Sabtu, 20 April 24

Ki Ageng Suryomentaram ‘Pahlawan’ yang belum Dikenal

Ki Ageng Suryomentaram ‘Pahlawan’ yang belum Dikenal

Jakarta – Kurangnya perhatian terhadap kearifan lokal mengakibatkan generasi mudah melupakan dedikasi para leluhur yang sempat ditorehkan tokoh pendahulu bangsa ini. Tak ada salahnya generasi muda mengangkat dan membesarkan filsuf atau pemikir bangsa.

Paling tidak memulainya mengangkat filsuf Indonesia supaya lebih banyak lagi orang melihat kearifan lokal. Banyak sekali pemikir dari Sunda, Bugis, Jawa, namun belum dikenal. Padahal, Ki Ageng Suryomentaram adalah pejuang, tidak lain bersama ki Hajar Dewantoro.

Demikian dipaparkan Sri Teddy Rusdy, Penulis buku “Epistemologi Ki Ageng Suryomentaram” kepada Obsession News di sela-sela Diskusi buku tersebut di kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Senin (3/11/2014).

Sri mengaku, selama kurang lebih 15 belas tahun ide tersebut terpikirkan, kemudian dituangkan dalam sebuah buku. Kurangnya referensi dan tidak banyak orang memberikan perhatian merupakan kendala penulis.

“Saya menggangap sosok Ki Ageng ini seorang Pancasilais, nasionalis, buktinya ia berjuang dan mendirikan tentara pelajar, menaruh perhatian pada pendidikan seperti Ki Hajar Dewantoro sebelumnya,” terangnya.

Mantan pemimpin umum Majala GATRA ini menilai sosok Ki Ageng Suryomentaram masih banyak sekali yang tidak memberikan perhatian meskipun ada pelajaran di kampus baik itu di Semarang, Salatiga, Jogja, dan Jakarta. “Ia banyak sekali yang biasa disebut dengan angkringan tapi mereka seperti tidak mau atau mengetengahkan pemikiran yang bisa dicanangkan oleh banyak orang,” ujar Sri.

Untuk mengembangkan ajaran ini  agar dikenal oleh orang banyak khususnya generasi muda di Jawa, Sri bertekad untuk melakukan sosialisasi setelah dari UI sekarang ini, akan ke UGM, Unair, Universitas Brawijaya, dan lainnya. “Saya juga membuat komunitas Rahwana Putih yang dimana itu salah satu judul buku saya juga. Di sana saya memberikan wejangan-wejangan Ki Ageng karena dedikasi saya tinggi untuk kearifan lokal,” jelasnya.

“Ki Ageng kan nggak dikenal, padahal sebelum orang rame-rame berbicara soal Pancasila, beliau sudah memberi roh Pancasila sudah mengadakan revolusi jiwa atau pembenahan rasa,” tambahnya.

Sementara itu, Peneliti Lembaga Kajian Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (LKI FIPB UI) Turita Indah Setiani menegaskan, pihaknya meluncurkan buku berjudul “Epistemologi Ki Ageng Suryomentaram” karena dianggap layak. “Sebetulnya banyak pemikiran-pemikiran tersebut tetapi belum diangkat dan masih menggunakan teori-teori dari luar,” ungkapnya.

“Saya pikir buku baru diterbitkan karena selama ini belum ada pengakuan iya atau tidak, pas kemarin-kemarin ngobrol kenapa tidak ini kalau diangkat saya pikir ini momentumnya. Kalau ini tidak dilakukan maka sudah mulai banyak yang melirik tentang pemikir-pemikir kita untuk ditulis orang lain, seperti galigo itu kan yang tulis dari luar dan hampir seluruh sejarah daerah di Indonesia ditulis oleh orang luar. Saya pikir masih banyak sekali yang perlu diangkat kalau sudah ada kenapa disimpan, apalagi idenya sudah lima belas tahun kita harus beranikan diri,” paparnya.

Menurut Turita, fokus utama perhatian kehidupan dan pemikiran Ki Ageng Suryomentaram adalah mencapai pengetahuan tentang diri sendiri, atau pemahaman diri (pangawikan pribadi) yang mampu membimbing manusia untuk menjalani kehidupannya secara tepat, yang membawa kebahagiaan dan ketentraman baginya.

Pemikiran Epistemologi Ki Ageng Suryomentaram bukan bertujuan untuk mencapai pengetahuan demi pengetahuan iti sendiri. Pengetahuan yang dicari oleh Ki Ageng Suryomentaram adalah pengetahuan yang merupakan bagian integral dari upaya untuk tujuan yang lebih komprehensif, yakni penemuan diri yang bila dihayati dengan tepat akan membawa kebahagiaan. (Asma)

 

Related posts