PM Inggris yang Menekuk Semua Aturan Itu Akhirnya Mundur Karena Desakan!

PM Inggris yang Menekuk Semua Aturan Itu Akhirnya Mundur Karena Desakan!
Bagi Boris Johnson aturan dan konvensi politik normal tak berlaku baginya. Skandal demi skandal menerpa, namun ia terus saja selamat. Karier politiknya seakan tidak ada matinya. Perdana Menteri (PM) Inggris yang akhirnya mundur karena desakan ini memang bukan politisi biasa. Rambutnya pirang dan terlihat tak pernah rapi. Acak-acakan. Gayanya khas yang membuatnya bisa masuk ke kantong-kantong pemilih yang selama ini tak bisa dimasuki politisi lain. Johnson dua kali memenangi pemilihan wali kota London, area yang banyak didiami oleh pemilih Partai Buruh, sementara ia adalah wakil Partai Konservatif. Pada pemilu nasional 2019, Johnson dan Partai Konservatif menang besar, yang meneguhkan Johnson sebagai politisi "dengan sentuhan emas". Nama Johnson adalah jaminan "kemenangan politik" hingga kemudian pandemi Covid mendera. Bukan kebijakan pemerintah yang menjadi sorotan saat pandemi melanda, tetapi perilaku Johnson, yang pada akhirnya membuatnya harus menamatkan karier politik di posisi puncak. Saat seluruh penjuru negeri di-lockdown, ada pesta-pesta di kediaman resminya di Downing Street, London, yang memunculkan tuduhan serius bahwa ia tak layak menjadi pemimpin negara. Dan bukan sekali ini ia menghadapi tuduhan serius semacam ini. 'Raja dunia' Boris Johnson terlahir dengan nama Alexander Boris de Pfeffel Johnson. Saat kecil, ia sudah menarik perhatian teman-temannya dengan sesumbar bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi "raja dunia". Ia lahir di New York, Amerika Serikat, dari orang tua kelas atas Inggris. Ia punya lima saudara, kandung dan tiri. Masa kecilnya dihabiskan di kawasan Inggris barat daya, di rumah keluarga yang berada di kawasan Taman Nasional Exmoor. Pada 1970-an ia pindah ke Brussels, Belgia, mengikuti sang ayah, Stanley Johnson, yang menjadi pejabat Komisi Eropa. Ia sempat bersekolah di ibu kota Belgia ini. Pada 1973, orang tuanya bercerai. Ia kembali ke Inggris dan kemudian mendapatkan bea siswa ke salah satu sekolah swasta paling prestisius di Inggris, Eton. Karakter Johnson sebenarnya "sudah bisa dibaca" saat ia bersekolah di Eton. Kepala sekolah dan guru-gurunya menggambarkan Johnson sebagai sosok yang "bisa membawa perubahan, jenaka, tetapi juga gila". Ia juga "marah jika dikritik, padahal kritik itu untuk membuatnya lebih bertanggung jawab". Juga digambarkan "sosok yang menganggap aturan umum tak berlaku baginya". (Red) Sumber: BBC News