Jumat, 19 April 24

Pimpinan LP Terlibat Narkoba Kok Gak Dihukum Mati?

Pimpinan LP Terlibat Narkoba Kok Gak Dihukum Mati?
* Ratna Sarumpaet

Jakarta, Obsessionnews – Delapan orang dari sembilan terpidana mati narkoba telah dieksekusi mati oleh regu tembak di Nusakambangan. Satu orang yang tidak jadi dieksekusi pada Rabu (28/4) pukul 00.20 WIB itu adalah Mary Jane Veloso, buruh migran asal asal Filipina karena menjelang ekseskusi ternyata ada seseorang yang mengaku pemilik narkoba yang dibawanya.

Nampaknya, Mary Jane merupakan warga asal Filipina korban dari agen yang merekrut buruh migran ini. Kabarnya, Mary Janen sebagai pembantu rumah di Indonesia adalah orang miskin yang mencari pekerjaan dan tidak tahu apa yang akan dikerjakan. Posisi ini diduga menjadi penyebab kasus yang menimpanya sebagai korban perdagangan manusia.

Oleh karena itu, Aktivis Ratna Sarumpaet menyerukan agar Mary Jane tidak dieksekusi mati. Ia pun menilai proses hukum di Indonesia tajam di bawah tumpul di atas. Begitu pun serupa nasib Mary Jane hanya terjebak dalam sindikasi penyebaran narkoba sehingga tidak bisa disamakan dengan pelaku atau gembong narkoba lainnya.

“Memang saya tidak terjebak pada mau menolak atau menerima hukuman mati, tapi saya ingin mengingatkan kita semua bahwa proses hukuman mati yang sekarang ini perlu kita betul-betul perhatikan, betul-betul kita hati-hati jangan kita dosa. Mary Jane itu tidak sama persis nasibnya dengan TKI kita, tapi ketidakberdayaannya dia adalah sama dengan ketidakberdayaan membela diri TKI kita yang ada, TKW-TKW yang sekarang terancam hukuman mati di Negara lain,” tutur Ratna Sarumpaet menjelang eksekusi mati.

Ia juga menyoroti keganjalan hukum yang telah dipertontonkan oleh para penegak hukum, yang tidak berpihak pada kebenaran atau kaum lemah. “Jadi, saya hanya mau mengingatkan jangan kita terlalu gagah, melihat persoalan ini. Saya melihat sama beberapa minggu yang lalu Budi Gunawan (BG) menjadi Wakil Kapolri, Aku melihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) runtuh, Aku melihat beberapa yang lalu Ibu Asyani dituduh mencuri tujuh batang kayu diklaim merugikan negara tujuh juta, lalu disuruh ganti rugi 500 juta,” bebernya.

“Yang saya mau ingatkan jangan kita merasa sudah benar, jangan kita merasa penegakan hukum kita sudah benar, di tengah proses penegakan hukum kita yang carut marut begini jangan pula sekali-kali terlalu gagah berbicara tentang hukuman mati,” tegas Sarumpaet.

Ketua Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) juga ini menilai, Mary Jane belum pantas dihukum mati, harus ada pendalaman kasus, sehingga tidak ada alasan kongkrit pemerintah untuk mengesekusi mati Mary Jane dalam waktu yang cepat. “Lalu saya mau nanya, kenapa harus dihukum mati sekarang? Emang ada apa memaksa sekarang? Kalau mau dihukum mati, kenapa tidak dikasih kesempatan dia membela diri,” ujarnya mempertanyakan.

Ratna yang juga seorang ibu mengalami kesedihan yang sama dengan para keluarga yang ditinggalkan korban. Ia juga merasa terganggu ketika hukuman mati itu dilakukan pada orang lemah yang notabene hanya sebagai korban. “Pimpinan Lembaga Pemasyarakatan (LP) yang telah mengedarkan narkoba, apa sudah dihukum mati atau belum?” tanyanya geram.

“Saya terganggu, ketika semua merasa sudah beres, anak saya korban, sampai hari ini, itu mimpi buruk saya, karena saya punya cucu,“ rintih Sarumpaet.

“Jadi, jangan merasa kalian bangga, tapi saya bertanya-tanya setelah hukuman mati kemarin terus kemarin di lapas ketemu orang yang masih mengedarkan, saya mau nanya itu pimpinan lapas uda dihukum mati atau belum?” paparnya.

Ratna menilai dengan hukuman mati saja tidak menyelesaikan masalah, sebab kejahatan narkoba bisa menimpa siapa saja. “Persoalan itu jangan membuat terkesimak, nanti kita takutnya rakyat salah menangkap percakapan kita, lalu mereka mengira setelah ini hukuman mati diselesaikan maka selesai lah masalah, No,” bantahnya.

“Saya mengenang, bertahun-tahun saya mengurus anak saya, Alhamdulillah dia sudah baik sekarang, tapi itu membekas jadi kalau apa yang terjadi pada anak saya juga terjadi pada anak siapa saja, apa yang terjadi Mary Jane dengan fersi yang berbeda bisa terjadi pada siapa saja,” tandasnya.

Aktivis Perempuan ini mengajak seluruhan warga Negara Indonesia untuk selektif dan jujur dalam menetapkan hukum, karena dunia juga tahu bahwa penegakan hukum di Indonesia tidak becus. Baginya hukum di Indonesia menyeramkan.

“Emang dunia nggak lihat, penegakan hukum kita nga bagus, dengan media informasi yang begini terbuka, dunia sudah tahu penegakan hukum kita tidak becus. Jadi, mari kita lebih jujur pada diri kita supaya kita bisa kalahkan setan ini. Buat aku, itu menyeramkan banget!” seru Sarumpaet.

Detik-detik terakhir eksekusi mati Ranta meminta pada Presiden ketika akan melakukan garasi agar melibatkan semua pihak yang berkaitan seperti BNN dan sebagainya untuk melakukan evaluasi. “Saya meminta mudah-mudahan pak Jokowi dengar ini, saya minta dia berdoa, saya minta dia bicara dan bertanya pada nuraninya sendiri, apakah dia yakin dengan ini yang harus dilakukan setidaknya untuk Mery Jane sampai last minute masih diminta,” imbaunya. (Asma)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.