PDIP dan Mulyono Sama Saja

PDIP dan Mulyono Sama Saja
* Logo PDIP. (Foto:X @PDI_Perjuangan)

Oleh: Ahmad Khozinudin, Pemerhati Politik dan Kebangsaan

PDIP menuding Mulyono di balik gagalnya Anies maju Pilkada. Baik Pilkada Jakarta maupun Pilkada Jabar. Tudingan ini jelas punya motif agar PDIP tidak dihukum pemilih, karena telah ngepreng Anies saat gagal diusung di Pilkada Jakarta.

Padahal kalau PDIP seriustak ada kekuatan yang bisa menghalangi PDIP mengusung Anies. Kecuali PDIP bermental tempe.

Hanya saja jika yang disalahkan adalah kekuasaan, Mulyono, maka sebenarnya PDIP dan Mulyono sama saja. Keduanya selama ini bagian dari aktor kekuasan yang menyengsarakan rakyat.

PDIP baru keluar dari istana setelah pecah kongsi di Pilpres 2024. Menteri PDIP pun tidak segera ditarik keluar, kecuali setelah dibersihkan oleh Mulyono.

Itu artinya PDIP cuma mau buang badan, mau playing victim. Seolah yang salah hanya Mulyono. PDIP ingin keluar dari kemarahan rakyat, yang bisa berdampak pada kekalahan paslon yang mereka usung dalam Pilkada.

Bagi kita tak perlu percaya PDIP atau Mulyono. Kita tak perlu hadir di Pilkada, karena semua calon yang ada adalah boneka parpol, peliharaan oligarki. Kita juga tak perlu capek datang untuk mencoblos semua, karena hanya akan melegitimasi kekuasan parpol dan oligarki.

Tidak usah  datang untuk memilih calon PDIP, atau boneka yang disediakan Mulyono. Tidak perlu pula, memilih boneka yang diusung KIM Plus.

Gelorakan semangat melawan kesombongan parpol, dengan Golput. Golput menjadi gerakan perlawanan atas sikap jumawa oligarki dan partai politik. Golput akan membuyarkan pesta oligarki dan parpol di Pilkada.

Golput akan menurunkan partisipasi pemilih, sehingga mendelegitimasi proses Pilkada. Itu artinya mendelegitimasi kemenangan parpol dan oligarki atas paslon boneka yang mereka kontestasikan.

Jangan percaya janji manis parpol. Jangan percaya, jika golput mereka akan curang. Karena sejak awal mereka sudah curang, hanya mencalonkan boneka mereka, dan memenggal calon yang dikehendaki rakyat.

Jangan berempati dan berbelas kasihan pada partai mana pun, yang berusaha playing victim. Semua parpol kelakuannya sama. Lebih baik kita fokus pada nasib kita. Partisipasi kita di Pilkada hanya menyebabkan boneka parpol mendapatkan legitimasi naik tahta. []