Rabu, 24 April 24

Berbisnis dengan Hati Ala Prita Kemal Gani

Berbisnis dengan Hati Ala Prita Kemal Gani
* Pendiri London School of Public Relations, Prita Kemal Gani.

Obsessionnews – Cita-cita Prita Kemal Gani sejak kecil, sebenarnya adalah menjadi seorang guru. Tak sekadar menjadi pendidik, Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, tertantang untuk memiliki sekolah khusus komunikasi. Kecintaannya terhadap bidang kehumasan telah memotivasi dirinya untuk memajukan dunia ini lewat pendidikan.

Pada 1 Juli 1992 dia kemudian mendirikan London School of Public Relations (LPSR). Prita tidak menyangka LSPR yang awalnya adalah hanya tempat kursus bagi para praktisi PR di ruangan 12 meter persegi yang disewa di World Trade Centre, Jakarta, berkembang menjadi begitu pesat. Peserta yang ikut ternyata tidak sedikit, sehingga dia secara perlahan memperluas area tempat belajar ini. Bahkan, Prita sampai membuka hingga program pascasarjana dan pada 1999 namanya diubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi LSPR.

Perjalanan membangun sebuah sekolah tinggi bagi lulusan London City College of Management Studies, Inggris, dan International Academy of Management and Economics, Manila, ini bukannya tanpa halangan. “Misalnya, pada saat kejadian kerusuhan Jakarta pada 1998, banyak calon siswa yang mendaftar, namun sayangnya sebagian besar pengajar dari luar negeri terpaksa harus meninggalkan sekolah miliknya.

“Banyak ekspatriat yang harus kembali ke negeri asalnya. Namun, masalah tersebut berhasil dilewatinya, karena kami telah banyak menimba ilmu dari para ekspatriat yang sempat mengajar di LPSR. Dengan banyak ikhtiar, saya sangat yakin segala macam halangan yang menghadang sebenarnya bisa terlewati,” ujarnya.

Prita - 1

Selain itu, kunci rahasia keberhasilannya adalah disiplin diri dalam segala aspek kehidupan. Jika banyak orang berpikir menjadi pengusaha terlihat menyenangkan, karena memiliki kebebasan untuk menentukan kegiatannya, tidak demikian bagi Prita.

Dia justru menilai seseorang pengusaha akan sukses, saat dia bisa membuat aturan untuk dirinya sendiri dan memiliki disiplin tinggi dalam menjalaninya. Kerja kerasnya selama hampir 24 tahun tidaklah sia-sia, LPSR berhasil menjadi salah satu sekolah kehumasan terpercaya di Tanah Air.

Prita juga sempat terpilih sebagai sebagai Ernst & Young (EY) Entrepreneurial Winning WomenTM (EWW) Asia-Pacific 2015. Dia menjadi satu-satunya EWW dari Indonesia yang mendapatkan pembinaan dari EY selama tahun 2015 bersama tiga belas perempuan terpilih lainnya dari Asia Pasifik.

“Dalam konferensi tersebut, para peserta mendapatkan berbagai materi untuk pengembangan bisnis dari para pemimpin perusahaan besar dan sukses di Asia Pasifik. Itulah sebabnya, saya semakin mantap ingin melebarkan sayap bisnis. Tak hanya membuka cabang di berbagai kota besar di Indonesia, tapi juga akan membawa LSPR ke jenjang go International,” lanjutnya.

Mengenai komentarnya menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dia berpendapat kompetensi dasar praktisi public relations di Tanah Air sebenarnya sudah cukup siap.

“Kita menguasai keterampilan menulis, bercerita, dan menyampaikan pesan secara efektif. Namun, kelemahannya adalah dari segi bahasa. Apalagi, negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina, mereka lebih baik bahasa Inggrisnya, karena dari kecil sudah terbiasa berbicara maupun menulis dalam bahasa Inggris dan penguasaan vocabulary lebih mumpuni. Namun, dari segi teknik atau strategi kita sebenarnya tidak kalah dengan PR negara tetangga,” komentar perempuan berdarah Padang dan Solo ini.

Menurutnya bisnis perguruan tinggi dengan jurusan ilmu komunikasi sampai saat ini masih potensial berkembang pesat dan para lulusannya bisa terserap, karena semua industri membutuhkan profesi komunikasi. Sekarang eranya komunikasi. Semua industri membutuhkan, baik itu di mining, food, services, manufacturing, hospitality, news and media industry.

Prita sadar betul jika investasi terbaik untuk sebuah perguruan tinggi adalah pada tenaga pengajar dan kurikulum pengajaran. Baru kemudian masuk ke fasilitas perkuliahan, seperti gedung, peralatan teknologi & informasi. Untuk itu, di LSPR, staf pengajar rutin disekolahkan dan mengikuti seminar keluar negeri. Dengan demikian, pengetahuan dan pengalaman mengajar mereka semakin lengkap. Dalam hal penerimaan mahasiswa baru, LSPR juga tak mau main-main.

“Tesnya tidak mudah, selain bahasa Inggris juga ada ada tes urin, agar mahasiswa kami bebas narkoba. Kami ingin brand LSPR terjaga dengan mengelolanya seperti butik,” lanjut perempuan kelahiran 23 November 1961 ini.

Prita juga telah berhasil membawa organisasi Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) lebih maju selama periode 2011 – 2014, saat dia menjabat sebagai ketua umum. Kini focus tambahannya adalah membesarkan ASEAN Public Relations Network (APRN), organisasi profesi PR tertinggi yang didirikannya bersama para tokoh PR dari negara-negara ASEAN pada Juni 2014 lalu. Di tengah kesibukannya beraktivitas, keluarga tetaplah segalanya bagi Prita.

Setiap pagi dia bangun untuk memberi perhatian penuh kepada suami dan anak-anaknya. Terutama putri bungsunya Rasyha Dinar Kemal Gani yang termasuk anak special needs menderita autis sejak kecil. Dia bahkan kerap membawa Rasyha ikut dalam berbagai kegiatan pekerjaannya. Dengan prinsip disiplin dan berbagi waktu sebaik-baiknya, Prita tak ingin hanya ingin meraih kesuksesan dalam berbisnis, tetapi juga keharmonisan dalam berumah tangga. (Naskah: Elly Simanjuntak/WO).

Tulisan ini pernah dimuat Majalah Women’s Obsession edisi Mei 2016.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.