kendaraan niaga jenis truk asal Tiongkok dianggap menguntungkan oleh Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (APTRINDO), karena mereka berlomba-lomba menyajikan karoseri, mesin dan fitur-fitur termodern dengan harga yang relatif lebih murah dibanding merek-merek yang sudah lebih dulu menggarap pasar nasional yang berasal dari Jepang, Eropa bahkan Amerika.

Adanya klaim, bahwa truk-truk asal China tidak melalui persyaratan sertifikasi uji tipe dan tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) adalah tidak benar.

Sebagai syarat bagi kendaran jenis apa pun untuk bisa melintasi jalanan umum di seluruh Indonesia adalah harus memiliki STNK, sedangkan syarat agar STNK bisa terbit adalah jika kendaraan sudah melalui proses sertifikasi uji tipe.

Kecuali jika kendaran tersebut dibeli untuk digunakan di perkebunan atau pertambangan milik pribadi untuk selamanya dan tidak akan pernah merambah jalan umum, maka kendaraan tersebut tidak memerlukan STNK.

Persaingan ketat antar merek truk sekarang ini hendaknya disikapi secara positif saja, karena bisa menurunkan nilai investasi yang cukup signifikan bagi pengusaha truk dengan perbedaan harga lebih murah 300 - 400 jutaan dari merek-merek truk yang sudah lebih lama bercokol di Indonesia, mengingat saat ini harga truk dan suku cadangnya sudah semakin mahal, sedangkan tarif ongkos muat barang tidak pernah bisa naik, jika tidak ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Biosolar.