Selasa, 30 Mei 23

Presiden Baru, Tantangan Ekonomi Baru

Presiden Baru, Tantangan Ekonomi Baru

Jakarta – Pasangan Jokowi-JK, baru saja ditetapkan oleh KPU sebagai pemenang Pilpres 2014. Yang nantinya mulai bekerja, 20 Oktober mendatang. Banyak tantangan di bidang ekonomi, antara lain pengangguran, tingginya inflasi dan buruknya infrastruktur.

Pasar uang dan saham, langsung menyambut positif begitu pasangan yang diusung oleh Koalisi PDI Perjuangan ini unggul atas Prabowo-Hatta. Namun pasar masih menunggu susunan tim ekonomi kabinet yang bakal segera disusun oleh Jokowi.

Lewat wawancara dengan Bloomberg, Jokowi berjanji akan menggenjot ekonomi kita agar bisa tumbuh di atas 7%. Mantan Walikota Solo ini, optimis lantaran kita pernah menjadi macan Asia sebelum krisis keuangan terjadi tahun 1990 silam.

Sektor-sektor yang akan diutamakan dalam masa pemerintahannya antara lain mengatasi kekurangan di bidang infrastruktur, manufaktur, dan yang tidak kalah penting adalah investasi SDM untuk menunjang seluruh kegiatan ekonomi dan bisnis di Indonesia.

Seperti kita ketahui bahwa kendala terbesar Indonesia terutama bagi para investor adalah keterbatasan infrastrukturbaik berupa akses jalan utama, ketersediaan listrik maupun air besih terutama untuk wilayah di Indonesia bagian Timur.

Hal ini mungkin sudah menjadi cerita lama bagi Indonesia bahwa pembangunan yang terjadi di Indonesia serta tentu pendapatan yang tersebar di masyarakat memang tidak merata.

Dengan melihat inflasi Indonesia yang saat ini berada di kisaran 7%, Joko Widodo yakin bahwa peran Indonesia di dunia internasional akan semakin besar.

Selain itu menurut Joko Widodo, ekonomi Indonesia yang sudah tumbuh lebih dari 7 persen menjadi modal yang cukup kuat bagi Indonesia untuk memainkan perannya di dunia internasional, demikian juga halnya dengan peran Indonesia di Masyarakat Ekonomi Asean pada 2015 mendatang

Masalah kemiskinan, adalah PR utama yang harus diselesaikan oleh pemerintahan baru. Menurut data Bank Dunia, 40 persen populasi di Indonesia hidup dalam kondisi miskin atau hampir miskin.

Masyarakat miskin juga rentan terhadap gejolak ekonomi global. Oleh sebab itu, penerapan manajemen risiko yang terkait erat dengan aktivitas pembangunan nasional menjadi penting dan prioritas diterapkan di Indonesia.

Masih menurut Bank Dunia, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Mulai dari sumber daya alam dan lainnya. Potensi ini perlu dilindungi dari ancaman risiko. Salah satunya dengan cara reformasi struktural. Pemerintah perlu mendapat apresiasi lantaran telah mereformasi beberapa sektor.

Tantangan lainnya adalah pro kontra pencabutan subsidi BBM. Jokowi pasti akan menentang habis rencana tersebut. Namun beda dengan wakilnya Jusuf Kalla, yang pro kebijakan tersebut. Terbukti, saat menjabat sebagai wapres, usulan tersebut berasal dari dirinya.

Bank Dunia melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 diproyeksikan sekitar 5,2 persen, lebih rendah dibandingkan perkiraan pada Maret 2014, yakni 5,3 persen. Melemahnya harga komoditas dan pertumbuhan  kredit merupakan  kunci yang dapat membatasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto dalam waktu dekat.

Bank Dunia mengingatkan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang bisa memperbaiki kualitas belanja di APBN 2014. Salah satunya adalah mengurangi subsidi BBM.

“Akan sulit membatasi defisit sehingga hanya 2,4 persen dari PDB, seperti yang diproyeksikan dalam APBN-P 2014, terutama jika harga minyak terus meningkat. Langkah-langkah yang dapat memperbaiki kualitas belanja, melalui pengurangan subsidi BBM dan mencegah penurunan lebih lanjut dalam pendapatan pajak dan non-pajak, akan dapat mengurangi tekanan defisit,” kata Ekonom utama Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop, Selasa (22/07).

Ini bukan kali pertama Bank Dunia mengingatkan pemerintah soal subsidi BBM. Maret lalu, Bank Dunia meminta pemerintah melakukan reformasi kebijakan yaitu menyesuaikan harga BBM untuk mengurangi beban belanja subsidi energi yang diperkirakan meningkat dari alokasi dalam APBN 2015.

Semoga saja, harapan baru kepada pemerintah baru, bisa membuat gebrakan baru di bidang ekonomi. Sehingga, semua bisa merasakan “kue” pembangunan. Dunia usaha bisa mudah berusaha, pekerja sejahtera, dan angkatan kerja bisa terserap lapangan kerja. Harga sembako bisa dikendalikan, dan lain sebagainya. Semoga saja.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.