Kamis, 18 April 24

Raih Banyak Dukungan, GISS Akan Rangkul Gerakan Shalat Subuh Lainnya

Jakarta, Obsessionnews.com – Sejak digulirkan pada 4 Agustus 2017 lalu, Gerakan Indonesia Shalat Subuh (GISS) terus menuai simpati dan dukungan. Ke depan, menurut Ketua Umum GISS, Muhammad Al Khaththath, organisasi yang dibentuk di Masjid Az-Zikra sebagai hasil musyawarah aktivis Islam Jabotabek ini akan merangkul seluruh gerakan Shalat Subuh.

“Kami dalam hal ini GISS mengajak seluruh gerakan subuh berjamaah, subuh gabungan, subuh keliling, baik dalam bentuk bergabung sebagai anggota GISS atau berkoordinasi sebagai mitra kerja GISS. Termasuk dalam hal ini adalah ikhwan-ikhwan yang tergabung dalam GNSS (Gerakan Nasional Sholat Subuh) yang sudah berjalan di lapangan,” ungkap Al Khaththath, dalam keterangan tertulis yang diterima Obsessionnews.com, Rabu (9/8/2017).

Terbentuknya GISS, tambah Al Khaththath, bertujuan untuk mewujudkan gerakan sholat subuh berjamaah di seluruh masjid dan musholla di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu juga untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan umat, meningkatkan ukhuwah Islamiyah sesama jamaah masjid, dan menjadikan masjid sebagai pusat peradaban.

Sejumlah ulama nasional pun telah diminta untuk turut berpartisipasi dalam kepengurusan GISS sebagai penasihat. Di antara mereka adalah Habib Rizieq Syihab, KH Abdul Rasyid AS, KH Ahmad Chalil Ridwan, KH Syuhada Bahri, KH Didin Hafidhuddin, KH Maulana Kamal Yusuf, KH Mahfudz Asirun, KH Muhammad Husni Thamrin Padmawjaya, KH Abah Roud Bahar, KH Arifin Ilham, KH Ahmad Sobri Lubis, dan Mayjen Drs. H. Tb. Ampi Tanujiwa SH, Msc, MBA.

Sementara di jajaran Pengurus Pusat, KH Muhammad Al Khaththath menjadi Ketua Umum GISS didampingi Ustadz H Sambo sebagai wakil ketua dan Drs H Usamah Hisyam sebagai sekretaris. Selain itu, para sejumlah aktivis juga tergabung dalam GISS, di antaranya H Subarkah, Ustadz H Bernard Abdul Jabbar, Ustadz H Buchori Muslim, dan Ustadz H. Hasri Harahap.

Al Khaththath berharap GISS menjadi identitas pergerakan Islam keindonesiaan. Sasaran utamanya adalah warga muslim muda dan remaja serta umumnya orang tua yang belum tergerak melaksanakan Shalat Subuh di masjid.

“GISS diharapkan menjadi simbol pergerakan Islam yang bisa diterima, baik di kalangan muslim muda tradisional maupun modernis yang menjadi sasaran dakwah,” tuturnya.

Fenomena Shalat Subuh berjamaah, imbuh Al Khaththath, sejatinya telah dilaksanakan sebagian besar masjid. Kendati demikian, pelaksanaannya masih banyak yang belum maksimal. Persoalannya antara lain karena kurang aktifnya Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). Mereka cenderung menunggu kedatangan jamaah hanya dengan adzan.

“Oleh karenanya Shalat Subuh di masjid harus dijadikan suatu gerakan massif di seluruh Indonesia dengan DKM sebagai ujung tombak yang bergerak mengajak warga,” tandas Al Khaththath. (Fath)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.