Jumat, 29 Maret 24

Breaking News
  • No items

Petani Terhindar dari Gagal Panen Akibat Wereng dan Kekeringan

Menanam Inpago UNSOED 1 di musim tanam ini, petani Desa Kedungsri Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo terhindar dari gagal panen akibat wereng dan kekeringan. Berbeda dengan padi-padi lainnya yang rusak dan tidak mampu berproduksi optimal, padi Inpago Unsoed 1 hasil karya peneliti Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Prof.Dr.Ir.Suwarto,M.S. dan Prof.Ir.Totok Agung Dwi Haryanto,M.P.,Ph.D. yang ditanam dalam rangka produksi benih bersertifikat tetap menghasilkan dengan produksi dan kualitas yang masih memenuhi syarat sebagai calon benih.

Hal ini disebabkan oleh kemampuannya untuk pulih dari serangan wereng dan ketahanannya terhadap kekeringan. Fakta tersebut terungkap pada pelaksanaan Panen Benih Padi Bersertifikat dan Sarasehan Pengembangan Inpago Unsoed 1 yang diselenggarakan pada hari Selasa, 8 Agustus 2017 oleh Kelompok Tani Maju Dadi di Desa Kedungsri Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Acara dihadiri oleh Dekan Fakultas Pertanian UNSOED, Dr.Ir.Anisur Rosyad, M.S., Plt. Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo, Suskusnanto, S.P. beserta jajarannya, Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D. selaku pemulia varietas unggul padi Inpago Unsoed 1 dan Ketua Unit Pengelola Benih Sumber Padi Gogo Aromatik IbIKK UNSOED beserta tim,

Ketua Umum Keluarga Alumni UNSOED (KAUNSOED) Ir.Haiban Hadjid, Ketua Umum Keluarga Alumni fakultas Pertanian (KAFAPERTA) UNSOED, Kepala Desa Kedungsri, Ketua dan anggota Kelompok Tani Maju Dadi. Hadir pula inisiator pengembangan padi gogo aromatik di Purworejo, Ketua P4S Sido Rejo, Waluyo dan mitra industri produsen benih Inpago Unsoed 1, PB. Great Quality Seed, Muh.Munawar,S.P.,M.P. Acara diawali dengan panen bersama dan menyaksikan pemanenan dengan mekanisasi menggunakan combine harvester. Dilanjutkan dengan sarasehan mengenai pengembangan Inpago Unsoed 1 di Purworejo.

Kedelai Superbodi

Dekan Fakultas Pertanian Unsoed, Dr.Ir.Anisur Rosyad,M.S. dalam sambutannya menyampaikan bahwa Unsoed mengemban misi utama mendidik masyarakat, melakukan penelitian dan menghasilkan teknologi yang dibutuhkan masyarakat, serta pengabdian kepada masyarakat. Inpago Unsoed 1 merupakan salah satu inovasi teknologi yang dihasilkan dari penelitian di UNSOED yang ditujukan untuk membantu masyarakat khususnya petani yang lahannya mengalami keterbatasan air.

Permintaan terhadap benih bersertifikat Inpago Unsoed 1 sangat tinggi, sehingga adanya kelompok-kelompok tani dan pemerintah kabupaten yang mengembangkan produksi benih bersertifikat Inpago Unsoed 1 tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Purworejo, tetapi juga akan dapat membantu ketersediaan benih bagi wilayah-wilayah Indonesia yang mengalami kendala terbatasnya air.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo, Suskusnanto,S.P. menyebutkan bahwa Inpago Unsoed 1 dapat menjembatani kesulitan petani di Purworejo, khususnya untuk daerah-daerah yang kekurangan air. Sesuai program nasional khususnya padi, yang menjadi perhatian pemerintah saat ini.

Lebih lanjut Prof. Totok Agung Dwi haryanto menyampaikan bahwa petani harus terus naik kelas. Bersama dengan dinas produktivitas padi dapat ditingkatkan tanpa menanam lagi tetapi panen dua kali dengan sistem salibu. Bisa ditingkatkan lagi IP-nya dengan teknologi superbodi.

Pengembangan produksi benih di Kabupaten Purworejo pertama kali diinisiasi oleh P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) Sidorejo Kabupaten Purworejo. Tahun 2016 beberapa kelompok tani mulai menanam Inpago Unsoed 1. Produksinya pada musim tanam 1 tahun 2017 mencapai 9,6 ton per Ha.

Jagung Superbodi

Pada musim tanam ini, meski daerah tersebut terserang wereng, kondisi tanaman dan hasil Inpago Unsoed 1 masih berada di atas rata-rata dibandingkan dengan varietas lain yang ditanam. Hal ini karena kesigapan kelompok tani dan kemampuan Inpago Unsoed 1 untuk pulih dari serangan sehingga tetap dapat berproduksi dengan baik dan masih memenuhi kelayakan sebagai calon benih.

