Waspada! New Nasakom Sudah Masuk Segala Lini Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Oleh: Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Studi Kajian Rumah PancaSila
Nasakom (kepanjangan dari nasionalisme, agama, dan komunisme) adalah konsep politik yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno. Konsep ini berlaku di Indonesia dari 1959 masa Demokrasi Terpimpin hingga Orde Baru tahun 1966.
Gagasan Soekarno mengenai Nasakom ini merupakan upaya untuk menyatukan berbagai ideologi politik. Nasakom berupaya untuk menyatukan golongan nasionalis Pancasila, Agamis, dan Komunis yang pada waktu itu memiliki kekuasaan terbesar dalam perpolitikan di Indonesia.
Kesalahan terbesar Soekarno àdalah memaksakan kehendaknya dan semua tokoh Islam yang tidak setuju dengan Nasakom ditangkap dan dipenjara. Inilah kediktatoran Soekarno.
Dengan kediktatoran ini Hatta pun mengundurkan diri sebagai wakil Presiden, Hatta tidak setuju dengan kerja sama dengan PKI. Beberapa tokoh yang dipenjara Soekarno adalah:
1. Mochtar Lubis
Adalah seorang tokoh pers yang merupakan pemimpin surat kabar Indonesia Raya ini pernah dipenjara selama 10 tahun dari 1956 sampai 1966.
Dia dipenjara karena sikapnya yang kritis terhadap pemerintahan Soekarno.
2. Sutan Sjahrir
Sutan Sjahrir ditangkap karena dituduh terlibat dalam upaya pemberontakan dan kudeta. Dia dipenjara tanpa peradilan dari 1962 sampai 1965.
Hal tersebut tertuang dalam buku berjudul Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil.
3. Kartosoewirjo dan Soekarno pernah tinggal satu kos saat belajar kepada H.O.S Tjokroaminoto. Ia pernah menjadi Sekretaris Jenderal Partai Islam Indonesia. Ia dipenjara karena memimpin pemberontakan Darul Islam yang melawan pemerintahan Indonesia.
4. Mohammad Roem
Mohammad Roem adalah delegasi Indonesia dalam Perundingan Linggarjati tahun 1946 dan Perjanjian Renville tahun 1948.dan pernah menjadi Menteri Dalam Negeri pada Kabinet Sjahrir III serta Menteri Luar Negeri pada Kabinet Natsir. Ia dipenjara pada 16 Januari 1962 – 17 Mei 1966 karena ia adalah petinggi Masyumi, yaitu partai yang dibubarkan Soekarno karena merupakan lawan partai politiknya.
5. Buya Hamka
Soekarno dan Buya Hamka sudah saling mengenal sebelum kemerdekaan. Bahkan Buya Hamka pernah mengunjungi Soekarno saat diasingkan ke Bengkulu tahun 1938-1942.
Soekarno juga sering mengundang Buya Hamka untuk berceramah di istana negara. Buya Hamka dipenjara karena ia merupakan politisi Masyumi yang menentang Soekarno.
6. Syafruddin Prawiranegara
Syafruddin Prawiranegara lahir di Banten, 28 Februari 1911. Ia merupakan penyelamat negara saat Agresi Militer Belanda. Tahun 1948, Syafruddin Prawiranegara mengumumkan berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, dan Menteri Perdagangan. Syafruddin dipenjara karena ia yang memimpin pemberontakan PRRI Permesta di Bukittinggi.
7. Kasman Singodimedjo
Kasman Singodimedjo merupakan mantan Ketua Umum Muhammadiyah. Ia pernah tergabung dalam PPKI bersama Soekarno.
8. Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer adalah seorang sastrawan yang dikenal sampai saat ini. Pada masa pemerintahan Orde Lama, dia pernah dipenjara satu tahun karena sering mengkritik kebijakan pemerintah lewat tulisannya.
9. Dr. (H.C.) H. Mohammad Natsir (17 Juli 1908 – 6 Februari 1993) adalah seorang ulama, politikus, dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemuka Indonesia. Di dalam negeri, ia pernah menjabat menteri dan Perdana Menteri Indonesia, sedangkan di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim Dunia (World Muslim League) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.
