Drama Pilkada, Beda Airin Lain Anies

Drama Pilkada, Beda Airin Lain Anies
* Rekayasa foto Anies Baswedan mengenakan jaket PDIP. (X)

Obsessionnews.com – Pilkada Serentak 2024 menghadirkan drama dan kejutan. Airin Rachmi Diany yang nyaris batal berlaga di Banten malah mendapat dukungan partai. Sedangkan Anies dengan elektabilitas tinggi di Jakarta, secara dramatis ditinggal banyak partai. Beda Airin, lain cerita untuk Anies.

Paslon cagub-cawagub Airin-Ade Sumardi secara resmi telah mendaftar ke KPUD Banten, Rabu (28/8). Selain PDIP dan Golkar, sejumlah partai seperti PBB, PKN, Buruh, Ummat dan Gelora ikut mendaftarkan. Airin menyebut, proses politik yang dilaluinya tidak instan.

Baca juga: Bahlil Umumkan Golkar Ikut PDIP, Dukung Airin-Ade Sumardi

“Mudah-mudahan ini menjadi kombinasi yang baik pada saat nanti kami membuat kebijakan-kebijakan pembangunan di Provinsi Banten,” kata Airin.

Airin lebih dulu dideklarasikan PDIP ketika mengumumkan kepala daerah yang diusung di wilayah Banten di ICE BSD, Minggu (25/8). Sehari setelahnya, Airin hadir di Kantor DPP PDIP, Jakarta, dan menerima surat keputusan (SK) dari Megawati Soekarnoputri.

Status Airin mulai dipertanyakan, apakah menjadi kader PDIP atau masih di Golkar. Sehari setelahnya, Ketum Golkar Bahlil Lahadalia malah berbalik arah dengan mendukung Airin-Ade. Meninggalkan Gerindra, Nasdem, Demokrat dan PKB yang mendukung Andra Soni-Dimyati.

Baca juga: Anies Ditinggalkan Semua Parpol di Pilkada DKI Jakarta 2024

Riskan bagi Golkar melepas eks Wali Kota Tangsel dua periode begitu saja. Airin kader militan mendapat suara tertinggi di Dapil Banten III pada Pileg 2024. Sebagai Ketua DPD Golkar Tangsel, adik ipar Ratu Atut dan Ratu Tatu juga berkontribusi pada suara Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024.

Lepasnya Airin berimplikasi hilangnya basis massa Golkar di Banten. Berat pula bagi Airin kalau menutup peluang maju di Banten. Sekalipun Golkar menarik rekomendasi, Airin bermanuver mengintensifkan komunikasi dengan PDIP yang memberinya tiket hingga partai beringin meresponsnya secara rasional.

Situasi serupa juga dialami Anies Baswedan di Jakarta. Anies ditinggal Nasdem, PKS dan PKB yang mengalihkan dukungan kepada Ridwan Kamil-Suswono. Peluang Anies bahkan sempat tertutup ketika DPR berupaya membegal putusan MK.

Baca juga:Usung Kader Internal di Jakarta, Megawati Butuh Loyalitas

Tekanan massa yang memaksa DPR membatalkan paripurna pengesahan RUU Pilkada menjaga asa Anies untuk berlaga. Hanya saja melalui PDIP, partai yang pada Pilpres 2024 dan Pilgub DKI 2017 menjadi kompetitornya.

Anies sempat datang ke Kantor DPD PDIP DKI dan kantor pusat. Sejumlah pengurus dan kader partai banteng secara terbuka menegaskan adanya opsi mengusung Anies mengawinkannya dengan kader internal. Asa yang terbuka pada akhir pekan lalu, kontan pupus setelah PDIP mengusung Pramono Anung-Rano Karno.

Keputusan PDIP mengusung Pram-Rano dicurigai permainan Jokowi. Namun melihat kerasnya watak dan karakter Megawati yang kadung dikhianati Jokowi, asumsi tersebut boleh jadi sebatas spekulasi.

Baca juga: Tunda Umumkan Kandidat Pilgub Jakarta, Ada Apa dengan Megawati?

Pram mengaku harus izin kepada Jokowi karena menyandang status anggota kabinet, sedangkan urusan berlaga merupakan titah langsung Mega. “1000 persen karena Ibu Mega,” kata Pram dalam sebuah sesi wawancara.

Secercah harapan bagi Anies muncul ketika PKB disebut-sebut bakal menarik dukungan dan mengusung Anies. Namun Sekretaris Dewan Syuro PKB Maman Imanulhaq menegaskan partainya masih konsisten dalam barisan KIM Plus.

Sementara KPU menegaskan partai yang sudah mendaftarkan paslon tidak bisa menarik dukungan. Ketentuan ini berdasarkan Pasal 43 UU No 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-undang.

Kalau Senin (26/8), Airin menerima SK dari Megawati di Kantor DPP PDIP, menegaskan tiket maju di Banten, sementara Anies di ruangan berbeda sekalipun sempat berpose dengan Rano Karno, harus pulang dengan tangan hampa. Beda dari Airin, Anies dengan elektabilitas tinggi tidak bisa melangkah maju di Jakarta karena lepas total dari genggaman partai. (Erwin)