Potret Buram Mentalitas Polisi: Depresi Bunuh Diri hingga Bunuh Suami

Obsessionnews.com - Mentalitas anggota Polri kian mengkhawatirkan selepas adanya kasus polwan dengan keji membunuh polisi, sesama anggota Korps Bhayangkara. Kasus yang terjadi di Jatim, belum lama ini, seolah menjadi pukulan telak betapa anggota Polri dari level bawah hingga atas, potensi bertindak keji menodai wibawa atribut Bhayangkara. Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mendorong Polri mulai fokus melakukan pembinaan mental anggota. Sebab, kasus yang terjadi di Jatim sudah tak tepat dikategorikan sebagai fenomena puncak gunung es. Baca juga: Polda Jatim Tahan Polwan yang Bakar Suaminya hingga Tewas di Mojokerto “Alih-alih memikirkan kesejahteraan dan kesehatan mental anggota ataupun membangun organisasi Polri yang profesional, elite kepolisian malah sibuk mencari jabatan di kementerian/lembaga lain,” kata Bambang, di Jakarta, Selasa (11/6). Bambang menyampaikan hal itu lantaran kecewa lantaran muncul kembali kasus yang memprihatinkan melibatkan polisi. Dia menilai hal tersebut tak lepas dari lemahnya pembinaan mental anggota Polri. Kasus polwan bakar suami di Mojokerto menjadi catatan kritis dari Bambang untuk mendorong institusi Polri mengambil langkah-langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Baca juga: Ini Motif Polwan Bakar Suami di Mojokerto Terlebih motif polwan bakar suaminya karena terjebak judi daring. Indikasi ini bukan pertama kalinya, beberapa kasus kematian sia-sia anggota Polri juga karena terjebak judi daring, kemudian terjerat pinjaman daring. Bambang turut menyinggung, adanya kasus-kasus lain seperti bunuh diri, bahkan anggota membunuh istri, turut menandakan adanya sisi yang mengkhawatirkan dari kualitas pribadi para personel. “Kasus-kasus bunuh diri yang terjadi indikasinya juga terkait itu,” katanya. Menurut Bambang, dari segi kesejahteraan personel Polri sudah memadai, namun gaya hidup bisa memengaruhi mentalitas dan psikologis anggota. Akibatnya, anggota bertindak liar dan mencari uang dari sumber-sumber tak jelas. “Ada yang sibuk, ada yang kurang kerjaan. Faktor lainnya, secara kelembagaan karena kontrol dan pengawasan yang lemah,” katanya. Berdasarkan catatan Bambang,, ada beberapa faktor penyebab personel Polri terjebak judi daring, yakni personel tidak disiplin dan lemah mental;organisasi yang tidak mampu memastikan etik dan disiplin anggotanya karena pengawasannya tidak efektif. Terkait pemberantasan judi daring, kata Bambang, tidak bergerak dari kasus-kasus receh, dan malah memakan korban dari personel kepolisian sendiri. Padahal kemampuan dan prasarana kepolisian dalam memberantas kejahatan siber ini sudah mumpuni. Selain kendala regulasi terkait dengan pola kejahatan siber yang stateless, kata dia, kemampuan dan integritas personel yang menjadi hambatan. "Termasuk tidak adanya sistem kontrol dan pengawasan yang tidak bisa memastikan pelaksanaan penegakan aturan itu berjalan dengan benar,” katanya. (Antara/Erwin)