Natsir pernah ditahan Soekarno selama 6 tahun karena keterlibatannya dengan PRRI, 2 tahun di Batu Malang dan 4 tahun di Rumah Tahanan Militer Keagungan 62 Jakarta. Tetapi dia menyatakan tidak dendam kepada Bung Karno. Ketika keluar penjara Orde Lama, Natsir pun tetap dipinggirkan rezim Orde Baru. Namun demikian, dia juga tidak menaruh dendam. Nasionalismenya ditunjukkan ketika memberi surat rekomendasi kepada tim perunding rujuk Indonesia-Malaysia untuk menemui PM Tengku Abdul Rahman.
Begitu pula mulusnya bantuan Jepang kepada Indonesia tidak terlepas dari peran Natsir. Ini diakui sendiri oleh mantan PM Jepang Takeo Fukuda. Dalam surat bela sungkawanya untuk Natsir tahun 1993, Fukuda menulis,” Saya banyak belajar dari beliau (Natsir), ketika beliau berkunjung ke Jepang– di saat saya menjabat menteri keuangan. Beliau yang meyakinkan kami tentang perjuangan masa depan Pemerintahan Orde Baru Indonesia yang bersih dan sejahtera dengan cita-cita beliau menciptakan dunia Islam yang stabil, adil dan sejahtera dengan kerja sama Jepang.”
Para tokoh yang berseberangan dengan Soekarno ini dipenjara tanpa diadili karena tidak setuju dengan Nasakom .
Jadi pemikiran Soekarno tentang Nasakom adalah pemikiran yang keliru tidak mungkin ideologi Islam dan ideologi nasionalis Pancasila disatukan dengan ideologi komunis.
Ideologi Pancasila dan ideologi Islam bersumber pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa tidak mungkin dicampur dengan ideologi Komunis yang menghalalkan segala cara.
Tentu saja tidak akan bisa selaras Pancasila mengedepankan Kemanusiaan Yang adil dan beradab, sementara Komunis jika perlu membantai ya dibantai ,dibunuh jika menghalangi ideologi komunis.
Penyair angkatan 1966 Taufiq Ismail menyebutkan bahwa komunis telah membantai 120 juta orang di 75 negara selama periode 1917-1991, sehingga harus dilawan.
“Selama 74 tahun Komunis itu rata-rata membunuh 1.621.621 orang setiap tahun atau 4.504 orang per hari atau tiga orang per menit di 75 negara,” ujarnya.
Uni Soviet merupakan negara terbesar yang melakukan pembantaian, yakni 61 juta orang. “Dari jumlah itu, Stalin bertanggung jawab atas pembantaian terhadap 43 juta orang, sekitar 39 juta orang mati di kamp-kamp kerja paksa. Pada saat itu pegawai negeri yang menentang komunis dipecat dan disuruh kerja paksa tanpa diberi makan,”
Selanjutnya, pelaku pembantaian terbesar kedua adalah Komunis China. Sejak 1949 hingga 1987, komunis di Negeri Tirai Bambu itu telah membunuh 40 juta orang warga setempat.
Disusul oleh Kamboja di bawah rezim Khmer Merah pimpinan Pol Pot yang selama periode April 1975-Desember 1978 telah membantai dua juta orang atau 28,57 persen dari jumlah penduduk.
Hari ini Indonesia harus waspada sejarah adalah kaca benggala kekejaman PKI dalam sejarah telah diputarbalikkan zaman Joko Widodo di mana PKI dianggap korban dan perlu disantuni yang artinya pihak yang salah TNI dan umat Islam. Apa kita sadar bahwa PKI sudah mengubah sejarah bangsa dan merekayasa pendidikan dan semua ini berawal dari amandemen UUD 1945 dengan mengganti UUD 2002.jika kita tidak waspada terhadap bangsa dan negara ini sudah pasti umat Islam akan disekulerkan dengan demokrasi liberal. Dan umat Islam tidak pandai membaca sejarah terhadap ulama-ulama pendiri negeri ini justru hari ini ulama dan kiai hanyut di dalam demokrasi liberal tidak sadar hanya karena disogok dengan konsensi tambang, tidak ingat terhadap perjuangan kembali ke UUD 1945 dan Pancasila. []