Rabu, 24 April 24

Produser & Sutradara Teater, Atilah Soeryadjaya

Produser & Sutradara Teater, Atilah Soeryadjaya
* Produser & Sutradara Teater, Atilah Soeryadjaya

Darah seni mengalir dalam dirinya. kecintaan pada budaya tradisional menginspirasinya untuk menulis dan memproduksi seni pertunjukan yang dikenal dunia.

Atilah Soeryadjaya, cucu dari Raja Mangkunegara VII ini dibesarkan di istana dan tumbuh dikelilingi oleh kesenian Jawa yang kaya budaya maupun tradisi. Nama Atilah dikenal karena produksi tari kolosal karyanya bertajuk Matah Ati pada tahun 2010. Sajian tari klasik dalam gaya tari Mangkunegaran menggunakan tembang-tembang Jawa sebagai ekspresi pertunjukan. Menampilkan ratusan penari dengan kostum tradisional rumit, musik dinamis, tata panggung, dan cahaya menyaingi broadway.

Tahun 2010, Atilah menyuguhkan lakon sendratari Jawa Matah Ati di gedung pertunjukan paling bergengsi di Singapura, Esplanade. Pementasan tersebut meraup kesuksesan dan selalu dipadati penonton warga Singapura maupun perhatian media setempat. Atilah yang pernah mengambil pendidikan musik dan tari kontemporer di Dortmund, Jerman ini berbangga hati.

Tak hanya karena budaya Indonesia terbukti dihargai di negeri asing, tetapi juga dia sendiri yang menulis naskah, memproduseri, menyutradarai, hingga merancang kostum pementasan tersebut. Keberhasilan Matah Ati di Esplanade menarik Federasi Promosi Asian Cultural (FACP), sebuah lembaga yang mempromosikan budaya negara-negara Asia-Pasifik. Indonesia diterima sebagai anggota FACP kembali, bahkan terpilih menjadi tuan rumah Konferensi FACP 2012 di Solo.

Karena, selama 25 tahun tidak banyak kegiatan budaya yang diselenggarakan di Tanah Air, negara yang sebenarnya sangat kaya akan keragaman budaya. Tahun 2013, sendratari kolosal ini dipentaskan di Monumen Nasional, untuk merayakan ulang tahun Jakarta. Lakon Ariah melanjutkan kisah sukses Matah Ati. Bertutur tentang legendaris prajurit wanita Betawi melawan penjajah dan memimpin pemberontakan kekerasan melawan penjajah, ketika Jakarta dulu masih disebut dengan Batavia.

Tahun 2017, rombongan Matah Ati pimpinan Atilah pun bertolak ke London untuk memenuhi undangan Pemerintah Inggris dalam acara Malam Indonesia Regal Heritage di Victoria & Albert Museum. Dalam acara tersebut, Matah Ati tampil dan dikemas secara modern dengan teknologi kekinian. Menyaksikan generasi muda Indonesia yang begitu bangga, mencintai, dan memahami budaya lokal, memang menjadi mimpi ibu enam anak ini. Melalui kesempatan itulah, Atilah berharap bisa lebih mengenalkan kebudayaan Indonesia di mata dunia.

“Tentu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri untuk saya dan yang lainnya. Momentum kita memamerkan heritage bagi khalayak ramai di sana,” tuturnya dengan penuh haru. (Naskah: Angie Diyya, Foto: Istimewa)

Artikel ini dalam versi cetak dimuat di Majalah Women’s Obsession edisi Agustus 2017.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.