Sabtu, 20 April 24

Ramai-ramai Gembosi Ahok-Djarot

Ramai-ramai Gembosi Ahok-Djarot
* Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.

Sejak mencuat kasus penistaan agama, mulai terjadi aksi ramai-ramai menggembosi Ahok-Djarot.

Jakarta, Obsessionnews.com – Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Peribahasa ini bermakna seseorang yang hebat dalam sesuatu perkara tetap ada kelemahannya.

Peribahasa ini tampaknya pas menggambarkan sepak terjang Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Beberapa bulan lalu sebuah televisi nasional menggelar talk show yang menampilkan pengacara yang juga pakar tata negara Yusril Ihza Mahendra dan Ahok. Kedua tokoh itu saling memuji.  Ahok yang saat itu Gubernur DKI menyebut Yusril hebat, karena memenangkan banyak perkara di pengadilan. Yusril tidak mau kalah. Ia balas memuji Ahok sebagai orang sakti, karena selalu lolos dari jeratan hukum.

Yang dimaksud Yusril adalah Ahok tidak dijadikan tersangka dalam dugaan kasus korupsi pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI, yang yang diduga merugikan negara. Selain itu Ahok pun tidak menjadi tersangka dalam dugaan korupsi reklamasi Teluk Jakarta.

Ucapan Ahok yang menyinggung Al-Quran surat Al-Maidah ayat 51 membuat umat Islam tersinggung dan melaporkannya ke polisi.

Beberapa bulan setelah acara talk show tersebut, ‘kesaktian’ Ahok tampaknya meluntur. Ia tersandung kasus dugaan penistaan agama. Dalam sebuah acara di Kepulauan Seribu, Selasa, 27 September 2016, dalam kapasitasnya sebagai Gubernur DKI Ahok menyinggung Al-Quran surat Al-Maidah ayat 51. Ucapan mantan Bupati Belitung Timur itu membuat umat Islam tersinggung dan melaporkannya ke polisi. Ketika itu Ahok antara lain menyatakan, “… Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya, ya kan. Dibohongin pakai surat Al Maidah 51, macem-macem itu. Itu hak bapak ibu, jadi bapak ibu perasaan nggak bisa pilih nih karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya..”

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut perkataan Ahok dikategorikan menghina Al-Quran dan menghina ulama yang berkonsekuensi hukum.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dalam pernyataan sikap keagamaan yang ditandatangani Ketua Umum Ma’ruf Amin dan Sekretaris Jenderal Anwar Abbas pada Selasa (11/10), menyebut perkataan Ahok dikategorikan menghina Al-Quran dan menghina ulama yang berkonsekuensi hukum.

Sehari sebelumnya Ahok meminta maaf kepada umat Islam. “Saya sampaikan kepada semua umat Islam atau kepada yang merasa tersinggung, saya sampaikan mohon maaf. Tidak ada maksud saya melecehkan agama Islam atau apa,” kata Ahok di Balai Kota DKI, Senin (10/10).

Meski Ahok telah meminta maaf, umat Islam tetap menuntut ia harus diproses secara hukum. Ucapan Ahok di Kepulauan Seribu menimbulkan gelombang protes di berbagai daerah di Indonesia. Di Jakarta, misalnya, berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar unjuk rasa damai yang berlabel Aksi Bela Islam (ABI) di Balai Kota DKI dan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, Jumat (14/10). Mereka menuntut polisi menangkap Ahok dan membuinya. Namun, tuntutan tersebut seperti dianggap angin lalu.

Karena tidak ada tanda-tanda polisi untuk menciduk Ahok, GNPF MUI kembali menggelar demo lagi, yakni ABI II, di depan Istana Presiden, Jakarta, pada Jumat (4/11). Dipilihnya Istana Presiden sebagai objek demo yang terkenal dengan sebutan demo 411, karena massa menuding Presiden Joko Widodo (Jokowi) melindungi Ahok.

Peserta ABI II jauh lebih banyak daripada ABI I. ABI II  yang diikuti lebih dari 2,3 juta orang tersebut merupakan demo terbesar dalam sejarah Indonesia pasca reformasi 1998. Jumlah massa demo 411 itu di luar prediksi aparat keamanan.

