PPP Jadi Partai Gurem, Sandiaga Minta Maaf

PPP Jadi Partai Gurem, Sandiaga Minta Maaf
Obsessionnews.com - Tak ada yang menyakitkan bagi parpol di Senayan terhempas dari parlemen. Kegetiran ini sedang dirasakan PPP yang untuk kali pertama sejak berdiri pada 1973, gagal mempertahankan kursi di parlemen. PPP hanya meraih 5.878.777 suara atau 3,87 persen pada Pileg 2024. Sebagai partai yang sudah berusia setengah abad, PPP yang dikomandoi Mardiono, tak tembus ambang batas parlemen 4 persen. Ketua Bappilu, Sandiaga Uno, lantas minta maaf. Baca juga:Kuasa Hukum PPP: Ada Perpindahan Suara ke Partai Garuda di Tiga Dapil Banten "Saya juga mohon maaf mungkin kalau ada kurang optimalnya dari kinerja selama berkampanye selama PPP," kata Sandiaga, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/6). Sandiaga mengakui dirinya gabung PPP mendapat tugas untuk menaikan suara partai. Namun upaya hukum hingga mengajukan sengketa ke Mahkamah Konstitusi kandas, dengan hasil pahit. "Jadi saya memang perpindahan ke PPP ini tadinya difokuskan untuk mengangkat suara PPP, belum bisa terwujudkan," tuturnya. Secara pribadi, dirinya mengakui kekalahan ini. Dirinya berharap para kader PPP tetap solid dan memberi kontribusi bagi percaturan politik Tanah Air. Sekalipun gagal mempertahankan kursi, Sandiaga optimistis, eksistensi PPP masih dibutuhkan. "Saya tetap istikomah dan saya akan yakin jika kita bisa solid untuk konsolidasi, terbuka peluang PPP untuk memperjuangkan, terus mewarnai demokrasi kita," kata dia. Berdasarkan Keputusan KPU Nomor 360 Tahun 2024 terkait penetapan hasil pemilu secara nasional, PPP tidak memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4 persen. Adapun gugatan sengketa Pileg 2024 yang diajukan PPP ke MK tidak ada yang dikabulkan sehingga hampir dapat dipastikan partai tersebut tidak berhasil menembus ke Senayan. Selama reformasi, partai yang gagal mempertahankan kursi di parlemen, sulit untuk bangkit kembali. PPP yang pada orde baru kerap menjadi momok, memiliki ujian serius untuk kembali bangkit dari keterpurukan. (Antara/Erwin)