Muh.Munawar,SP,MP. produsen benih yang bermitra dengan kelompok tani Maju Dadi menyampaikan bahwa dengan menanam Inpago Unsoed ini petani diuntungkan. Jikapun harga gabahnya sama dengan varietas lainnya, maka petani tetap lebih untung karena produksinya lebih tinggi selisih sekitar 2 ton per hektarnya dibanding varietas lain yang ditanam di wilayah setempat.

Selama ini dengan kerja sama yang telah terjalin, petani mendapatkan harga gabah lebih tinggi dibanding haraga pasar setempat. Demikian pula dengan prospeknya untuk menghasilkan beras premium, saat ini Kabupaten Purworejo menjadi rujukan sebagai sentra beras Inpago Unsoed 1 yang pulen, enak dan beraroma wangi selain menjadi salah satu sentra produksi benih bersertifikat varietas tersebut.

Selanjutnya, Dyah Susanti,S.P.,M.P. selaku salah satu Tim Peneliti Kerjasama Penelitian, Pengkajiian, dan Pengembangan Pertanian Strategis (KP4S) Universitas Jenderal Soedirman(Unsoed) Purwokerto Jawa Tengah mengatakan bahwa pengembangan inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Fakultas Pertanian UNSOED dengan sinergi dengan alumni (KAFAPERTA dan KAUNSOED), pemerintah kabupaten dan mitra industri akan mampu meningkatkan dan memperluas kemanfaatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) untuk pertanian Indonesia.

Prof.Ir.Totok Agung,DH.MP.PhD. panen benih Inpago Unsoed menggunakan Combine Harvester

Combine Harvester
Ini merupakan mesin pemanen. Mesin ini, seperti namanya, merupakan kombinasi dari tiga operasi yang berbeda, yaitu menuai, merontokkan, dan menampi, dijadikan satu rangkaian operasi. Secara umum fungsi operasional dasar combine harvester adalah sebagai berikut :

a. Memotong tanaman yang masih berdiri,
b. Menyalurkan tanaman yang terpotong ke selinder,
c. Merontokkan gabah dari tangkai atau batang,
d. Memisahkan gabah dari jerami,
e. Membersihkan gabah dengan cara membuang gabah kosong dan benda asing.

Inpago UNSOED 1
Dengan potensi hasil 7,42 ton per hektar di lahan kering dan umur 110 – 117 hari mampu menghasilkan beras mutu tinggi, yaitu nasinya pulen serta aromanya wangi sangat disukai oleh konsumen dan mempunyai harga jual yang tinggi. Harga jual beras aromatik dan pulen mencapai 2 – 2,5 kali harga jual beras biasa, sehingga selain produksi beras meningkat, pendapatan petani juga terdongkrak.

Inpago Unsoed 1 yang memiliki keunggulan tahan terhadap kekeringan, dapat ditanam di sawah maupun di lahan kering, diharapkan mampu memberikan peluang bagi petani untuk tetap panen. Keunggulan lain varietas ini adalah agak tahan blas ras 133 yang merupakan salah satu penyakit utama padi, dan juga memiliki kualitas hasil yang tinggi dalam hal rasa dan tekstur nasi. Prof.Ir.Totok Agung,DH,MP,PhD. juga mengatakan bahwa padi ini telah diuji coba di berbagai wilayah Indonesia dan memiliki daya hasil yang cukup stabil, sehingga telah dilepas sebagai varietas unggul nasional pada tahun 2011 melalui Surat Keputusan

Menteri Pertanian No. 3165/Kpts/SR.120/7/2011. Pengembangan produksi benih padi ini diproyeksikan akan mampu mendukung peningkatan produksi padi nasional pada tahun 2014 dan masa mendatang dalam mengantisipasi perubahan ilkim global dan mendukung ketahanan pangan. Deskripsi varietas Inpago Unsoed 1 selengkapnya menurut Prof.Ir.Totok Agung,DH,MP,PhD. dapat dilihat di: http://www.litbang.deptan.go.id/varietas/one/795/

Teknologi Salibu
Padi yang dibudidayakan dengan teknologi Salibu (memanfaatkan bonggol padi musim tanam sebelumnya yang dipangkas pendek untuk menumbuhkan tunas baru). Hemat air (memanfaatkan sisa air musim tanam sebelumnya), tenaga kerja (tanpa olah tanah, tanpa semai, tanpa pindah tanam), hemat waktu (kurang lebih 40 hari lebih cepat panen), dan hemat biaya (kurang lebih 3,4jt/Ha) Teknologi tepat guna untuk menyiasati musim tanam 3 yang pendek, untuk mempertahankan IP 300 di lahan suboptimal.

Teknologi Superbodi
Teknologi budidaya tanaman kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, jagung, dan lain-lain) dengan cara memasukkan biji kekacangan di Pertengahan Bonggol padi, dipadukan dengan penggunaan pupuk hayati. Teknologi ini mampu mendukung tanaman kedelai/kacang hijau/jagung/dan lain-lain tumbuh lebih optimal pada kondisi kekeringan, karena kelembaban tanah lebih terjaga. (*)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.