Setelah demo besar-besaran itu barulah polisi terlecut menggarap kasus Ahok. Hasilnya, Bareskrim Polri menetapkan Ahok sebagai tersangka dalam kasus dugaan penistaan agama pada Rabu (16/11). Ahok juga dicekal ke luar negeri. Namun, anehnya, Ahok tidak ditahan.

Masih berkeliarannya Ahok itu membuat umat Islam semakin marah. Mereka menilai polisi diskriminatif, sebab dalam banyak kasus orang-orang yang menyandang status tersangka, terutama orang-orang Islam, langsung ditahan.

Polisi telah melimpahkan kasus Ahok ke Kejaksaan Agung (Kejagung).  Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Kejagung, Noor Rachmad, di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (30/11) mengatakan, perkara Ahok dinyatakan P21. P21 berarti administrasi penanganan perkara oleh jajaran Pidana Umum Kejaksaan menyatakan berkas perkara hasil penyidikan Badan Reserse Kriminal Polri telah memenuhi syarat untuk dibawa ke pengadilan secara formal dan material.

Ahok di Kejaksaan Agung, Kamis (1/12/2016). Foto: Edwin B/Obsessionnews.com)
Ahok di Kejaksaan Agung, Kamis (1/12/2016). Foto: Edwin B/Obsessionnews.com)

Selanjutnya Kejaksaan Agung memanggil Ahok pada Kamis (1/12). Umat Islam berharap Kejagung menahan Ahok. Tetapi, harapan tinggal harapan. Ahok ternyata tidak ditahan!

Hal itu membuat luka umat Islam semakin menganga. Oleh karena itu GNPF MUI kembali beraksi dalam ABI jilid III pada Jumat (2/12). Aksi super damai tersebut dikemas dalam bentuk zikir dan sholat Jumat di lapangan Monas dan jalan-jalan. Aksi 212 tersebut diikuti lebih dari 7 juta orang! Dalam aksi tersebut para pengunjuk rasa menuntut aparat penegak hukum secepatnya memenjarakan Ahok.

Aksi Bela Islam III di Jakarta yang diikuti lebih dari 7 juta orang, menuntut Ahok dipenjara, Jumat (2/12/2016). (Foto: Edwin B/Obsessionnews.com)
Aksi Bela Islam III di Jakarta yang diikuti lebih dari 7 juta orang, menuntut Ahok dipenjara, Jumat (2/12/2016). (Foto: Edwin B/Obsessionnews.com)

siap-jumatan-1

Ahok maju sebagai calon gubernur DKI pada Pilkada 2017. Mantan politisi Partai Gerindra ini berduet dengan politisi PDI-P yang juga Wakil Gubernur nonaktif DKI, Djarot Saiful Hidayat. Mereka diusung oleh PDI-P, Nasdem, Golkar, dan Hanura.

Meski menyandang status tersangka, Ahok tetap pede berkampanye dan blusukan ke berbagai tempat. Namun, kehadirannya di beberapa tempat ditolak oleh sejumlah warga.

Aksi Penggembosan Ahok-Djarot

Sejak mencuat kasus penistaan agama, mulai terjadi aksi ramai-ramai menggembosi Ahok-Djarot. Salah seorang artis yang langsung memutuskan berseberangan dengan Ahok adalah Zaskia Adya Mecca. Sebelumnya Zaskia aktif dalam gerakan penggalangan sejuta KTP untuk Ahok.

Ia membuat video tentang pernyataannya berseberangan dengan Ahok. Dan sekaligus video ini sebagai klarifikasi terkait beredarnya video berisi pernyataannya yang mendukung Ahok. Zaskia menuturkan, video yang sudah beredar lama itu tak relevan lagi dengan kondisi sekarang.

Zaskia Adya Mecca.
Zaskia Adya Mecca.

