Jumat, 19 April 24

Pesona Adzan dan Sopan Santun Masjid-masjid di Makkah dan Madinah

Apakah setelah shalat terdengar zikir dan doa dibacakan oleh iman lewat pengeras suara keras-keras? Tidak. Semua masjid membiarkan setiap jamaah berzikir sendiri-sendiri, berasyik-masyuk dengan Tuhan mereka sendiri-sendiri. Setelah itu masjid menjadi senyap. Di Masjid Nabawi banyak halakah-halakah ilmu diadakan oleh banyak ustadz sambil menunggu shalat berikutnya, tapi meraka sama sekali tidak menggunakan loud speaker.

Salah satu muadzin merangkap imam di masjid Mahbas Jin adalah Muhammad Basyar. Suaranya empuk, bacaan Quran sangat bagus, tajwidnya benar, kepribadiannya juga bersahaja. Ketika saya tanya mengapa sebelum adzan subuh masjid yang dia urus sama sekali tidak memperdengarkan dengan toa di atap masjid lantunan ayat-ayat suci Al-Quran keras-keras mirip di Indonesia, Basyar hanya berkata: ‘’Laa … laa … (jangan … jangan …)’’ sambil mengangkat bahunya tinggi-tinggi. ‘’Itu tidak sesuai akhlak Islam!’’

Menurut dia, membaca Quran harus dilakukan karena isi kitab suci itu adalah firman-firman Allah. Tapi, tujuan dari membaca Quran itu sendiri harus ditangkap oleh setiap pembacanya bahwa dengan membaca kitab suci itu mereka jadi lebih meresapi dan menaati ajaran Islam yang berpihak pada kemanusiaan. Semua penduduk Makkah memang beragama Islam dan karena itu tampaknya lazim belaka jika ayat-ayat suci Al-Quran diperdengarkan kapan pun dan dengan suara keras sekalipun. Toh mereka beragama Islam semua. Tapi harap ingat, di antara penduduk Makkah juga Madinah itu pasti ada orang sakit di rumah-rumah penduduk atau dirawat di rumah sakit yang mungkin sedang terlelap tidur untuk penyembuhan. Banyak juga bayi-bayi baru tidur atau anak-anak kecil sedang terlelap.

‘’Kita harus memperlakukan Al-Quran dengan akhlak baik karena isi kitab suci ini sebenarnya tentang akhlak yang baik. Apakah kita sudah berakhlak baik jika apa yang kita lakukan justru mengganggu orang lain, mengganggu kemanusiaan (basyariah),’’ kata Muhammad Basyar.

‘’Anda sebagai imam sangat menghargai kemanusiaan. Apakah karena itu orangtua Anda dulu menamakan Anda Muhammad Basyar” tanya saya dengan nada bercanda.

Muhammad Basyar – ya artinya adalah Muhammad Kemanusiaan – hanya tertawa lebar mendengar canda saya.

Pages: 1 2 3 4 5 6

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.