Kado Puan untuk Pidato Kenegaraan Terakhir Jokowi: Etika Kepemimpinan

Obsessionnews.com – Ketua DPR Puan Maharani memberi sorotan tajam dalam sidang tahunan MPR, yang menjadi momen terakhir Presiden Jokowi menyampaikan pidato kenegaraan. Puan menyinggung soal kenegarawanan, visi kekuasaan yang erat kaitannya dengan etika kepemimpinan.
Puan menyitir pidato 1 Juni Soekarno yakni demokrasi Indonesia menekankan pada permusyawaratan untuk mendatangkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya, Indonesia bukan negara untuk satu orang, satu golongan tetapi milik semua.
Baca juga: 10 Tahun Pimpin RI, Jokowi Minta Maaf dan Ucapkan Terima Kasih
“Seorang negarawan akan memikirkan masa depan negara, yang harus lebih baik. Sedangkan politisi akan memikirkan masa depan hasil pemilu, yang harus lebih baik,” kata Puan, membacakan pidato dalam sidang tahunan MPR/DPR/DPD di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/7).
Puan mengingatkan pula pelaksanaan praktik kekuasaan dalam sistem pemerintahan presidensial membutuhkan negarawan yang politisi dan politisi yang negarawan. Tujuannya agar kekuasaan negara dijalankan untuk kebaikan yang lebih besar bukan untuk membesarkan diri sendiri, kelompok, maupun kepentingan tertentu.
Banyak kritik yang disampaikan Ketua DPR. Tak terkecuali pelaksanaan Pemilu 2024. Bahkan Puan juga menyorot pelaksanaan keadilan yang membutuhkan kehadiran negara untuk mematahkan stigma “Viral for Justice.”
Baca juga: Ucapkan Selamat untuk Prabowo-Gibran, Puan Keluhkan Kualitas Pemilu 2024
Sebagai pimpinan parlemen, perempuan pertama yang menjabat Ketua DPR juga mengapresiasi 10 tahun pemerintahan Jokowi. Dia menganggap pemerintah manpu mengatasi tantangan di zamannya. Namun dia mengingatkan banyaknya hal-hal yang belum berhasil dicapai.
Puan menyinggung proses kesetaraan perempuan dan pentingnya pembangunan berkualitas yang inklusif. Maksudnya, pembangunan bukan menitikberatkan pada bangunan fisik gedung, tetapi membuka kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat ikut berpartisipasi dan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraannya mengakui adanya tantangan yang tak mudah selama 10 tahun memimpin RI. Dia mengapresiasi dukungan penuh rakyat dan turut meminta maaf karena adanya banyak kekurangan.
“Saya tahu bahwa hasil yang kita capai pada saat ini belum sepenuhnya tuntas mencapai hasil akhir, belum sepenuhnya sesuai dengan harapan dan keinginan bapak-ibu semua,” kata dia.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga menyampaikan memberi tongkat estafet kepemimpinan kepada Prabowo Subianto untun selanjutnya, memastikan Indonesia bakal melompat dan mencapai visi Indonesia Emas 2045.
“Izinkan saya menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan ini kepada Bapak Prabowo Subianto. Izinkan saya juga menyerahkan semua harapan dan cita-cita masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, dari pinggiran, dari daerah terluar, dari desa, dari pusat-pusat kota kepada Bapak,” ujarnya. (Erwin)