“Assalamualaikum. Video ini saya buat tidak bermaksud mendukung atau menyerang pihak manapun, tapi ini murni adalah klarifikasi saya atas video saya yang lagi banyak beredar tentang testimoni saya terhadap Bapak Ahok sebagai gubernur, satu tahun yang lalu. Jadi sangat tidak relevan apabila disandingkan dengan Bapak Ahok yang menyebut surat Al Maidah (ayat 51). Saya sebagai Muslim, saya percaya Islam adalah agama sempurna. Saya percaya akan kebenaran Alquran, hadist, dan juga sunnah. Jadi apabila ada orang yang menistakan agama saya, Alquran, hadist, dan juga sunnah, sudah pasti orang tersebut akan berseberangan dengan saya. Dan saya berharap, Indonesia dengan masyarakat beragam dan budaya ini, kita tetap bisa menjaga keutuhan kita, tidak mudah difitnah, dihasut, dan tak mudah dipecah-belah dan kita bisa menjadi masyarakat yang adil. Amieen,” kata Zaskia dalam video terbarunya.

https://www.youtube.com/watch?v=IvnCTke91y4

Aksi penggembosan juga dilakukan oleh kader-kader PDI-P. Sejumlah kader DPC PDI-P Jakarta Barat angkat kaki dari partai berlambang banteng bermoncong putih itu, dan mengalihkan dukungannya pada duet Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Mereka bergabung dengan Kawan Juang Boy (KJB) untuk memenangkan Anies-Sandi dalan Pilkada DKI 2017 mendatang pada Sabtu (3/12/2016).

Ketua tim pemenangan Anies-Sandi, Boy Sadikin, menuturkan sejumlah pengurus di wilayah lainnya akan menyusul.

“Ada, sudah ada. Tapi kan saya menunggu waktu, kalau kawan-kawan emang bener saya diundang, saya akan datang. Ya menghormati,” kata mantan Ketua DPD PDI-P DKI itu di Duri Kepa, Jakarta Barat, Sabtu (3/12/2016).

Elektabilitas Ahok-Djarot Terus Merosot

Semenjak Ahok tersandung dalam kasus Al Maidah 51 elektabilitas Ahok-Djarot terus merosot.

Semenjak Ahok tersandung dalam kasus Al Maidah 51 elektabilitas Ahok-Djarot terus merosot. Berdasarkan hasil survei yang dirilis lembaga survei Indikator Politik Indonesia, elektabilitas Ahok-Djarot hanya sebesar 26,2 persen atau di posisi kedua.

Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni berada di posisi teratas dengan 30,4 persen. Sedangkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno berada di posisi buncit dengan 24,5 persen.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan dukungan terhadap Ahok dalam lima bulan terakhir menurun drastis. “Turunnya mencapai 18,6 persen,” ujarnya di Cikini, Jakarta, Kamis (24/11)..

Indikator Politik melansir hasil survei yang bertajuk “Kinerja Petahana dan Efek SARA dalam Pilkada DKI Jakarta”. Survei itu digelar 15-22 November 2016 dan menggunakan metode wawancara terhadap 798 responden secara tatap muka. Hasil survei dengan tingkat kesalahan sekitar 3,6 persen itu didanai secara swadaya (kas internal).

Burhanuddin menjelaskan, merosotnya tingkat elektabilitas Ahok karena menurunnya tingkat kesukaan masyarakat terhadap dirinya itu. Dalam lima bulan, tingkat kesukaan responden terhadap Ahok menurun sekitar 20 persen. “Tingkat kesukaan terhadap Ahok paling rendah,” katanya.

Sebelumnya Jumat (18/11) Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei yang menyebutkan  dukungan untuk Ahok turun dari 24,6 persen menjadi 10,6 persen. Survei itu  dilakukan periode 31 Oktober-5 November 2016 dengan melibatkan 440 responden. (@arif_rhakim)

Baca Juga:

Prabowo: Lepas 10 Orang yang Dianggap Makar!

Yusril: Bu Rachmawati Tinggalkan Mako Brimob

Yusril: Rachmawati dan Ratna Sarumpet Ditahan Tanpa Diperiksa

Jaringan ’98: Tangkap Ahok, Stop Tuduh Makar Para Tokoh Bangsa!

Jokowi Jangan Lindungi Ahok!

Parmusi: Terkecoh Skenario Kejakgung, Aksi 212 Kehilangan Momentum

 

 

 

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.